"Apa kamu menyukai Mirna?"
Prawira terdiam. Pertanyaan itu langsung menohok hatinya. Bagaimana ayahnya bisa menebak isi hatinya?
"Kenapa diam?"
"A-aku… aku…."
"Sikap kamu yang berlebihan seperti sudah menunjukan bahwa kamu menyimpan perasaan kepada Mirna. Sekarang Papa tanya sama kamu. Apakah kamu menyimpan rasa dengan gadis itu?"
Terlalu dini bagi Prawira untuk mengerti perasaannya sendiri. Namun, dia mengiyakan apa yang dikatakn oleh ayahnya bahwa sepertinya dia menyukai Mirna.
"Iya, Pa. saya menyukai Mirna. Maka dari itu aku tidak ingin melihat bersedih karena kehilangan ibunya." Kini suaranya merendah.
Wira menghela nafas. Liani menatap lamat anaknya. Hal yang tidak terduga bahwa anaknya sendiri menyukai gadis yang sangat dia benci. Tentu dia tidak mengharapkan semua ini terjadi.
"Kamu tidak boleh mencintai gadis itu. Kenapa kamu tidak memilih gadis yang lain saja untuk menjadi pasangan kamu Prawira?" sergah Liani.
