Chereads / Ikatan Berdarah / Chapter 4 - Pasangan Kepolisian

Chapter 4 - Pasangan Kepolisian

Ada beberapa intelinjen yang juga kebetulan ada di sana, menyapa mereka. Shinsuke dan Tora membalas selintas. Tersadar karena sudah banyak waktu yang terbuang, akhirnya Shinsuke meminta izin menghadap Komisaris.

"Kau sudah ditunggu sedari tadi oleh Komisaris, Takahashi."

Seorang partner menyambut di depan ruang komisaris. Ruangan sederhana dan tidak begitu besar.

Shinsuke mengangguk. Orang itu membukakan pintu untik Takahashi Shinsuke.

"Duduklah, Takahashi!" Orang yang duduk di kursi itu berseru, wajahnya sedikit gusar seperti ada yang tengah ingin ia ledakkan.

Shinsuke melakukannya. "Apakah ini pembicaraan penting?"

Komisaris mengangguk. "Bahkan lebih penting dari hidupmu."

Shinsuke hampir saja terbahak mendengar kalimat yang dilontarkan atasannya. Menahan senyum, ia berkata kecil, "Berlebihan sekali."

"Kau hendak mengatakan kalau aku berlebihan?"

"Tidak. Bukan Anda, tapi kalimat Anda."

Bukan tanpa alasan Shinsuke berkata demikian. Atasan Shinsuke selalu saja berkata hal yang sama padanya atau mungkin pada semua rekannya jika akan diberi misi.

**

Inspektur Lee dan Rae-Ah tiba di tempat rekan yang mengadakan pesta. Mereka bedua diundang ke pesta kecil-kecilan.

Inspektur Lee tidak memakai baju dinas, dan ia menggamit tangan Rae-ah selama berjalan menuju pemilik pesta, melintasi para puluhan tamu.

"Lihat pasangan kepolisian kita! Selamat malam dan selamat datang."

Adalah Seung-chan yang menyambut keduanya. Dia bukan pemilik pesta, tapi ia lumayan dekat pada orang yang mengadakan pesta. Karena mereka berdua berada di divisi yang sama. Demikian pula Rae-ah dan Inspektur Lee.

Laki-laki manis itu membungkuk dalam-dalam pada seniornya, "Senior Moo telah mencari Nuna sedari tadi. Katanya pesta takkan lengkap tanpa Nuna."

Rae-ah melirik Inspektur Lee. Ia tersenyum sinis kemudian. Laki-laki itu membawa Rae-ah, melangkah melewati si penyambut yang tengah tersenyum lebar, entah apa maksudnya.

Ada meja panjang di sana, dipenuhi makanan dan kue. Sang penggemar pesta menghampiri pasangan itu. Dia pulalah yang berulang tahun.

"Akhirnya, kau tiba juga, Manis."

Namanya Moo Tae Gu. Dia juga salah seorang inspektur di kepolisian Republik Korea Selatan. Usianya hampir empat puluh dan belum menikah. Ia sering digosipkan dekat dengan Rae-ah. Panggilan mereka saja mesra. Kedekatan mereka juga tak ayal membuat Inspektur Lee kadang merasa terganggu.

"Ya, dan dia bersamaku, kekasihnya." Inspektur Lee berkata santai dan kena sasaran.

Hal itu membuat Inspektur Moo memandang lurus Inspektur Lee yang menyeringai tajam. Rae-ah meminta izin untuk menikmati hidangan karena ia begitu tergoda pada semua yang tersaji di atas meja panjang.

Setelah kepergian Rae-Ah, Moo Tae Gu berkata, "Kadang-kadang aku bingung kenapa dia memilihmu. Dilihat dari mana saja kau tidak ada pantas-pantasnya."

Jika bukan karena berada di tengah-tengah pesta, Inspektur Lee sudah menunjukkan kebolehannya dalam bertarung. Hanya karena etika saja ia menahan dirinya untuk tidak menghajar Moo Tae Gu.

"Ya, itulah hidup. Kadang-kadang tidak terduga seperti hati. Aku bahkan lebih heran mengapa dia bisa menerimamu di tengah-tengah identitasmu yang ... bagaimana aku mengatakannya, Moo?"

Kedua tangan Inspektur Moo yang menggantung, terkepal erat. Mengikrarkan di dalam hati kalau tiba saatnya nanti, ia akan membabat habis apa pun yang dipunyai kesayangan komisaris tersebut.

"Baiklah, aku menyusul chagiya-ku dulu. Permisi."

Inspektur Lee menabrakkan bahunya pada bahu Inspektur Moo. Sejak dulu memang tercipta sebuah birai di antara mereka. Perang dingin dan berebut perhatian Rae-ah.

***

Percakapan dengan sang komisaris membuat Shinsuke dilema. Itu mengganggu pikirannya. Ia tidak tahu harus bagaimana berpamitan pada istrinya. Bukan sebentar dia di sana. Firasatnya berkata demikian.

Bukan masalah waktu, ia lebih tidak tahu cara mengatakannya. Mengingat ia sepertinya marah, Shinsuke terlalu menyadari itu. Sejak usia 7 tahun gadis itu, Shinsuke-lah yang merawatnya. Shinsuke juga menyaksikan kelahirannya. Tentu saja laki-laki itu tahu apa yang menyebabkan perempuan tersebut berubah.

"Aku tidak mau mati dengan dibenci olehmu, Nak."

Itulah masalah mereka. Meski Shinsuke telah menikahi perempuan itu, ia tidak bisa memperlakukannya sebagai istri, tapi sebagai anak.

Wajah Naomi terbersit di benaknya. Ia harus mengakhiri kebodohannya sebelum laknat menimpanya. Walau terlihat gagah, Shinsuke masih takut pada Penguasa Langit dan Bumi.

Shinsuke jadi mengingat tentang kejadian beberapa saat lalu, ketika istrinya menjadi tersangka dalam sebuah pembunuhan berencana.