Sejak kejadian semalam tidak ada percakapan apapun antara Kai dan Ella. Hati Ella masih sakit, sehingga ia memilih menghindari Kai untuk sementara waktu, walaupun ia tahu dengan menghindar tidak akan mendapatkan apapun.
Untuk itu Ella memilih berkunjung ke kediaman kakek buyut Kai untuk mengenangkan hatinya yang terluka.
"Eh kamu ternyata. kakek pikir siapa tadi."
"Kakek! Bunga-bunga disini terlalu cantik, aku sampai lupa tujuan awalku bertemu kakek." Ella ngakak atas sikapnya sendiri.
"Nona muda semakin cantik saja."
"Bibi bisa saja," balas Ella tersenyum manis kepada perawat kakek.
"Oh ya, Bi. Aku bicara berdua sama kakek boleh?"
"oh ya silahkan."
"Makasih, bi."
"Kalau gitu bibi tinggal dulu.
Tinggal Ella dan kakek Salim berdua di taman. Keduanya duduk sambil mengobrol. Entah mengapa setiap kali bicara dengan Kakek Salim, obrolan mereka selalu masuk dan Ella merasa menemukan jawaban yang ia inginkan hingga ia selalu tenang setiap kali berbicara dengan pria tua ini. Mungkin karena bawaan kakek Salim yang care banget dan kebijakan beliau.
"Kakek tau tentang wanita bernama Mawar?" Ella terdiam ketika Salim menggangguk. Rupanya Salim tahu cucunya telah memiliki kekasih, namun karena janji yang ia buat dengan kakeknya Ella beliau sekukuh untuk dilanjutkan. Bisa bayangan betapa bencinya Kai kepadanya kan.
"Hufft... "
"Kenapa?" Salim menatap Ella yang menghembuskan nafas berat. Pria tua itu kemudian mengelus kepala Ella dengan lembut dan sayang.
"Belum apa apa kau sudah pesimis duluan."
"Ya mau bagaimana lagi kek. Dia mencintai wanita lain bukan aku."
"Yaakali kamu menjadi pesimis begini dan membiarkan Kai bersama wanita itu."
"Maksud kakek?" Ella benar-benar tak mengerti dengan maksud Salim.
"Kamu kesini buat bilang bahwa kau nyerah?" tanya Salim. Ella menggeleng. Mana mungkin ia rela memberikan Kai kepada wanita lain. Ella takkan sanggup melakukan itu. Meskipun 3 tahun Kai tak menganggapnya dan memperlakukannya dingin, namun Ella terlanjur jatuh cinta kepadanya.
"Engga, kek."
"Itu baru cucunya kakek." Salim kembali mengelus kepala Ella dengan senang. Sejauh ini Ella telah memikirkan apa yang akan ia lakukan.
"Ya udah, kek. Makasih untuk hari ini. Aku balik dulu, ya."
"Hmm, hati-hati di jalan, ya. Lain kali kesini bawa Kai juga."
"Mantap, kek! Segera!" balas Ella sambil berteriak membuat janji dengan Salim.
***
Ella kembali ke kediaman. Setelah membayar ongkos ojek, dia berjalan masuk kediaman dan menemukan mobil Kai masih terparkir di halaman.
Karena belum ingin bertemu Kai, Ella berputar arah dan memilih masuk lewat jalan pintas.
"Darimana saja kamu?" suara barotan Kai mengagetkan Ella yang masuk ke kamar dengan hati-hati.
Ella berbalik menatap Kai yang menatapnya dengan sorot mata mengintimidasi. Sejak kapan Kai berada disitu. Kai duduk di sofa sambil melipat kedua tangannya.
"Kamu! Ngapain kamu disini?" balas Ella.
"Maksudmu? ini juga kamarku."
"Maksudku kamu ada keperluan apa?"
"Memangnya aku harus punya tujuan untuk masuk ke kamarku sendiri gitu?" Ella kesal mendengar jawaban Kai. Pria ini baru 3 kali masuk ke kamar selama 3 tahun mereka menikah, tentu saja Ella terkejut dengan keberadaannya.
"Lakukan sesukamu deh."
Ella berbalik membelakangi Kai. Dia segera pergi ke kamar mandi tanpa memperdulikan tatapan Kai yang terus tertuju kepadanya.
40 menit 35 detik Ella baru keluar dari kamar mandi. Alangkah terkejutnya dia menemukan Kai masih duduk di sofa dengan posisi berbeda. Kali ini pria itu menyilang kedua kakinya dengan sangat arogan.
"Ku pikir aku harus membeli sebidan tanah untuk pemakamanmu. Ternyata masih hidup." Sindiran Kai benar-benar sadis. Ella merinding mendengarnya. Selain sindir dia juga mengutuk.
