Aku merasa senang Pram membiarkanku melakukan apapun padanya, apalagi jika ia menikmatinya.
Masih dengan saling menatap, perlahan lidahku menjulur dan langsung menjilati bagian bawah ujung pentungannya, lantas memasukkannya kedalam mulutku.
Aku terus memandang ke atas, melihat wajah Pram yang tampak sangat menikmati kulumanku dikepala pentungannya, bagian yang bentuknya seperti jamur itu.
Melihat ekspresi wajahnya membuatku semakin senang dan bersemangat dalam mengerjai pentungannya. Aku bahkan mencoba mempraktekkan deepthroat agar menambah kenikmatan untuknya, namun selalu gagal karena ukuran pentungan Pram terlalu panjang.
Pram tampak terkesima dengan caraku mengoralnya, bahkan ia memperhatikanku dengan seksama. Ekspresi wajahnya menunjukkan bahwa Pram sangat menikmati apa yang kulakuan pada kemaluannya.
Setelah mencoba beberapa kali dan menemui kegagalan, akhirnya aku berhasil juga memasukan seluruh bagian pentungannya kedalam mulutku. Kurasakan ujung kemaluannya masuk jauh hingga nyaris menyentuh kerongkonganku, praktis wajahku sampai menempel erat diperutnya.
Aku hanya mampu menahannya selama beberapa detik, lalu segera mengeluarkannya karena nyaris tersedak.
Air liur segera menetes melalui kedua sudut bibirku, begitupun dengan batang pentungan Pram, diselimuti oleh cairan kental dan bening yang berasal dari mulutku, membuatnya tampak semakin menggairahkanku.
Aksi deepthroat yang kulakuan ternyata mampu membakar birahi Pram. Ia lantas menarik lenganku hingga aku kembali berdiri dihadapannya.
Dengan sedikit kasar ia melumat bibirku, secara bergantian bagian bibir atas dan bibir bawah dilumatnya dengan buas. Gunung kembarku yang masih terbungkus pakaianku pun tak luput dari keganasannya. Dengan sedikit keras, ia meremasnya hingga aku sedikit merasa kesakitan.
"Prammm.. sakit." Gumaku sambil berusaha menyadarkannya. Ia tak mengucapkan sepatah kata pun, lalu kembali melumat bibirku.
Tangannya pun kembali mengerjai gunung kembarku, walaupun tidak sekasar tadi, namun tetap saja ia meremasnya dengan sedikit keras.
Baru kali ini aku mengalami hal ini, diperlakukan dengan kasar saat sedang bercinta, namun aku menyukainya, sangat menikmatinya karena melihat Pram begitu bernafsu, begitu bergairah terhadapku.
Dengan cepat Pram melucuti seluruh pakaian yang ada ditubuhku, dan aku membantunya dengan melepaskan yang masih menutupi kepalaku.
Inilah pertama kalinya aku bertelanjang diluar rumah, tepatnya di halaman belakang rumahku, yang terlindungi dengan sangat baik oleh pagar tembok setinggi dua meter.
Entah kapan Pram melepaskan celana jeans yang kuturnkan hingga ke lutunya, karena ketika aku memandang kebawah, Pram pun telah telanjang sepertiku.
Kami lembali berciuman, tangan-tangan kami mulai saling menjamah satu sama lain. Permainan jarinya di kemaluanku dengan cepat membuat bagian bawahku basah, apalagi disaat bersamaan kedua putingku dihisapnya dengan sangat keras.
Pram membuatku kewalahan menghadapi permainannya yang panas dan liar. Kucoba sekuat tenaga untuk menahan desahaan, karena kami sedang berada diluar rumah, dan pintu samping rumahku masih dalam keadaan terbuka.
Sambil menikmati hisapannya di puting dan permainan 1 jarinya di bagian bawahku, tanganku sibuk memanjakan kemaluannya, memainkannya dengan sedikit kasar untuk mengimbangi permainan Pram yang liar.
Liang bagian bawahku semakin licin seiring dengan makin banyaknya cairan yang keluar dan sedikit mengembung karena telah terangsang hebat. Kemaluanku terlihat merekah sempurna, sementara pentungan Pram telah mengeras maksimal.
Sejenak Pram mengendurkan permainannya pada bagian bawahku, seolah ingin memberiku waktu beristirahat. Ia menatapku sementara jemarinya mengusap permukaan bagian bawahku yang telah basah sepenuhnya.
Beberapa detik berlalu, tiba-tiba Pram kembali memainkan bagian bawahku dengan kasar, bukan hanya satu jari, tapi dua jari sekaligus. Nafasku tercekat, sekujur tubuhku bergetar karena nikmat yang luar biasa hebat. Mulutku meracau tak henti-hentinya merasakan permainannya yang kasar dan cepat.
"terruussss sayangggg.. terussss… puaskan ibu.." gumanku ditengah desahan yang tertahan.
