Chereads / Dream Midnight / Chapter 2 - Terima Kasih Dan Maaf

Chapter 2 - Terima Kasih Dan Maaf

Hari Minggu di awal bulan adalah jadwal untuk servis bulanan motor. Namun, karena sudah janji dengan dirinya sendiri, Kevin menundanya dulu.

Padahal uang yang tersisa hanya 5 lembar warna merah di dompet.

Hari libur Kevin dan Farra hanya dihabiskan di dalam kamar masing-masing.

Kebiasaan gadis itu hanyalah rebahan di kamar sambil melihat tv atau nonton drakor hingga larut malam.

Sinar mentari mulai meredup, pertanda waktu sudah hampir malam. Entah mengapa hari libur terasa begitu cepat baginya.

Gadis itu menarik napas dengan dalam lalu bangkit berdiri menuju kamar mandi, ia butuh air untuk sekedar menghapus penatnya karena seharian suntuk berdiam di dalam kamar.

Keluar dari kamar mandi dengan badan segar dan bersiap mengerjakan tugas kuliah yang sedari pagi di tunda olehnya.

Namun, sebelum mengerjakan tugas dia selalu menggunakan skincare yang ia beli minggu lalu dari uang tabungannya, gadis itu rela menyisihkan uang jajannya yang hanya sedikit demi mendapat gelar cewek glowing.

Si kakak yang masih saja bermain game di tangannya tiba-tiba mengingat bahwa tempo hari lalu Farra meminta suatu hal kepadanya, maka Kevin ingin sesekali menuruti keinginan adik tunggalnya itu.

Berjalan perlahan menuju ke kamar menemui adiknya itu, membuka kamar tanpa permisi, karena itulah kebiasaan yang dibenci Farra.

Cklekk…

"Ra, temenin keluar yuk... bosen," ajak Kevin tanpa aba-aba.

Gadis yang tengah mengoles cream di wajahnya itu tiba-tiba menoleh ke arah pintu.

"Kemana sih, Kak? Banyak tugas nih," tanya Farra.

Kevin dibuat keheranan dengan kegiatan Farra yang selalu menunda pekerjaan demi hal tidak penting.

"Lah, tadi seharian kemana aja?" tanya Kevin.

"Tadi mager, Kak. Moodnya baru dateng sekarang," Tekan gadis bermata coklat itu.

"Bentar aja, Ra. Katanya kamu pengen makan BBQ?" Paksanya lagi.

"Wah, serius kak? Mau banget." Gadis itu tiba-tiba saja bersemangat mendengar nama makanan itu, matanya seketika berbinar ditemani bulumata yang lentik.

Sudah pasti malam ini Farra mengurungkan niat awalnya untuk membikin tugas tanpa merasa berdosa.

Cowok yang berstatus Kakak itu ikut bersemangat mendengar jawaban riang dari sang adik. Bergegas memakai jaket bomber kesukaan, memakai sepatu , dan langsung menyalakan motor. Tak peduli jika belum mandi. "Cepetan Ra, jangan lupa kunci pintu!" Seru Kevin dari luar rumah.

Farra yang masih memakai sepatu gerakannya lambat, kalah sigap dengan kakaknya yang udah nangkring duluan di atas motor.

"Katanya ada tempat makan begituan baru buka, tapi jaraknya lumayan jauh dari sini sih," Ucap Kevin seraya menggenjot … dengan susah payah. Keringatnya hampir saja keluar karena saking susahnya, namun tidak jadi.

Si gadis tak menghiraukan kakaknya sedang kesulitan atau apa, main naik aja ke jok belakang.

"Aku sih nurut kakak aja," Pasrahnya.

"Aku lihat di IG disana spotnya juga bagus buat foto."

Kevin langsung tancap gas setelah motornya berhasil menyala, melaju perlahan meninggalkan komplek perumahan, berjalan menyelinap di antara mobil-mobil di tengah jalanan Ibukota.

Setengah jam berlalu perjalanan mereka terasa begitu cepat, akhirnya mereka sampai di parkiran restaurant itu, tempat yang sama sekali tak pernah Farra kunjungi. Selama ini ia hanya makan di warteg atau angkringan saja.

Farra masuk disusul dengan langkah kaki Kevin yang mengekor dari belakang.

"Keren banget kak tempatnya." Wajah polosnya mengedarkan mata ke sekeliling restoran. Farra hanya bisa terkagum tanpa kedip memandangi tempat mewah itu.

Pandangan Kevin terpusat pada banner yang tampak nyata di depan kasir, melihat daftar harga yang membuatnya melongo.

"Sesekali lah, kakak kan nggak pernah ngajak kamu ke tempat begini."

Seketika mata Farra mengembun, merasa beruntung memiliki kakak yang super perhatian seperti Kevin.

Farra menunduk, mengingat masa-masa kecil bersama orangtuanya.

"Jadi inget bapak sama ibuk, dulu waktu kita kecil sering makan di mall, main di timezone," ucap Farra lirih.

Sang kakak hanya termangu, mencoba menenangkan adiknya itu.

"Doain aja bapak sama ibuk pasti tenang disana, Ra," Tutur Kevin.

