Saat ini, bukannya Gil berjalan ke ranjang
Saat Gil mulai naik ke atas ranjang, terlihat bayangan hitam berkelebatan dari arah jendela menuju ke lemari. Gil terhenyak. Keringat dingin sudah bercucuran dari pelipisnya.
Awalnya, Gil kira itu semua hanya imajinasinya semata. Namun, lama kelamaan Gil semakin merasa ada yang aneh di rumahnya ini.
Seperti yang terjadi di dini hari ini. Gil memenuhi panggilan alam dan berjalan gontai ke arah kamar mandi, yang berada di kamarnya ini. Setelah melakukan tugasnya, Gil mencuci muka di westafel. Namun, matanya langsung membola ketika Gil melihat helaian rambut panjang di westafel.
Gil meraih rambut itu. Itu adalah rambut yang panjang dan tentu saja bukan rambutnya Gil apalagi rambut pembantunya, bukan?
Gil melihat ke sekeliling. Ia merasa seolah-olah ada orang lain di kamarnya ini.
Dan kejadian ini berlangsung hingga beberapa hari.
Lalu, suatu malam ....
Gil mendapat panggilan telepon lagi dari papanya. Ia menerima panggilan itu sambil tiduran di ranjangnya.
"Iya, papa hati-hati juga ya di sana! Gil juga sayang sekali pada papa." Gil mengakhiri panggilan telepon-nya.
Gil kembali merebahkan diri ke ranjangnya. Tanpa sengaja, tangan Gil menyenggol komik yang berada di pinggir ranjang hingga terjatuh di lantai.
"Haduh, malas sekali untuk bergerak ngambil komik itu!" gerutu Gil. Namun, Gil akhirnya memutuskan untuk mengambil komik itu karena belum tamat membaca volume yang itu.
Saat megulurkan kepalanya ke bawah untuk mengambil komik, Gil tanpa sadar menoleh ke arah belakang ranjang. Namun, ia melihat sepasang mata merah di bawah ranjang.
"Hah?!" Gil memekik, tertahan. Ia kembali ke ranjang dan langsung menutupi wajah menggunakan selimut. Dalama hati, Gil berkata, 'Itu tadi apa, ya? Hantu? Setan? Demit? Atau orang mesum?'
Gil memaksakan diri untuk memejamkan mata. Namun, seluruh tubuhnya masih ditutupi seluruh selimut.
"Ugh ... mungkin aku benar-benar kecapekan. Mending cepat-cepat tidur aja deh," gumam Gil.
Meski saat ini ia merasa jika ada yang terus mengawasinya, tapi Gil tidak berani membuka mata. Dia memejamkan erat matanya hingga tertidur.
***
Keesokan harinya, di hari Minggu.
Gil menghubungi Vin.
"Hallo! Vin?"
"Iya, ada apa, Gil?" sahut Vin dari seberang telepon.
"Vin? Kamu hari ini lagi sibuk enggak, Vin?"
"Hmm ... tidak juga kok, Gil. Aku harus membantu papa di kafe nanti sore. Jadi, pagi ini aku masih di rumah." Suara Vin dari seberang telepon.
"Kalau gitu, mau main ke rumahku enggak, Vin? Aku baru beli PlayStation terbaru lho, Vin. Main bareng, yuk!" ajak Gil yang sudah sangat bosan menghabiskan libur di rumah sendirian.