Balik kiri balik kanan, Ella tidak bisa tidur nyenyak. Pikirannya menjurus dan memikirkan berbagai hal semakin panjang bercabang-cabang dan beranak pinang.
Hingga akhirnya ia memutuskan bangun dan menuju dapur untuk mengambil segelas air.
"Paham kan, bi."
Seketika Ella menghentikan langkahnya mendengar suara obrolan Kai dengan pelayan yang bekerja di kediaman mereka.
Ella berjinjit dan mengintip dari balik pintu. Apa yang mereka obrolan di tengah malam begini.
"Jika dia bangun katakan aku pergi ke rumah orang tuaku. Paham kan, Bi?" Bi Lastri sedang membantu Kai mengenakan jasnya. Wanita itu hanya mengganguk.
"Bagaimana keadaan Non Mawar, Den?"
Ella segera menutup mulutnya. Dia tak menyangka ternya Bi Lastri juga tahu perihal Mawar.
"Penyakitnya kambih lagi, Bi. Aku harus segera kesana. Dia membutuhkanku," ucap Kai dengan tergesa-gesa.
"Mas kamu mau kemana?" ucap Ella melangkah ke ruang tamu. Kai dan Bi Lastri tekejut menemukan keberadaannya. Jam begini mereka pikir Ella pasti sudah tidur.
Ella menatap Kai dengan polos. Berpura-pura tidak mendengarnya.
"El, sejak kapan kau disitu? Kamu nguping ya?" Kai menatap Ella dengan curiga.
"Nguping? Nguping apa, mas? Mas dan Bibi ngapain disini? Mas mau keluar di jam seperti ini?" Ella menatap jam dinding yang menujukan pukul 3 pagi.
"Papa telepon asma mama kambuh. Aku harus segera kesana untuk mengecek kondisi mama."
Dusta! Ternyata laki-laki sangat tenang ketika berbohong. Apa karena suaminya berpengalaman.
"Kalau gitu aku ikut mas?"
"Gak usah. Kau pasti capek. Lebih baik kau tidur dan istirahat."
"Tapi, mas... "
Kai melewati Ella dan pergi begitu saja meninggal Ella yang bahkan belum menyetujuinya. Ella menatal Bi Lastri yang sedikit bersimpati kepadanya.
"Mertuaku sakit apa, bi?"
"Jantung, Non."
Ella mengganguk mengerti. Dia membiarkan bi Lastri pergi begitu saja.
"Jika bukan karena malam ini aku gak bakal tahu bibi orang yang seperti ini. Syukurlah aku tahu lebih cepat."
Setelah memastikan bi Lastri sudah tidur. Ella segera menyusul Kai mengunakan motor klx milik Kai yang memarkir di bagasi tak pernah dipakai.
Sekali gas Ella telah melaju di tengah jalan raya mengikuti mobil Kai. Ella sengaja meninggalkan ponsel judulnya di mobil Kai dan pria itu tak pernah menyadarinya. Malam ini ponsel jadulnya berguna. Dia bisa melacak kemana Kai pergi melalui ponsel itu.
Ella berhenti sedikit jauh dari tempat Kai memarkirkan mobilnya. Ella kemudian keluar mengikuti Kai memasuki hotel berbintang lima.
"Maaf, nona! Kau harus melapor dulu. Kami belum pernah melihatmu sebelumnya." Teriak wanita di bagian resepsionis.
"Maaf, mbak. Saya benar-benar buru-buru."
"Gak bisa, mbak. Mbak harus lapor kesini dulu. Pak satpam!"
"Oke baik-baik. Berikan kamar yang kosong!" Ella mengeluarkan kartu kredit dan segera mengambil card lock kamarnya.
Ella berbalik menatap Kai yang hendak menaiki lift. Saat itu Ella kehilangan jejak Kai. Ella menunggu lift berikutnya dan segera naik namun dia benar-benar telah kehilangan jejak Kai.
Ella benar-benar bingung. Dia sudah nekad mengikuti Kai sampai kesini namun malah kehilangan jejaknya. Tidak mungkin juga dia mengetuk satu persatu pintu kamar yang ada dia malah ketahuan.
Dengan kecewa Ella kembali menuju lift. Ella berdiri cukup lama disana dan dengan tidak bersemangat mengangkat wajahnya ke depan.
"Mas Kai...!"
Saat itu mata Ella bertemu dengan Kai. Ella syok Kai juga melihatnya. Kai terlihat seperti sedang berdebat dengan wanita di depannya yang entah siapa. Karena posisi wanita itu membelakangi Ella.
Di saat pintu lift akan tertutup Ella malah menyaksikan pemandangan yang seharusnya tidak ia lihat ketika wanita itu memeluk Kai.
Ella spontan menyentuh dadanya. Entah apa yang Kai katakan. Kai seperti sedang memanggil-manggil namanya.
Lift segera membawa Ella ke lantai dasar. Ella berlari keluar dengan manangis melewati mbak resepsionis dan satpam yang bertanya-tanya apa yang terjadi.
