Chereads / Ikatan Berdarah / Chapter 3 - Komisaris

Chapter 3 - Komisaris

"Apa?! Dia bilang, mereka bilang hanya akan mengirim seorang detektif?! Sombong sekali!"

Suara rekan inspektur Lee terdengar kesal ketika mereka baru saja keluar dari kantor kedutaan besar Jepang.

"Tentu saja yang sombong itu kau. Memangnya kenapa kalau satu detektif? Jika berkompeten, mengapa tidak?" Inspektur Lee menanggapi bijak.

"Sepertinya kau terpengaruh ya pada mulut manis duta besar itu," cibirnya.

Inspektur Lee menggeleng, kepala wanita memang sedikit keras. Namun memang, menurut Jajak Pendapat Layanan Dunia BBC tahun 2014, 15% orang Korea Selatan memandang pengaruh Jepang secara positif, dengan 79% mengekspresikannya secara negatif, dan rekannya itu termasuk ke dalam golongan yang kedua.

Hal tersebut membuat Korea Selatan, setelah China, negara dengan persepsi negatif terhadap Jepang terbesar kedua di dunia.

"Seperti kita tidak bisa saja mengatasinya, hingga orang luar ikut campur masalah ini. Harusnya pengimporan manusia juga statusnya ilegal!" kecam perempuan itu.

Setelah akhir Perang Dunia II, Korea Selatan melarang pengimporan budaya Jepang seperti musik, film, permainan video, sastra (manga). Namun, larangan tersebut sebagian ditangguhkan di bawah kepemimpinan Kim Dae-jung pada 1998. Pada 2004, pelarangan terhadap impor CD dan DVD Jepang ditangguhkan. Saat ini, penyiaran musik dan drama televisi Jepang masih menjadi hal ilegal.

"Astaga Rae-ah! Kau bisa dikira rasis!" Inspektur Lee tertawa setelahnya.

"Bukan hal baru negara kita dikenal dengan itu kan?" jawabnya santai.

Keduanya meneruskan langkah meninggalkan kantor kedutaan, menuju kantor mereka untuk melaporkan hasil rundingan.

Pagi tadi, perempuan itu diberitahu langsung oleh komisaris untuk bersama inspektur Lee menemui Lady Maura di kedutaan besar demi sebuah kerjasama hukum. Perempuan berusia 42 tahun itu terlalu muda untuk menduduki posisi duta besar menurut Rae-ah. Bahkan kemampuan diplomatiknya payah. Namun, itu hanya asumsi Rae-ah karena tidak sejalan dengannya.

Sehabis dari kantor kedutaan besar, mereka kembali ke kantor kepolisian untuk melapor.

Republik Korea Selatan memiliki badan intelijen negara yang dikenal dengan nama National Intelligence Service (NIS). NIS mempunyai tugas utama menjaga keamanan nasional dan mengenalkan kepentingan nasional. NIS menyediakan laporan intelijen tentang keamanan, dan investigasi kejahatan untuk menjamin keamanan nasional, sesuai dengan Pasal 15 Undang-Undang Organisasi Pemerintah Korea Selatan.

NIS dipimpin oleh seorang direktur dan bertanggung jawab langsung kepada presiden. Tahun 1995, terjadi pemindahan lokasi markas pusat NIS ke Naegok-dong, Seoul Selatan. Sebelumnya, selama 34 tahun markas NIS berada di daerah Mt. Nam, di pusat kota Seoul dan Imun-dong, Seoul Timur.

Pada 2003 Presiden Korea Selantan, berusaha membawa perubahan internal dalam tubuh NIS. Presiden menunjuk mantan pengacara HAM, sebagai direktur NIS. Biro anti komunis NIS dibubarkan, beberapa intelijen dalam negeri, dan kegiatan surveilance dipatenkan atau dipindahkan ke kesatuan kepolisian nasional.

Ayah dari Song Rae-ah adalah salah satu yang dipindahkan ke sana, bahkan kini menjadi komisaris kepolisian Nasional.

**

Jalanan masih sepi, Shinsuke baru saja keluar dari dalam mobilnya. Ia merapatkan mantel tebal yang membungkus tubuhnya. Salju dan musim dingin membuatnya sedikit menggigil.

Gerbang bangunan penegakan hukum telah ia lewati, ketika di pelataran, seorang pria menghampirinya.

"Selamat pagi, Shinsuke-kun." Ryuuga Tora, salah satu rekannya menyapa.

Shinsuke melihat arlojinya dipergelangan tangan kanan, memutuskan berhenti sejenak demi membalas sapaan rekannya.

"Komisaris akan mengirimmu kepada Maura-sama." Alis Shinsuke menukik tajam.

"Aku masih menjadi warga negara Jepang, dan tidak berniat naturalisasi atau apalah itu di Korea Selatan."

Meski terlihat sangar, Shinsuke tergolong humoris di kalangan rekan sejawat. Ryuuga Tora adalah detektif divisi misteri dalang pencurian, sementara dirinya khusus kriminalitas tingkat atas. Dulu, keduanya pernah menjalani akademi bersama, dan mulai saling mengenal karena itu juga.

"Kau akan jalan-jalan."

"Jalan-jalan menantang maut."

"Yang pasti jalan-jalan tanpa istri."

Biasanya celetukan humor Tora akan ditanggapi tawa oleh Shinsuke, tapi kali ini tidak. Dia merasa lain. Perasaan asing karena perilaku asing istrinya beberapa waktu lalu.

Bukan istrinya itu tidak sopan, ini malah lebih formal. Panggilan untuknya dari sang istri kembali menjadi: Paman (Ji-san).

Karena Shinsuke tenggelam dalam pikirannya, Tora terpaksa menepuk pundak laki-laki itu untuk mengembalikan kesadaran sepenuhnya.

"Maaf," Shinsuke membungkukkan badan. Merasa tidak enak karena merasa abai pada rekannya.

Ada beberapa intelinjen yang juga kebetulan ada di sana, menyapa mereka. Shinsuke dan Tora membalas selintas. Tersadar karena sudah banyak waktu yang terbuang, akhirnya Shinsuke meminta izin menghadap Komisaris.

"Kau sudah ditunggu sedari tadi oleh Komisaris, Takahashi."

Seorang partner menyambut di depan ruang komisaris. Ruangan sederhana dan tidak begitu besar.

Shinsuke mengangguk. Orang itu membukakan pintu untik Takahashi Shinsuke.

"Duduklah, Takahashi!" Orang yang duduk di kursi itu berseru, wajahnya sedikit gusar seperti ada yang tengah ingin ia ledakkan.

Shinsuke melakukannya. "Apakah ini pembicaraan penting?"

Komisaris mengangguk. "Bahkan lebih penting dari hidupmu."

Shinsuke hampir saja terbahak mendengar kalimat yang dilontarkan atasannya. Menahan senyum, ia berkata kecil, "Berlebihan sekali."

"Kau hendak mengatakan kalau aku berlebihan?"