Ella bertanya-tanya tentang gaun yang ia pakai. Gaun mewah yang sedikit formal ini tentu cukup membuat ia pening memikirkannya. Siapa sangka Kai memintanya memakainya untuk menemaninya ke acara jamuan salah satu rekan kerjanya.
Ella sangat bahagia, setelah sekian tahun akhirnya Kai membawanya ke acara penting seperti ini sebagai pasangannya. Biasanya Ella selalu meminta Kai mengajaknya, namun dia selalu ditolak mentah-mentah.
Kai mulai memberhentikan mobil di basement sebuah hotel berbintang lima yang telah terparkir jajaran mobil brand mahal disana. Ella sedikit terganga melihat pemandangan di depannya. Maklum selama menikah kerjanya hanya diam diri atau tidak beli barang ke alfa atau indo. Jarang sekali ia melihat pemandangan seperti ini. Kediaman mewah mereka pun hanya terlihat seperti kuburan karena hanya ada dia seorang.
"Aku di dalam kira-kira ngapain ya?" gumam Ella yang ternyataa didengar oleh Kai.
"Diam aja dan temani aku. Intinya selalu berada di dekatku," jawab Kai dingin.
Ella menggangguk dan mulai melingkarkan tangannya pada lengan Kai. Jika bukan dia sendiri yang melakukannya maka jangan harap pria batu ini akan melakukannya.
"Sebentar aja, gugup nih," ujar Ella lantaran mengerti gerakan Kai yang tak nyaman ingin melepaskannya.
Keduanya berjalan beriringan sambil bergandengan. Audia berdiri di samping Kai mau kemanapun Kai pergi dia ikut. Dia tidak kenal siapapun disini hanya kai seorang yang bisa diajak bicara. Ketika Kai mengobrol dengan rekannya Ella hanya bisa diam.
Ella yang diam mengerutkan kedua dahinya. Dia mendekat dan berisik kepada Kai yang sedang mengobrol.
"Janji bakal beri hadiah kan?" bisik Ella tiba-tiba.
"Jangan bahas dulu."
"Janji dulu!" Ella memaksa hingga akhinya Kai mengganguk. Ella tersenyum girang dan senang.
Namun tidak sampai di situ. Ella kembali mendekat dan membisikkan sesuatu kepada Kai yang gregetan oleh sikapnya.
"Bicara aja. Gak usah bisik-bisik," ujar Kai membuat Ella terkekeh.
"Kebelet nih," ucap Ella dengan manja membuat Kai memukul jidat. Wanita ini mulai lagi.
"Kenapa mendadak sih?" Gerutu Kai lantaran dia sedang berbicara dengan rekannya.
"Bisa sendiri kan?" Ella menggeleng membuat Kai semakin frustasi. Dengan terpaksa Kai menemani Ella ke toilet.
"Aku gak masuk sama kamu. Apa kata orang nanti, " ujar Kai lantaran Ella ingin turut membawanya masuk.
Ella malah nyengar-nyengir menggaruk tengkuk membuat Kai lagi lagi menggeleng oleh sikapnya. "Sorry. Jaga disini ya."
"Hmm," sahutnya dengan singkat.
Ella segera masuk toilet untuk menyelesaikan urusannya. Dia juga memeriksa make up dan sedikit menambah polesan bibirnya.
"Lama ya?" tanyanya pada Kai yang nampak kesal menunggunya.
"Pup atau gimana sih kamu?"
"Ya udah ayo." Ella sedikit malu menarik Kai untuk kembali ke ballroom tempat acara.
"Selamat malam Tuan Kai. Lama tidak jumpa!" Sapa seorang pemuda seusia Kai. Keduanya lalu saling berjabatan dan berbicara dengan sangat akrab. Hingga pemuda itu melirik Ella yang berdiri di samping Kai. Kai yang menyadarinya balik melirik Ella. Meskipun dia tidak memiliki perasaan apapun kepada Ella, namun siapapun akan terganggu ketika miliknya diperhatikan dengan intens.
"Dia istriku," ucap Kai. Pria itu mengganguk-ngangguk dan mengurangi lirikannya kepada Ella.
Ella yang mengerti maksud Kai segera menyodorkan tangannya. "Ella."
"Kevin, panggil saja Kev."
Kai memerhatikan uluran tangan keduanya dengan tajam.
"Ahh, baiklah." Ella tersenyum ramah menarik kembali tangannya.
"Maaf sebelumnya saya telah menyinggung. Saya pikir dia adalah asistenmu tadi. Ternyata istri. Biasanya kan pendamping Tuan Kai adalah wanita yang satunya, " ucapnya kemudian berlalu pergi.
Ella menatap kepergian pria itu kemudian menatap Kai dengan serius. Apakah yang dia maksud adalah Mawar?
"Biasanya siapa yang sering menemanimu?" Ella menatap Kai dengan serius.
Kai malah melambaikan satu tangannya kepada Ella. "Gak perlu dipikirkan perkataan pria itu," ujarnya meraih lengan Ella untuk ikut bersamanya.
Ella hanya diam menatap Kai. Mungkin Kai benar, tidak usah dipikirkan.