Sialnya kunci motor malah terjatuh. Terpaksa Ella berlari menyusuri jalanan gelap tanpa mengenakan alas kaki.
"Mawar, lepaskan!"
"Tidak! Aku gak bakal lepasin kamu!" Mawar tetap tidak mau melepaskan pelukannya. Kai sangat kesal dengan Mawar. Malam-malam dia mati-matian keluar karena khwatir kepada Mawar, ternyata wanita ini malah membohonginya.
Kai mendorong Mawar hingga lepas. Dia kemudian berlari menunu lift namun tekunci. Terpaksa Kai lewan jalan tangga menuju lantai dasar.
Kai berlari menuju lobby utama melewati mbak resepsionis dan pak satpam yang bertanya-tanya. Kai segera menuju parkiran sayangnya dia terlambat. Ella sudah pegi dan wanita itu meninggalkan motornya.
Kai menyeka rambutnya dengan kasar. Padahal sedikit saja dia pasti mendapatkan Ella. Namun sekarang wanita itu entah pergi kemana. Kai menemukan kunci motor yang ternyata terjatuh. Dia segera mengambilnya dan dimasukkan ke dalam saku.
Bagaimana Ella bisa mengikutinya sampai kesini?
Kai kembali ke hotel untuk mengecek keadaan Mawar. Ketika ia baru masuk ke kamar hotel wanita itu, dia langsung dipeluk erat dari belakang.
"Aku harus pergi," ucap Kai.
"Gak boleh. Kamu tega ninggalin aku sendiri?" ucap Mawar dengan manja.
"Istriku salah paham."
Mawar langsung melepaskan pelukannya dan menatap Kai yang diam merasa bersalah.
"Kau menganggap dia istrimu?"
"Di mata hukum dan agama dia adalah istriku," ucap Kai yang tak bisa memungkiri kebenarannya.
Mawar nampak gelisah kembali memeluk Kai. "Ku mohon, tetap disini untuk malam ini."
Kai tak tega mendengar suara lemah Mawar. Di sisi lain dia juga khawatir kepada Ella yang sendirian malam-malam di luar.
"Aku butuh kamu Kai. Penyakitku akan kambuh," lirih Mawar hingga akhinya Kai luluh.
"Tenanglah. Kau harus istirahat," ucap Kai dengan lembut menuntun Mawar ke tempat tidur. Kai menarik selimut menutupi tubuh Mawar dan duduk menemaninya hingga tertidur.
Setelah Mawar tidur Kai segera menghubungi Bi Lastri. Dia ingin tahu Ella sudah kembali atau belum.
"Maaf lama. Bibi ketiduran. Bagaimana kondisi nona Mawar?" sapa Bi Lastri.
"Jangan tanyakan dia, Bi. Dia baik-baik saja. Apakah Ella di rumah?"
"Nona Ella baru kembali, Den. Entah tadi dia pergi kemana." Kai terdiam mendengar penuturan Bi Lastri.
"Apa dia baik-baik saja, bi?" tanya Kai dengan hati-hati.
"Saya gak tahu juga Den. Tapi saya perhatian sepertinya Non Ella menangis. Saya baru saja membersihkan lantai yang dipenuhi darah. Seperti Nona Ella terluka di kakinya," tutur Bi Lastri.
"Tolong pastikan dia baik-baik saja dan segera obati kakinya ya, bi."
"Siap, Den."
Kai menatap ponselnya dengan diam. Kemudian menatap Mawar yang tertidur pulas. Apakah dia tak adil dalam memperlakukan mereka berdua? Ada seuntai rasa bersalah di hatinya.
***
Ella tak peduli dengan dirinya. Banyak macam benda yang ia injak hingga kakinya terluka. Ella berlari menuju kamar tanpa mempedulikan Bi Lastri yang khwatir memanggil-manggil namanya.
Dia menutup pintu kamarnya dengan rapat dan naik ke ranjang.
"Aku tidak mau diganggu, Bi! Ku mohon pergilah!" teriak Ella.
Ella menangis sejadi-jadinya. Ia menumpahkan semua rasa sakitnya dengan menangis. Hatinnya sangat sakit. Dia memukuk-mukul dadanya yang terasa sesak.
Bertahun-tahun ia bersabar, Ella sudah biasa terluka oleh Kai. Namun malam ini ia tak bisa menahannya lagi. Demi wanita itu Kai rela keluar di jam seperti ini. Mereka bahwa berpelukan di depannya. Sedangkan dia, Kai bahkan tak pernah bersikap lembut padanya apalagi memeluknya.
Ella masih berharap Kai mengerjanya. Beberapa kali Ella mendekati jendela berharap Kai datang untuk menjelaskan kepadanya. Namun yang ia pikirkan tak terjadi. Hingga ia lelah mendekati jendela Kai tak kunjung hadir.
"Ternyata tidak ada cinta sedikitpun untukku, Mas. 3 tahun, sampai kapan aku harus terus bertahan menanggung sakit hati ini," isak Ella menangis tersedu.