Mendengar ucapanku itu, Pram semakin beringas memainkan kedua jarinya di liang kemaluanku. Tubuhku bahkan sampai bergetar dibuatnya.
"Ibu mau keluar.." gumanku sambil menahan kenikmatan yang semakin mendekati puncaknya.
Dan benar saja, hanya beberapa detik setelahnya, sebuah ledakan besar terjadi di dalam rubuhku. Sebuah klimaks hebat yang mengantarkan begitu banyak cairan keluar dari liang kemaluanku. Cairan itu mengalir melewati kedua jari Pram yang masih tenggelam dalam bagian bawahku hingga akhirnya jatuh menetes ke tanah. Sebagian lainnya mengalir melalui pahaku dan terus meluncur kebawah.
Ditengah kenikmatan klimaks itu, Dengan cepat Pram mencabut kedua jarinya, lantas memasukannya kedalam mulutku.
Aku benar-benar sedang melayang jauh, sedang berada dipuncak kenikmatan, sehingga krdua jarinya itu kujilati, kuhisap sampai bersih. Aku tak memperdulikan bahwa ada banyak cairan klimaksku masih menempel di jarinya. Aku benar-benar tidak memperdulikannya!
Tubuhku benar-benar lemas, seluruh tenagaku terkuras habis karena menahan kenikmatan hebat sambil berdiri. Pram dengan sigap menahan pinggangku, agar aku tak ambruk ke tanah.
Hampir satu menit berlalu, Pram membimbing tubuhku agar menungging di tanah. Kedua tangan dan lututku kugunakan sebagai tumpuan. Pram ingin menyetubuhiku dengan 'doggie style!'
Tanpa memberi tanda, Pram langsung menghujamkan pentungannya kedalam bagian bawahku. Lagi-lagi aku dikagetkannya dengan aksinya yang liar dan buas.
Pinggulnya mengentak dengan keras dalam setiap tusukan, dan mampu membuat tubuhku terhuyung-huyung. Pram lantas membimbing kedua kakiku untuk merapat, yang akan mengakibatkan liang bagian bawahku menyempit. Setelah itu, ia kembali menghujamkan pentungannya. Ukurannya yang besar dan panjang mampu membuatku kembali bergairah.
Gesekan dengan dinding liang bagian bawahku saat pentungan itu menghujamku terasa seperti sedang menggaruk liang kemaluanku. Dalam beberapa saat, aku kembali larut dalam birahi, sedang menapaki jalan menuju klimaksku yang kedua.
Aku benar-benar sedang kembali terangsang. Aku menoleh kebelakang, dan kulihat Pram begitu bersemangat, begitu buas menyetubuhiku. Kedua belah bongkahan belakangku diremasnya, dan setiap kali pinggulnya maju menghentak, ia menarik pinggulku ke arah pentungannya. Dan hasilnya tentu saja kemaluan Pram tenggelam sempurna, terjepit diantara liang bagian bawahku dan ujung pentungan Pram mampu menyentuh bagian terjauh didalam kemaluanku. Aku sangat menyukainya, dan sangat menimatinya.
Sekujur tubuhnya bermandikan peluh, membuatnya terlihat semakin seksi. Aku sangat bergairah melihatnya.
Hampir 15 menit menit ia menyetubuhiku dalam tempo cepat, mehujamkan pentungannya dengan sangat dalam dan penuh nafsu kedalam liang kenikmatanku, hingga akhirnya perlahan melambat.
Pram lantas berhenti menyetubuhiku, mengeluarkan pentungannya dari rongga bagian bawahku.
Lagi-lagi, dengan sedikit kasar ia menarik tanganku, memaksaku mengikuti langkahnya menuju ke ruang tengah.
Sekilas kulihat pintu masih terbuka lebat, dan keadaan sangat sepi diluar sana. Tampaknya kedua penghuni kost yang lain belum pulang. Pram sedikit mendorong tubuhku, hingga aku jatuh terlentang diatas sofa. Posisiku menghadap ke pintu, ke arah luar.
"Sayaaaggg.. pintunya belum ditutup lhoo.." kataku dengan mesra sambil mengusap pipinya dengan kedua tanganku.
"Biarinnn.."Jawab Pram singakat sambil menuntun kedua pahaku agar terbuka lebar.
Aku sedang menuai karmaku. Pram telah mengingatkanku tentang pintu yang masih terbuka saat aku hendak memulai percintaan kami, namun aku tak menggubrisnya. Cemas, khawatir jika saja ada orang yang datang, atau kedua penghuni kostku melintas, mereka akan langsung melihatku dengan jelas. Mereka akan melihat tubuh telanjangku, sedang bergumul dengan Pram.
Bukannya langsung menyetubuhiku, ia malah kembali memasukan 2 jarinya ke liang kenikmatanku. Permaina jemari itu berlangsung pelan dan penuh kelembutan, seirama dengan jilatan-jilatannya yang menghujani sekujur dadaku.