Tak berapa lama pelayan datang mengantar makanan, beberapa jenis daging yang masih fresh kini tersaji di hadapan mereka. Tangan Kevin dengan sigap meletakkan daging ke atas grill pan yang sudah panas.

'Ssshhh' bunyi daging yang mengeluarkan kepulan asap jika diletakkan di grill yang panas.

Kevin membagi ke mangkuk Farra. Saudara kandung menyantap hingga habis tak tersisa.

Mereka berdua bercanda tawa, bersenda gurau lantunan musik genre jazz.

Sebelum akhirnya mereka meninggalkan tempat nongkrong yang cozy itu.

"Tunggu diluar, kakak bayar dulu," Ucap Kevin.

Farra mengangguk, kaki bergerak keluar dengan binar bahagia.

Malam kian semakin larut, angin dingin malam dari luar seakan menampar kenyataan bahwa uang di dompet hanya tersisa 1 lembar, Kevin hanya bisa tersenyum getir, melangkah keluar dengan tatapan kosong.

Langkah kaki Kevin membawanya ke parkiran, berjalan menghampiri Farra dengan raut muka datar.

"Kenapa, kak?" Tanya Farra saat melihat kakaknya menunduk.

"Em, itu tadi kayaknya uang Kaka jatuh," jawab Kevin asal.

"Oh, aku bantu cari, jatuh di mana tadi?"

"Enggak usah, Ra. Kita pulang aja," ajak Kevin.

Kevin menyalakan motor bututnya yang ia beli saat masih SMA. bersenandung di jalan sambil menikmati suasana malam minggu yang cukup ramai, lalu lalang kendaraan dengan kepentingan masing-masing, dan gemerlap lampu kota yang memanjakan mata.

Daerah perkotaan telah berlalu, kini mereka melewati pinggiran kota, jalan menuju ke tempat tinggal mereka.

Perlintasan jalan cukup renggang, banyak motor memacu kendaraan dengan kecepatan tinggi, tak terkecuali Kevin.

Saat tiba di jalan turunan, tiba-tiba Kevin kehilangan kendali. Tangan mencengkeram rem dengan kuat namun gagal berfungsi.

"Ra, pegangan yang kuat!" Seru Kevin.

"Kenapa ini, Kak? Farra takut." Wajah gadis itu terlihat panik, namun Kevin berusaha menenangkan. "Udah, pegangan aja!"

"Aaaaaaaa…" teriak Farra saat kendaraan gagal ngerem itu seperti melayang, melesat turun hilang kendali.

'Braaaaaaak'

Suara benturan yang sangat keras.

Kecelakaan tersebut tak bisa dihindarkan.

Motor Kevin menabrak mobil yang melaju di perempatan jalan.

Sementara mobil yang gagal menghindar terlihat membanting setir ke kanan. Terguling hingga tertabrak oleh pengendara lain dari lawan arah.

Lalu lintas jalan menjadi macet, warga berhamburan menolong.

Kevin dan Farra yang tak lagi bertenaga, dipapah oleh pengendara lain yang berhenti. Tubuh Farra bergetar, ia mengalami syok hebat.

Sementara Kevin berusaha kuat, walaupun tubuhnya sudah tak berdaya menahan sakit.

Kevin memegangi dadanya, meringis menahan kesakitan.

"Kaka tahan ya, sebentar lagi ambulance datang."

"Kaka gapapa kok, paling cuma lecet dikit."

Akan tetapi badan Kevin melemah, mendadak menyandarkan badan ke tubuh mungil Farra. Wajahnya terlihat pucat.

Sekiranya hanya goresan luka di kaki Kevin yang terlihat. Namun…

"Kaak... Kakak gapapa kan?"

Kevin memaut wajah Farra, menatap sayu wajah adik semata wayangnya.

"Ra, uang kuliah kamu udah Kaka bayar semua, uang kontrakan juga, kamu jaga diri baik-baik," Ucap Kevin saat tubuh sudah tak berdaya lagi.

Tubuh Farra bergetar mendengar ucapan kakaknya, raut wajah panik tak bisa disembunyikan.

"Kaka ngomong apa sih, kan ada Kaka yang selalu jaga aku. Kaka udah janji jagain aku sampe nanti aku nikah loh, hiks..." setetes air menetes cepat dari mata teduh Farra, mulutnya terisak, ia tak kuasa menahan air asin yang terus menitik dari ujung matanya.

Penglihatan Kevin mulai kabur, kehilangan kesadaran di pangkuan Farra.

"Enggak.. Kaka ga boleh pergi! Aku nggak mau! Bangun kaak!!" Farra menjerit histeris, berteriak seakan tak percaya. Tangan kiri sibuk menyeka air di pipi, sementara tangan kanan menyugar rambut Kevin lembut, berharap Kevin sadar saat itu juga.

Detik seolah berhenti berputar.

Seketika itu juga mata Farra menggelap, ia ikut pingsan tak sadarkan diri.

Ambulance datang, membawa Kevin, Farra, dan pengendara mobil yang tertabrak oleh Kevin lari menuju ke rumah sakit.