Waktu terus berjalan. Matahari mulai condong ke sebelah barat. Di ruangan rapat, para petinggi Sekte Gunung Surgawi baru saja selesai bersulang arak.
Sekarang mereka sedang duduk tanpa bicara. Para petinggi itu sedang menunggu Kepala Tetua Suma Bing bicara.
"Para Tetua sekalian, karena waktu yang kita miliki tidak banyak, maka aku memutuskan untuk bicara ke intinya saja," ujarnya mengawali pembicaraan.
Pata Tetua tidak ada yang menjawab. Mereka masih diam dengan ekspresi waja sangat serius.
"Apakah pengumuman pengunduran Sekte Gunung Surgawi, sudah disebarluaskan?" tanya Kepala Tetua kepada semua petinggi.
"Sudah, Kepala Tetua. Semua tugas yang diberikan telah dilaksanakan sebaik mungkin," jawab Wakil Kepala Tetua Zhang.
"Bagus. Kalau begitu, sekarang kita harus menentukan langkah selanjutnya," Kepala Tetua berhenti sebentar.
Setelah mengambil nafas dua kali, dia kembali melanjutkan, "Perlu diketahui, meskipun kita sudah membuat pengumuman resmi tentang pengunduran sekte, namun aku rasa masih ada beberapa pihak yang belum merasa puas. Aku yakin, pihak-pihak ini masih ingin bertindak lebih jauh lagi. Yaitu, mereka menginginkan Sekte Gunung Surgawi benar-benar lenyap dari muka bumi,"
Ucapan yang masuk akal!
Semua orang pasti setuju dengan ucapan itu. Sebagai seorang Kepala Tetua, tentunya orang tua itu mampu mengetahui hal-hal yang mungkin tidak diketahui oleh orang lain.
Dia yakin, ucapannya itu adalah kebenaran yang nyata.
Terkait masalah siapa sajakah pihak-pihak yang menginginkan Sekte Gunung Surgawi lenyap, Kepala Tetua Suma Bing memang belum mengetahuinya secara gamblang. Hanya saja, terkait ucapannya barusan, dia yakin seratus persen.
"Oleh karena alasan tersebut, untuk mengantisipasi hal-hal yang jauh lebih buruk, aku ingin kita semua menggabungkan kekuatan dan menghilangkan Sekte Gunung Surgawi dari pandangan mata dengan jurus Segel Dewa Keabadian,"
Jurus Segel Dewa Keabadian ini adalah jurus yang sudah melegenda. Jurus tersebut berguna untuk menghilangkan segala sesuatu dari pandangan mata manusia.
Selama ribuan tahun lalu, rasanya sudah banyak sekali tokoh-tokoh sakti yang menggunakan jurus itu dengan tujuan yang hampir sama dengan Kepala Tetua Suma Bing.
Cara ini sudah menjadi rahasia umum. Hampir semua orang persilatan, pasti sudah mendengar tentang jurus dan cara tersebut.
Tetapi, walaupun sudah menjadi rahasia umum, hakikatnya tidak setiap tokoh sakti dunia persilatan mampu mempraktekkan jurus tersebut. Selain karena dipenuhi resiko yang sangat berbahaya, di sisi lain bahwa si pengguna harus mempunyai kekuatan yang sangat tinggi sebelum melakukannya.
Kalau ingin mempraktekkan jurus Segel Dewa Keabadian, setidaknya si pengguna harus mempunyai level pelatihan Pendekar Alam Nirwana tahap empat.
Pendekar Alam Nirwana adalah level pelatihan paling tinggi. Sebagian orang mengatakan bahwa seorang Pendekar Alam Nirwana tahap satu sudah mampu meratakan sebuah kota hanya dengan satu kibasan tangannya saja.
Kalau tahap satu saja sudah sekuat itu, bisa dibayangkan bagaimana hebatnya kekuatan seorang Pendekar Alam Nirwana tahap empat atau lima.
Di zaman ini, sebenarnya masih ada orang-orang yang mampu mencapai tahapan tersebut. Salah satunya adalah orang-orang di lingkungan Kekaisaran. Termasuk pula sang Kaisar sendiri dan para Kepala Tetua sekte besar yang terdapat di Kekaisaran Song.
Hanya saja, terkait hal ini, meskipun Kepala Tetua Suma Bing adalah seorang Kepala Tetua, tapi kemampuannya belum mampu mencapai tahap tersebut.
Saat ini, dia hanyalah seorang Pendekar Mistik tahap enam akhir. Masih terlalu jauh untuk menggapai tahapan Pendekar Alam Nirwana.
Dan karena hal itu pula lah, dia mengumpulkan para petingginya kembali di dalam ruangan rapat untuk membicarakan hal tersebut.