***
Ella menunggu Kai di basement parkiran. Entah kemana Kai pergi. Dia menerima panggil dari seseorang dan belum kembali hingga kini. Ella pun memutuskan untuk mencari Kai.
"Bagaimana kondisimu? Apakah semakin parah?" ucap seseorang. Ella mengenal itu adalah suara Kai.
Ella melangkah dan menemukan Kai terlihat serius berbicara dengan seseorang di ujung telepon.
Dia sedang bicara dengan siapa? Serius amat. Karena jarak yang cukup dekat Ella bisa mendengar suara perempuan.
"Aku baik kok, bang. Gak perlu khawatir."
"Bagaimana gak khawatir coba. Ku dengar kau pingsan dan dibawah ke klinik."
Ella memperhatikan raut wajah Kai yang terlihat khawatir. Ella merasa cemburu karena raut itu bukan ditujukan untuknya. Kai bahkan tak pernah sekhawatir itu kepada dirinya. Dengan siapa Kai berbicara kalau bukan dengan Mawar? Itu pasti Mawar. Kemungkinan besar wanita itu telah tiba di Indonesia.
Ella memilih kembali ke mobil. Alangkah baiknya dia tetap berdiam diri menunggu Kai tadi. Jika Mawar tidak sakit apakah Kai akan mengajaknya?
Ella tersenyum hambar. Dia terlalu percaya.
Tak berselang lama Ella duduk Kai kembali. Pria itu bejalan menuju mobil dan menatap Ella dari luar.
"Kamu memintaku menjadi pendampingmu karena dia sakit, ya?" ucap Ella kepada Kai yang hendak masuk mobil.
Kai yang sedang membuka pintu tidak mendengar perkataan Ella dengan jelas. "Kau ngomong apa barusan?" tanyanya.
"Bukan apa-apa," timpal Ella membuat Kai menghentikan gerakan tangannya yang hendak memakai pengaman dan menatap Ella.
"Ada apa?"
"Apa?" Ella balik bertanya. Kai sedikit bingung dengan sikap Ella yang lebih banyak diam dari mulai perjalanan hingga kini.
"Lagi datang bulan ya?" Ella menggeleng. Dia tidak memiliki mood untuk bicara dengan Kai saat ini.
Kai menatap Ella cukup lama hingga pada akhirnya ia mengganguk.
"Baiklah." Kai pun memutuskan mengalah dan mulai menjalankan mobil membiarkan Ella beranak pinang dan pemikirannya.
***
Kai terus menjalankan mobil hingga berhenti di pusat perbelanjaan mall.
"Mau ikut tidak?" tanyanya kepada Ella yang masih diam. Wanita itu menggeleng.
Kai masih diam menatap Ella, dia berharap Ella mengubah keputusannya dan ikut dengannya ke dalam.
Namun Ella hanya diam dan menatapnya dengan datar.
"Baiklah kalau gak mau," ucap Kai yang pada akhirnya masuk sendiri ke mall.
Hanya 5 menitan Kai pergi, pria itu kembali dengan membawa sebuah paper bag yang diletakkan di kursi mobil. Kai menatap Ella. Berharap istrinya ini akan kepo seperti biasanya. Namun ternyata tidak. Ella hanya memilirik sekejap lalu menatap tempat lain.
Kai hanya bisa menghembuskan nafas berat dan kembali menjalankan mobilnya.
Hingga tiba di kediaman, Ella keluar dari mobil dan pergi tanpa mengatakan apapun. Kai yang khawatir mengekori Ella sampai ke kamar. Namun langkahnya tertahan ketika Ella berhenti dan menghalanginya untuk masuk.
"Kenapa kau mencegahku?" tanya Kai heran.
"Kenapa memangnya? Kau mau bilang ini adalah kamarmu jadi kau bisa masuk keluar sesuka hatimu, begitu?!" Ella membuat Kai tersentak oleh perkataan. Kai membisu dibuatnya.
"Justru karena ini kamarmu maka kamarku juga. Aku punya hak menentukan kau masuk atau tidak. Jangan lupa, aku masih istrimu!" ucap Ella penuh penekanan. Ingin rasanya ia mengutarakan isi hatinya. Namun dia pasti tidak akan sanggup.
"Apa salahku?" ucap Kai pada akhinya. Sudah pasti dia bingung dengan sikap Ella.
Ella menahan air mata yang hendak keluar. Bagaimana bisa dia menanyakan hal ini? Setelah bertahun-tahun dia pergi dan kembali dengan membawa luka. Istri mana yang tidak tersakiti. 3 tahun menikah namun sekalipun mereka tak pernah berhubungan badan. Ella adalah manusia biologis. Suatu ketika dia pasti terbayang-bayang dan memikirkannya.
"Pikirkan saja sendiri!" seru Ella segera menutup pintu kamar dan menguncinya dengan rapat.
"Ella buka! Kau tidak boleh menghindar seperti ini."
"Pergi. Aku sedang tidak ingin diganggu."
"Selesaikan ini dulu!" teriak Kai namun Ella sama sekali tidak memperdulikannya.
Ella memadamkan semua lampu kamarnya dan tidur dalam keadaan gelap sambil menangisi nasib pernikahannya yang tak berjalan semestinya hingga ia tertidur pada akhinya.