Chereads / Aku Tak Ingin Jadi Pengganti / Chapter 6 - Kakak Sangat Sopan dan Baik, Pantas Saja Kak Lie Menikahimu

Chapter 6 - Kakak Sangat Sopan dan Baik, Pantas Saja Kak Lie Menikahimu

Punggung Ning Qing membeku.

"Kak Lie, kamu datang!" Su Yinuo berbicara dengan lembut lalu bergegas untuk memegang lengan Nian Lie tanpa rasa malu.

Nian Lie menatap wanita yang duduk di tanah itu dengan dingin dan ekspresi tidak senang, "Yinuo sangat peduli padamu, tapi kamu malah berbicara dengannya seperti itu?"

Kata-katanya begitu jelas.

Ning Qing mengenggam sudut bajunya erat-erat tanpa mengatakan apa-apa. 

Su Yinuo memeluk lengan Nian Lie dengan erat. Tatapannya yang penuh dengan kepuasan tertuju pada Ning Qing, seolah-olah dia sengaja ingin mempermalukan dan melukai hatinya.

Dia berpura-pura lemah dan baik hati, "Kak Lie, aku baik-baik saja. Jangan salahkan kakak, sesuatu pasti terjadi padanya, itu sebabnya dia sangat tidak bahagia."

Nian Lie berkata dengan dingin, "Dia tidak berperasaan, jadi mengapa tidak bahagia."

"Kak Lie, jangan bicara seperti itu. Aku juga perempuan. Mungkin kakak melihatku bersamamu jadi dia marah."

Su Yinuo sepertinya memahami suasana hati Ning Qing dengan sangat baik, "Jika itu aku, aku juga akan cemburu ketika aku melihat suamiku dengan wanita lain."

Nian Lie menekan bibir tipisnya, tidak ada perubahan di mata gelapnya.

Kedinginan yang menusuk menembus ke dalam hatinya, Ning Qing menggertakkan giginya, menahan gemetar di sekujur tubuhnya, "Apakah kamu sudah selesai?"

"Kakak, aku dan kak Lie hanya kebetulan bertemu dan makan bersama. Tidak ada yang terjadi di antara kami. Jadi kamu jangan marah." Penjelasan ini seperti sangat biasa. Lebih seperti sebuah provokasi.

Ning Qing menarik napas dalam-dalam kemudian berdiri dari tanah. Ekspresinya kembali datar saat berhadapan dengan mereka. 

Dia menaikkan sudut bibirnya lalu berkata dengan besar hati, "Nona Su bercanda. Jika kalian berdua benar-benar kebetulan bertemu, tentu saja aku tidak akan marah." Reaksinya melampaui harapan Su Yinuo.

Su Yinuo tersenyum samar, sambil memeluk lengan Nian Lie lebih erat.

"Baguslah jika tidak marah. Kakak sangat baik dan sopan, pantas saja kak Lie menikahimu." Mendengar sarkasme yang jelas ini, hati Ning Qian serasa ditusuk oleh jarum.

Tidak ada ekspresi di wajahnya, "Nona Su berasal dari keluarga terpandang. Kamu harusnya tahu lebih baik dari aku tentang aturan menjadi patuh dan masuk akal."

Tatapan sarkastiknya tertuju pada lengan yang digandeng oleh wanita itu dengan jari-jarinya yang ramping. Lalu, dia mengalihkan tatapannya.

Su Yinuo mundur lalu berkata dengan hati-hati, "Nasehat kakak benar."

"Sejauh yang aku tahu, keluarga Su hanya memiliki satu anak perempuan. Aku seumuran denganmu, jadi kamu bisa memanggilku dengan namaku. Karena aku tidak pantas menerima panggilan kakak ini."

Mata Su Yinuo merah, seolah-olah dia telah mengalami penghinaan besar. Seluruh tubuhnya tidak sabar untuk tetap bersandar pada Nian Lie.

"Aku tumbuh besar dengan kak Lie, dan aku selalu memanggilnya kakak. Aku pikir karena kamu menikah dengannya, aku juga harus memanggilmu kakak."

Ning Qing menyipitkan mata sedikit. "Jika kamu benar-benar menganggapnya sebagai kakakmu, maka kamu harusnya memanggilku kakak ipar."

Wajah Su Yinuo menjadi pucat, "Aku…"

"Cukup." Tatapan Nian Lie begitu tajam seperti pisau dan dingin.

"Ning Qing, siapa yang mengajarimu jadi begitu agresif?"

Dia merasa sakit hati. Karena suaminya benar-benar tidak mau membantunya.

Ning Qing menyeringai, "Kamu sakit hati?"

Wajah Nian Lie menggelap, bibirnya yang tipis tertekan erat, seakan ada badai yang akan segera datang.

Su Yinuo menarik lengan pemuda itu kemudian memohon, "Kak Lie, kakak ipar, itu salahku, semuanya salahku. Jangan bertengkar karenaku."

Nian Lie menatap Ning Qing, seolah dia ingin membuat lubang di wajahnya.

Pada akhirnya, wajahnya terlihat suram dan mata hitamnya sedingin es, "Minta maaf."

Senyum dingin mengalir dari mata Ning Qing.

"Ning Qing, aku mau kamu meminta maaf sekarang!"

Dia kembali menatap pria itu dengan keras kepala dan acuh tak acuh, kata-katanya penuh dengan kesinisan, "Kenapa aku harus meminta maaf?"