"Jadi, Kepala Tetua mengusulkan bahwa kita harus menggabungkan kekuatan agar bisa mempraktekkan jurus Segel Dewa Keabadian?" tanya Tetua Gin Bao memastikan kembali.
"Benar, Tetua Gin. Bagaimana, apakah usulku ini bisa diterima oleh kalian semua?" tanya Kepala Tetua Suma Bing sambil mengawasi para petinggi.
Semua Tetua saling pandang. Seolah-olah mereka sedang mempertimbangkan hal tersebut.
"Baiklah. Karena hal ini demi sekte kita, demi ruma kita, maka kami siap dan mau menerima usul tersebut," jawab Wakil Kepala Tetua Zhang Nan dengan mantap.
Semua Tetua yang ada menganggukkan kepalanya. Mereka pun setuju dengan ucapan tersebut.
Sementara itu, Kepala Tetua Suma Bing tampak melemparkan senyuman tulus. Tanpa terasa, air matanya mulai mengembang. Dia sangat terharu dengan ketulusan para petinggi sektenya.
Tapi sebenarnya, saat ini dia masih mempunyai perasaan yang lain. Orang tua itu benar-benar merasa malu. Malu kepada diri sendiri, malu kepada semua orang, dan terutama, dia sangat malu terhadap leluhur dan keluarga Sekte Gunung Surgawi.
Sebagai seorang Kepala Tetua, seharusnya dia bisa melindungi semua anggotanya dengan sekuat tenaga. Harusnya dia mampu melakukan hal ini seorang diri.
Sungguh tak disangka, ternyata dia benar-benar tidak mampu. Karena hal tersebut, hampir saja menangis karena memikirkan betapa menyedihkannya nasib hidupnya.
Untunglah, situasi saat ini tidak mengizinkan dia melakukan hal itu. Oleh karenanya, begitu mendengar jawaban dari Wakil Kepala Tetua, Kepala Tetua Suma Bing langsung saja angkat bicara.
"Bagus. Aku merasa sangat bahagia karena mempunyai keluarga seperti kalian. Aku berjanji, budi baik ini tidak akan dilupakan. Kelak jika diberi kesempatan hidup yang kedua kalinya, aku pasti akan membalaskan kebaikan ini," ujarnya sungguh-sungguh.
"Kepala Tetua, jangan bicara seperti itu. Sebagai keluarga, kita tentu harus menghadapi masalah secara bersamaan. Jangan khawatir, demi Sekte Gunung Surgawi, kami semua siap mengorbankan nyawa," seru Wakil Kepala Tetua.
"Benar," jawab Tetua Gin Bao.
"Setuju," sahut Tetua Hyun Bin.
Kepala Tetua semakin merasa terharu ketika mendengar hal itu. Hanya saja, karena teringat waktu yang sudah tidak banyak lagi, maka dia segera mengambil keputusan tegas.
"Baiklah. Kalau begitu, sekarang juga kita harus menyegel sekte ini dengan jurus Segel Dewa Keabadian,"
"Baik. Kami semua sudah siap,"
Seluruh petinggi Sekte Gunung Surgawi segera keluar dari ruangan rapat. Tanpa banyak bicara lagi, mereka semua langsung pergi keluar. Para Tetua itu kemudian menuju ke sini tiap penjuru mata angin. Sedangkan Kepala Tetua sendiri, dia tampak duduk bersila di tengah halaman sekte.
Sebentar lagi, sore hari akan segera menjelang. Semilir angin musim semi berhembus membawa hawa sejuk dan keharuman bunga mekar.
Masing-masing Tetua sudah berada dalam keadaan siap.
Di halaman sekte, terlihat Kepala Tetua Suma Bing sedang merapalkan mantra tertentu sebelum dia mempraktekkan jurus Segel Dewa Keabadian. Kedua tangannya bergerak-gerak.
Setelah 'ritual' selesai, dia segera berteriak dengan lantang.
"Semuanya, lakukan sekarang!"
Wushh!!!
Dari tubuhnya tiba-tiba terpancar keluar sebuah hawa yang membawa kekuatan luar biasa. Dari kedua telapak tangan Kepala Tetua Suma Bing, terlihat pula sebuah cahaya putih yang menjulang tinggi ke atas. Saking tingginya, seolah-olah cahaya putih itu mampu menembus langit.
Hal itu tidak hanya terjadi di dalam sekte saja, namun diluar sekte, lebih tepatnya di setiap penjuru, hal yang serupa juga segera terjadi.
Wushh!!!
Cahaya putih tersebut kemudian menyatu. Membentuk sebuah kotak yang sangat besar.