Farra Misca-- gadis berusia 20 tahun, dengan tubuh ramping, kulit kuning langsat, dan wajah tak begitu cantik namun manis dan enak dipandang. Farra sama sekali belum pernah berpacaran, terlebih memikirkan untuk menikah. Fokusnya hanya belajar, dan meraih cita-citanya menjadi guru. Ya, Farra ingin menjadi guru.
Farra bersama dengan kakaknya, Kevin menetap di salah satu kota besar di Indonesia.
Tinggal berdua, karena orang tua mereka telah tiada.
Ibu tutup usia 10 tahun yang lalu karena penyakit diabetes, ketika itu Farra masih sd kelas 5. Kemudian bapak menyusul berpulang 3 tahun kemudian karena penyakit epilepsi.
Rumah keluarga yang dahulu mereka tinggali, telah dijual untuk melunasi utang biaya rumah sakit bapak.
Kevin Pratama-- cowok berusia 28 tahun, berbadan tegap, penampilan bad boy dengan rambut warna pirang di ujungnya.
Banyak wanita yang mengidolakan, namun dia sama sekali tak tertarik. Yang terpenting baginya adalah kebahagiaan adiknya.
Antrian mengular di salah satu perusahaan swasta, nampak karyawan berseragam warna biru sedang menunggu jatah upah bulanan mereka. Tak terkecuali Kevin,cowok dengan rambut cat warna-warni itu terlihat sumringah akan menerima uang gajian. Para karyawan harus rela berdesak-desakan di siang yang panas itu demi mendapatkan hak mereka.
Kini giliran Kevin maju menghadap seorang HRD yang terkenal judes dan tatapan matanya yang tajam seolah akan memangsa siapapun yang berhadapan dengannya.
"Tiga juta delapan ratus," Ucap HRD bernama Ajeng.
"Apakah itu tidak terlalu sedikit?" Protes Kevin dengan bibir tebalnya yang menggumam, matanya sedikit memicing karena terkejut.
"Anda tidak berangkat 2 kali, dan itu akan dipotong!" Tutur HRD bernama Ajeng dengan nada tinggi dan suara yang nyaring, hampir saja Kevin menutup telinganya karena terkaget.
Kevin berbalik menatap puluhan lembar uang berwarna merah di tangannya.
"Saya hitung dulu," Ucapnya.
"Tidak usah! Silahkan pergi, bergantian dengan yang lain!" Desak Ajeng.
Kevin memutar badan, sorot mata yang tajam dari Ajeng membuat Kevin hanya bisa menunduk, "Sial! lagi-lagi gajiku dipotong," Umpat Kevin.
Dengan perasaan yang masih kesal terhadap HRD yang garang itu, Kevin melampiaskan kekesalannya dengan menyepak sepeda motor yang terparkir teratur mengikuti marka di depan kantor perusahaan.
Bruukk
Sialnya lagi, tanpa dia sadari motor yang ambruk tersebut mengenai kendaraannya sendiri. Menengok ke kiri dan ke kanan, ternyata masih tak ada orang yang melihat aksinya.
Dengan sigap Kevin menyandarkan kembali motor malang yang tak berdosa itu.
"Huff, untung nggak ada orang liat," Kevin menghela napas.
Sambil bersiul, Kevin menarik mundur motor miliknya sendiri, lalu bergegas kabur seperti maling.
Menarik gas, menaiki kendaraan dengan perlahan. Baru beberapa meter roda berputar, tiba-tiba motor Antik milik Kevin berhenti di tengah jalan.
Brebet.. brebet..
"Trobel lagi, ini pasti gara-gara ambruk tadi," dengan mulut menggumam, Kevin mendorong motor bututnya menempuh perjalanan yang cukup jauh. Kepalanya menguap karena panas matahari yang menyengat di hari Sabtu.
Dari lawan arah, terlihat seorang wanita mengendarai motor dengan ceroboh. Tak sengaja wanita itu melihat Kevin, lalu menghampiri dengan berputar arah. Saking cerobohnya, gadis itu menabrak motor Kevin dari belakang.
Kevin menatap tajam ke belakang, terlihat tak senang dengan kehadiran gadis teman se-pekerjaan itu.
"Aduh, pake mata dong, kau sengaja ingin membunuhku?" Cecar cowok dengan banyak peluh di wajahnya itu.
Gadis itu hanya terkikik, tak menghiraukan tatapan tak suka yang terpancar dari mata Kevin.
"Hahaha.. sensi amat sih, orang nggak kenapa-kenapa juga,"
Kevin menghiraukan perkataan wanita dengan aksesori serba pink itu. Jaket pink, tas pink, bahkan rambutnya pink. Dia memilih mendorong lebih cepat karena merasa di ikuti.
