Sesampainya di makam Yongbok, Minho, Yeonjin, dan Seunghan menaruh bouquet bunga di depan nisan Yongbok, tak lupa mereka menaruh beberapa makanan manis serta susu coklat kesukaan Yongbok dan memakannya bersama. Mereka seolah mengulang kembali masa-masa di mana mereka berkumpul bersama sambil minum susu coklat dan makan cookies buatan Yongbok. Tak lama setelah itu mereka pergi ke taman di dekat sungai Han, tempat biasa mereka berkumpul.
Chris telah tiba di makam Yongbok, pria itu menunggu kedatangan ketiga sahabatnya. Chris sengaja tak memberitahu kedatangannya. Dia berharap hari ini semua kesalahpahaman diantara mereka dapat terselesaikan. Namun, sayang kedatangannya terlambat. Dia tak bertemu dengan ketiga sahabatnya itu yang lebih dulu sampai di makam Yongbok.
Dia melihat sebuah bouquet bunga matahari telah tertata di depan nisan Yongbok. Bouquet yang tak terasa asing bagi Chris. Rupanya sudah beberapa kali Chris mendapati bouquet bunga matahari yang diletakkan pada makam Yongbok. Itu artinya selama ini Chris salah mengira kalau para sahabatnya itu tak ada yang pernah datang ke makam Yongbok.
Beberapa kali juga dia mendapati sebuah bouquet bunga diletakkan pada trotoar jalan, tempat di mana Yongbok mengalami kecelakaan. Chris semakin menyalahkan dirinya sendiri, betapa egoisnya dia memutuskan persahabatannya dengan Minho. Semua kerenggangan yang terjadi diantara Yeonjin dan Seunghan juga terjadi karenanya. Bahkan dia beberapa kali mengabaikan panggilan dari Seunghan saat pria itu pergi ke Prancis.
"Maafkan aku, sebab keegoisanku persahabatan kita menjadi seperti ini." Chris bersimpuh di hadapan makam Yongbok.
Tak lama pria itu berada di makam Yongbok, dia memutuskan untuk mencoba mencari ketiga sahabatnya itu. Dia berharap menemukan mereka di tempat-tempat yang biasanya mereka berkumpul di sana.
Chris mengendarai motornya, dia menuju ke sebuah taman di dekat sungai Han, tempat dimana mereka sering berkumpul. Benar saja dugaannya, dia melihat ketiga sahabatnya itu tengah duduk bercengkrama bersama di taman itu.
Sayangnya Chris tak punya keberanian untuk menghampiri mereka. Pria itu memilih untuk hanya melihat mereka dari kejauhan lalu pergi dari sana. Chris sempat menelpon Yeonjin, tapi dia mengabaikan panggilan Chris. Mungkin saja dia sedang tak memperhatikan ponselnya, batin Chris. Ternyata seperti ini rasanya diabaikan.
Beberapa hari berlalu, mereka kembali menjalankan hari mereka seperti biasanya. Yeonjin yang sibuk di UGD, Minho yang sibuk mengurus restorannya, dan Seunghan yang sedang mempersiapkan konser pianonya pekan depan, sedangkan Chris sibuk sebagai komposer lagu.
Disisi lain Hwa tengah berkutat dengan berbagai bunga. Karena besok adalah hari valentine, pesanan bouquet bunga di tokonya melonjak. Gadis itu sampai kewalahan mengerjakannya sendiri. Sampai akhirnya dua orang yang telah ditunggunya sedari tadi datang bersamaan dengan masing-masing membawa kantong berisikan makanan sebagai sogokan atas keterlambatan mereka.
"Hwa-ya… aku sungguh tak ingin terlambat, tapi kau tahukan bagaimana kantorku," ujar Seongeun sambil mengeluarkan beberapa kue manis yang dia beli.
"Hwa-ya… aku yakin sekali kau pasti belum makan dari tadi, jadi aku membawa ayam goreng lengkap dengan sodanya. Oh ya, dan juga aku membeli mie cup instan." Asha sibuk membongkar bawaannya dan memperlihatkannya pada Hwa.
Hwa memejamkan matanya sejenak, mengambil nafas dalam, menghembuskannya lalu menatap kedua sahabatnya itu.
"Eonni," dia sengaja menggantung perkataannya.
"Apa eonni membeli croissant juga?" tanyanya sambil menahan tawa karena melihat wajah Seongeun yang tegang.
Hwa lalu meletakkan bouquet yang sedang ia kerjakan ke sembarang tempat, lalu segera menghampiri kedua sahabatnya itu. Ah, bukan kedua sahabatnya melainkan makanan yang dibawa oleh kedua sahabatnya.
"Sebentar," tahan Hwa.
"Bukankah seharusnya kita memesan pizza juga?" Gadis itu melihat bergantian ke arah Seongeun dan Asha. Mereka terdiam sejenak lalu mengangguk secara bersamaan. Hwa tersenyum bahagia dan mengambil ponselnya.
"Aku sangat ingin mengganggu seseorang," ujarnya sambil membuka ponsel.
"Siapa?" Seongeun dan Asha kompak bertanya heran. Namun Hwa mengabaikan keduanya dan tetap sibuk dengan ponselnya. Rupanya gadis itu menelpon seseorang.
"Halo…" Panggilan itu tersambung, dan terdengar suara seorang pria dari seberang sana.