"Ngapain dia masih disini?" batin Ella balik menatap Kai dengan sinis. Tanpa dipanggil dia datang sendiri. Aneh. Ketika dipanggil jangan harap dia mau.
"Kamu mencariku, ya. Tumben biasanya juga gak peduli." Ella menyindir balik.
"Kau dari tempat kakek ya?"
Langkah Ella seketika terhenti. Kai yang menatapnya menyadarinya.
"Apa saja yang kau katakan pada kakek?"
"Maksudmu? Kau mencurigaiku?" Ella berbalik dan menatap Kai cukup tajam. Cara Kai menatapnya sudah mengatakan bahwa dia sedang menuduhnya.
"Kau tidak mengatakan yang tidak-tidak kan pada kakek?"
Kedua alis Ella mengerut atas perkataan Kai yang semakin memojokinya. "Lagian kalau aku mengatakan yang tidak tidak apa urusanmu? Itu adalah kebenarannya. Behenti memojokkanku, jujur aku sangat membencimu!" Kai terkesiap atas perkataan Ella. Ella tidak peduli akan hal itu. Dia mengambil pakaian di lemari segera ingin menuju walking closed untuk menghindari Kai.
Plak!
Kai melempar sesuatu ke ranjang membuat Ella behenti dan menatap Kai yang menatapnya dengan wajah arogan yang telah sedikit berkurang. Sebuah paper bag?
"Apa ini?"
Kai bukannya menjawab malah berdiri dan berjalan pergi meninggalkan Ella.
"Pakai itu dan segera menemuiku di ruang makan!" ucapanya berjalan menuju pintu kamar.
"Untuk apa? Kenapa aku harus memakainya?! Aku menolak!"
Kai behenti dan melempar tatapan super dinginnya kepada Ella yang dibuat membatu karenanya.
"Lat saja jika kau menolak," ucap Kai dengan dingin pergi meninggalkan Ella yang dirundung emosi atas sikapnya yang selalu semena-menasemena-mena kepadanya sejak mereka menikah.
"Kenapa dia semakin mengesalkan ketika kembali ya?" gumam Ella dengan terpaksa memeriksa paper bag. Ella melolong melihat isi paper bag yang membuatnya bertanya-tanya satu kepala.
Mengapa Kai memintaku memakai gaun? Apalagi yang dia rencana. Meksipun begitu Ella tetap melalukan yang Kai minta.
***
30 menit berada di kamar, akhinya Ella keluar dengan penampilan tak biasanya. Ella berjalan menuju ruang makan sesuai perintah Kai.
Ketika Ella masuk ke ruang makan, saat itu tatapan Kai langsung tertuju kepadanya. Ella mendekati Kai dan berdiri di depan suaminya lalu berputar menunjukkan hasilnya yang cukup memuaskan.
"Bagaimana menurutmu? Gaunnya pas sekali di badanku."
Kai malah terbatuk mendengar perkataan Ella yang segera menyodorkan segelas air dan meminunnya hingga habis.
"Lumayan," ucap Kai memberi penilain.
"Itu saja? Aku bekerja keras untuk hal ini tau." Ella duduk di kursi dan menatap Kai dengan cemberut.
"Aku sih orangnya jujur."
"Ish, menyebalkan sekali." Ella memutar bola mata kesal menatap Kai dengan tajam.
"Kau suruh aku memakai ini untuk apa?"
"Gak usah banyak nanya. Cepatan makan," ucap Kai dengan dingin membuat Ella mengepalkan tangan ingin sekali memukulnya dengan hils 3 inci miliknya. Padahal kan dia sangat penasaran.
Ella mengigit bibir bawah dan membuang wajah kesal. "Aku telah memalukan perintahmu. Jadi kau harus memberikanku hadiah sebagai gantinya."
"Aku gak pernah janji dengan hal itu," balas Kai dengan tenang. Melihat wajah Kai yang super dingin ingin sekali Ella menamparnya.
"Aku tidak mau tahu. Kau harus menberikan ku hadiah bagaimanapun caranya!" Ella bersikukuh menatap Kai dan menunggu jawabannya.
"Hmm, baiklah keras kepala," ucap Kai pada akhinya. Ella puas mendengarnya. Dengan begini dia bisa makan dengan lahap.
"Terima kasih banyak sayangku."
"Uhuk! Uhuk!"
Kai segera mengambil air dan meminumnya sampai habis. Ella malah tertawa melihat penderitaan Kai.
"Rasain. Menyebalkan, sih!" Ella malah tertawa diam-diam.