Malam ini Minho membawa daging sapi, mereka berencana untuk memanggang daging setelah itu mereka akan menghabiskan malam dengan main game dan menonton film.
Minho mengambil alih dapur bersama Chris, mereka berdua berencana untuk memasak pasta dan steak untuk Hwa dan Seongeun karena kedua gadis itu sangat menyukai makanan itu.
Minho mulai memasak steak sedangkan pasta diambil alih oleh Chris. Sementara kedua pria itu memasak di dapur, Hwa dan Seongeun sibuk menonton drama yang sedang trend akhir-akhir ini. Katanya itu adalah drama dengan rating tertinggi minggu ini. Mereka berdua hanyut dalam cerita yang dibawakan oleh drama itu.
Drama yang mengangkat tema tentang seorang ceo yang menjalin hubungan pacar kontrak dengan seorang gadis secara kebetulan karena kencan buta dan gadis itu ternyata adalah karyawannya yang tengah menyamar menggantikan temannya untuk ikut kencan buta.
"Wah, mereka berdua itu saling jatuh cinta tapi kenapa tak ada yang peka." Seongeun berkomentar.
"Bukannya tidak peka, tapi gadis itu merasa tak pantas untuk menjadi kekasih boss nya," timpal Hwa.
"Memangnya kenapa? Bukankah mereka sudah saling cinta?" ujar Seongeun.
"Apa kata keluarga pria itu jika tau bahwa kekasihnya adalah anak penjual ayam goreng?" Mereka kini tengah beradu argumen. Sedangkan dua pria yang berada di dapur saling tatap dan terkekeh.
Padahal drama yang mereka tonton itu adalah drama dengan genre komedi, tapi anehnya kedua gadis itu malah saling beradu argumen dan menganggapnya sebagai hal serius. Memang kedua gadis itu sangatlah unik.
Kedua gadis itu masih melanjutkan perdebatan mereka tentang bagaimana akhir hubungan pemeran drama itu, padahal ada yang lebih penting ketimbang itu. Daripada membahas bagaimana akhir hubungan para pemeran drama, kenapa tak membahas bagaimana hubungan Hwa dengan Minho yang masih belum jelas, tapi sudah tampak seperti sepasang kekasih?
"Hubunganmu dengan Eunhwa, sebenarnya kalian pacaran atau apa?" tanya Chris sambil mengaduk pasta.
"Eum, itu…" Minho dibuat bingung dengan pertanyaan Chris.
"Apa kau dan Hwa menjalani hubungan tanpa status?" Chris kembali bertanya, sedangkan yang ditanya diam seribu bahasa.
"Ya! Kau menyukainya dan dia menyukaimu. Apalagi yang kau tunggu? Apa kau rela melepaskannya jika ada pria lain yang mendekatinya?" cecar Chris.
Minho hanya diam memikirkan perkataan Chris, dalam hati dia bertanya-tanya, apakah dia rela jika Hwa didekati oleh pria lain? Apa sebenarnya hubungan mereka? Selama ini mereka berdua saling merasa nyaman dengan hubungan tanpa status ini. Apa Minho akan mengambil langkah untuk mendapatkan Hwa atau terus berjalan dalam hubungan tanpa status ini?
Riuh di kepala Minho terhenti ketika Chris menyenggolnya, pria itu tersadar jika daging yang dipanggangnya hampir saja hangus. Dia segera mengangkat daging itu dan menatanya di piring.
Kini kedua pria itu telah selesai dan makanan telah tersaji di piring. Mereka memanggil kedua gadis yang masih asik menonton drama untuk makan. Mereka berdua langsung datang dan duduk rapi di kursi dengan piring berisikan pasta dan daging di hadapan mereka.
"Wah," ucap kedua gadis itu bersamaan.
"Kenapa kalian tak membuka restoran bersama?" tanya Seongeun.
"Eonni lupa ya kalau Chris oppa itu seorang komposer. Dia bisa berpacaran dengan eonni saja sudah hal yang hebat. Aku pikir dulu Chris oppa hanya akan berkencan dengan laptopnya," ujar Hwa tanpa beban gadis itu secara tak langsung meledek Chris dan Seongeun.