"Aku lagi sibuk, kalau mau ganggu nanti aja," lontar Kevin, kembali berjalan mencampakkan gadis itu.
Gadis bernama Kirana tersebut mengerutkan keningnya, melihat sikap tak biasa dari lelaki itu. "Kevin, tunggu... aku minta maaf, ya," Sela Kirana di tengah aktivitas Kevin mendorong motornya.
"Gak apa-apa," Jawab Kevin singkat. Kini peluhnya mulai menetes membasahi leher. Tenggorokan mulai kering, sehingga memunculkan rasa dahaga.
"Aku bantu dorong pakai kaki saja," ucap Kirana yang masih terus membuntuti Kevin.
Gadis berkulit putih itu tak sampai hati melihat Kevin kesulitan sendirian.
"Apakah bisa?" Tanya Kevin dengan nada sedikit keras, karena bisingnya kendaraan yang lalu lalang di samping mereka. Membuat suaranya tidak terlalu terdengar.
Kirana mulai membetulkan tas Sling bag yang condong ke kiri. Dengan keyakinan penuh, cewek itu menyalakan motornya, "Cepetan naik, aku dorong dari belakang."
Lantaran Kevin sudah merasa sangat lelah, telah berjalan berkilo-kilo meter namun tak jua sampai, kini Kevin hanya bisa menuruti ucapan Kirana.
BYUR…
Akibat Kirana memacu kendaraan terlalu cepat, Kevin kesulitan menstabilkan motornya hingga akhirnya dia tercebur ke dalam sawah berlumpur.
Melihat hal itu, Kirana sangat panik, "Astaga, bagaimana ini."
Warga dan pengendara lain yang melihat pun akhirnya berhenti dan membantu Kevin mengambil motornya, tak terkecuali Kirana.
Gadis bertubuh kurus itu tak risih masuk ke dalam lumpur.
Lantaran kondisinya sangat memilukan, motor kesayangan Kevin dibawa oleh sukarelawan menumpang pick-up sampai ke depan rumah tempat tinggal Kevin yang berada di dalam perumahan.
**
Menggelitik hati, namun juga iba, mengingat kejadian sore itu membuat Kirana senyum-senyum sendiri di kamar kosnya. Namun, disisi lain ada perasaan takut seandainya Kevin merajuk. Apalagi setelah kejadian tadi tak ada sepatah kata pun terucap dari mulutnya. Kevin meninggalkan Kirana begitu saja.
Pada waktu yang sama, setelah membersihkan diri, Kevin merebahkan tubuhnya yang kelelahan ke atas bangku depan tv.
Sang adik yang tengah sibuk didepan laptop dan sesekali bercermin itu pun menatap nanar ke arah kakaknya yang terlihat sangat kecapekan.
Hal itu membuat Farra meninggalkan tugas kuliah yang menumpuk, lantas segera berjalan menuju dapur membikin teh hangat untuk kakaknya.
Setelah jadi, Farra menyodorkan kepada kakaknya yang hampir tertidur, "Kak, minum dulu, kalau mau makan aku udah siapin di dapur, ya," Tutur gadis dengan nama sapaan Rara itu. Tubuhnya terdiam beberapa detik sebelum akhirnya meletakkan pantat teposnya ke atas kursi.
"Terima kasih gadis kecil."
Kevin pun meminum air tersebut hingga tandas, mengingat dia belum minum sedari siang tadi.
Melihat hal itu, Farra meraih gelas kosong di tangan Kevin, dan menilik isi di dalamnya, bibirnya yang ranum dan pink alami membulat sepersekian detik.
"Wah, haus banget ya, Kak? Mau aku bikinin lagi?" Tanyanya.
Hoam..
Cowok itu menutup mulutnya yang menguap sedari tadi dengan tangan kanan yang masih mengenakan jam tangan sport warna hitam. "Nggak usah, Kaka mau tidur aja," Ujar Kevin, tak berapa lama ia merebahkan tubuhnya kembali di atas sofa.
Usai beres dari mencuci gelas di dapur, Farra memberitahu hal yang mendadak, "Eh, kak... Tadi ibu Mira datang menagih uang sewa bulanan."
Penglihatan Kevin yang tinggal setengah watt itu tiba-tiba terperanjat, dia merogoh saku celana lalu mengambil beberapa lembar uang berwarna merah di dalamnya, kemudian menyerahkan uang itu kepada Farra.
"Sekarang juga, kamu antar uang ini ke tempat ibu Mira,"
Tanpa berkata apapun, Farra mengambil uang itu, mengambil jaket sweater rajut warna ungu lilac dan bergegas pergi, langkah kakinya yang mini berjalan perlahan menyusuri jalanan yang sepi di tengah perumahan. Gadis itu tak ingin terlambat setor uang, ibu kontrakan akan datang lalu naik pitam.