"Aku mau pizza sekarang," ucap Hwa pada pria itu. Sedangkan Seongeun dan Asha mendekat kearah Hwa demi bisa mendengar percakapannya.
"Sekarang?" Pria itu tertawa gemas.
"Baiklah akan ku kirimkan sekarang juga nona," lanjutnya
"No, no, no… aku ingin pizza yang dikirimkan khusus oleh pria berjas yang pernah memesan bouquet bunga matahari beberapa hari lalu." Perkataan Hwa lantas membuat pria itu tertawa.
"Baiklah, aku mengerti nona. Pizza akan siap dalam waktu tiga puluh menit." Pria itu mengiyakan permintaan Hwa.
"Tolong berikan banyak cinta pada pizzanya," kata Hwa sambil terkekeh sebelum akhirnya menutup panggilan itu.
Ya, bisa kalian tebak bagaimana wajah kedua orang yang menguping pembicaraan Hwa? Mereka sempat bergidik melihat Hwa bisa berbicara seperti itu kepada pria. Sebelum akhirnya mereka bisa menebak siapa pria yang membuat Hwa seperti itu. Pria itu sudah pasti adalah Minho.
Minho tertawa setelah panggilan itu diputuskan oleh Hwa. Menggemaskan sekali, batinnya. Tak ingin membuat gadisnya menunggu lama, dia segera membuat sebuah pizza berukuran besar dengan banyak keju, daging dan jamur, tak lupa juga dia menambahkan cintanya ke dalam pizza itu. Setelah itu, Minho segera bersiap mengantarkan pizza itu kepada Hwa. Dia juga menambahkan cheese stick kesukaan Hwa.
Sesampainya Minho di depan toko bunga Hwa, pria itu sedikit merapikan rambutnya setelah melepas helm. Lalu segera membawakan pesanan gadisnya itu. Dia mendorong pintu toko Hwa, dan langsung disambut oleh pemandangan ketiga gadis yang sedang berebut ayam goreng.
Minho terdiam sejenak menyaksikan pemandangan di hadapannya itu. Sampai Hwa menghampirinya dengan mulut yang sedikit belepotan dan dipenuhi oleh ayam goreng. Minho terkekeh gemas melihat gadis di hadapannya itu, lalu memberikan sekotak pizza dan cheese stick kepada Hwa.
Dia menyamakan tingginya dengan gadis itu, lalu mengeluarkan sapu tangannya dan membersihkan bibir Hwa yang berminyak. Hwa tersenyum menatap Minho dan mendaratkan sebuah ciuman berbau ayam pada pipi pria itu, kemudian dia tertawa karena berhasil menjahili Minho.
Andaikan saja tidak ada Seongeun dan Asha, mungkin Hwa tidak akan selamat sekarang. Kini, Minho hanya bisa mengekspresikan kekesalannya dengan smirk di wajahnya lalu mengacak rambut gadis di hadapannya.
"Wah, ternyata begini rasanya menonton drama secara langsung," ucap Seongeun sambil menatap Asha yang masih terpaku melihat Hwa sambil menggerogoti paha ayam.
"Eonni masih beruntung karena memiliki pacar, lalu bagaimana denganku yang jomblo ini," kata Asha dengan nada sedih.
"Aku sedang sibuk sekarang, jadi tidak bisa terlalu lama di sini. Aku kembali ke restoran dulu, nanti sore aku akan menjemputmu," kata Minho sebelum akhirnya keluar dari toko. Dia juga sempat menyapa Seongeun dan Asha sebelum pergi.
Hwa menghampiri Seongeun dan Asha, lalu membuka sekotak pizza yang dibawanya. Seketika setelah Hwa membuka kotak itu, Seongeun dan Asha menganga.
"Ternyata begini bentuk pizza yang dibuat dengan cinta." Pandangan Seongeun kini tak lepas dari pizza yang ada di meja.
"Ya Tuhan, tolong berikan aku pacar," ujar Asha. Sedangkan Hwa tergelak melihat kedua sahabatnya itu.
"Apa-apaan itu tadi? Hah ciuman di pipi dengan bau ayam. Ya! Lee Eunhwa… apa jika kami tidak ada tadi ciuman itu akan menjadi ciuman dengan rasa ayam?" Goda Seongeun.
"Ya! Ya! Ayo cepat dimakan. Ini tidak akan enak jika telah dingin," ucap Hwa mengalihkan pembicaraan.
"Lee Eunhwa ternyata sudah besar," kata Asha sambil menyeka ujung matanya.
Setelah itu mereka kembali fokus kepada makanan yang telah tersaji di hadapan mereka. Seongeun dan Asha masih terus menggoda Hwa dengan kejadian tadi. Setelah selesai makan, mereka membantu Hwa merangkai beberapa bouquet lagi sampai sore hari.
Asha kembali lebih dulu, karena malam ini ayahnya mengundang relasi perusahaannya untuk makan malam di rumah. Sementara Seongeun menunggu Chris menjemputnya. Hwa juga menunggu Minho. Sambil menunggu, gadis itu membersihkan meja dari sampah bekas rangkaian bunga.
Seongeun memilih bunga daisy sebagai rangkaian bouquet yang akan dia berikan pada Chris, sedangkan Hwa memilih bunga biru kecil bernama myosotis atau forget me not, sebagai bunga yang akan dia berikan pada Minho.