"Ya, walaupun begitu kami memiliki status hubungan yang jelas. Tak sepertimu dan Minho," ucap Seongeun sedikit kesal.
"Ya! Kenapa eonni dari tadi membawa perihal aku dan Minho?" kata Hwa kesal.
"Kan kau yang mulai duluan," sahut Seongeun.
"Ya ya ya! Sudah, berhenti bertengkar dan makanlah makanan di hadapan kalian sebelum itu menjadi dingin." Chris menengahi dan kedua gadis itu akhirnya makan dengan tenang.
Setelah selesai makan, mereka memutuskan untuk menonton sebuah film dengan genre horor. Popcorn dan cola sudah disiapkan dan mereka telah duduk dengan rapi di hadapan televisi. Mereka duduk berdampingan, Chris dan Seongeun sedangkan Hwa dengan Minho.
Malam itu mereka menghabiskan waktu bersama, sejenak Hwa melupakan kejadian yang menimpanya. Pikirannya teralihkan oleh kebahagiaan kecil yang mereka buat. Hwa tau, dia tak bisa menghindar terus menerus dari masalahnya. Apapun yang terjadi besok gadis itu berdoa agar dia diberi kekuatan untuk menghadapinya.
Tuhan tak menjanjikan setiap hari indah penuh kebahagiaan, tapi tuhan menyajikan pelangi setelah hujan badai berlalu. Tuhan menjanjikan setiap kesulitan pasti ada jalan keluarnya. Hal itulah yang diyakini oleh Hwa sekarang.
***
Malam berlalu dengan cepat, pagi ini tepatnya pada akhir pekan mereka bangun terlambat kecuali Minho, dia telah bangun pagi sekali lalu olahraga dan membeli beberapa bahan makanan untuk memasak sarapan.
Semalam dia tidur bersama Hwa. Tidak, bukan melakukan hal yang aneh, dia hanya tidur satu kasur dengan Hwa yang tertidur pulas dalam pelukannya. Hingga pagi tadi gadis itu masih ada dalam pelukannya. Dia harus berhati-hati agar gadis itu tak bangun dari tidurnya.
Kini Minho tengah berada di sebuah supermarket, dia tengah memilih sayuran untuk membuat doenjang jjigae, dia juga membeli sekotak telur dan beberapa botol yogurt untuk sarapan. Setelah selesai berbelanja, pria itu segera kembali ke apartemen Hwa.
Sesampainya di sana, Minho mendapati Hwa berada di dapur. Gadis itu tengah membuka lemari pendingin dan mengambil sebotol air dari sana.
"Eo, kau sudah datang," ucap Hwa ketika melihat Minho masuk ke arah dapur dengan sekantung penuh tas berisikan belanjaan.
"Eung… Selamat pagi, apa tidurmu nyenyak," kata Minho.
"Tentu saja, aku tidur di pelukan yang hangat jadi aku bermimpi indah," ujar Hwa sambil mendekat ke arah Minho.
"Eum, mimpi apa itu nona?" tanya Minho.
"Eum," Hwa menengadahkan kepalanya dan melihat ke arah samping. Minho yang gemas lalu mendekatinya dan mengangkatnya, pria itu mendudukkan gadis itu di atas meja bar dapur sambil menatapnya.
"Apa kau memimpikan aku nona?" goda Minho.
"Hmm… aku rasa tidak mungkin aku memimpikan seorang pria yang mendengkur ketika tidur. Huh! Aku hampir tidak bisa tidur karena dengkuran pria itu," ujar Hwa sedikit kesal.
"Apa kau bilang? Mendengkur? Bukankah gadis di hadapanku ini yang mendengkur semalam hah?" sahut Minho sambil mendekatkan kepalanya ke arah Hwa.
"Eum, itu…" Perkataan Hwa terpotong oleh kejahilan Minho yang menggelitiknya. Hwa tertawa karena perlakuan Minho padanya.
Kini sepasang kekasih itu tengah tertawa bersama, sejenak melupakan hari yang melelahkan. Mengukir kenangan indah untuk disimpan. Karena siapa yang tau kedepannya semesta akan berbuat apa? Setidaknya mereka memiliki kenangan indah yang dapat diingat.