Seluruh tubuhnya panas, kekuatan Nian Lie begitu besar sehingga dia tidak menahannya. Bahkan bibirnya juga begitu panas, menempel di telinganya. Dia mengatakan setiap kalimat dengan sangat lembut dan penuh cinta.
"Ah Ning, ini benar kamu kan? Aku sangat merindukanmu."
"Ah Ning, aku salah. Kamu kembalilah, oke?"
"Ah Ning, Ah Ning, aku mohon padamu."
Ning Qing merasa dadanya tercekik dan matanya sedikit kabur. Dia menggertakkan gigi kemudian membalas, "Aku bukan Ah Ning-mu, dia sudah mati, apakah kamu lupa?"
Gerakan Nian Lie berhenti. Matanya yang tidak jelas diwarnai dengan permohonan dan kesedihan. Dia sangat emosional sehingga bisa membuat orang lain tergerak.
Suaranya serak dan rendah. "Tidak… Ah Ning, kamu jangan berkata seperti itu. Jangan katakan…"
Dia memeluk pinggangnya erat-erat, karena takut dia akan pergi. Nadanya penuh dengan permohonan, tidak seperti pria yang dingin dan kejam biasanya.
"Kamu masih hidup. Kamu tidak akan mati, aku tidak akan membiarkanmu mati." Hati Ning Qing dipenuhi dengan kesedihan dan kepahitan.
Dia berlumuran keringat, matanya yang jernih dipenuhi kewaspadaan saat dia menatap langit-langit.
"Dia sudah meninggal. Jangan kamu tipu dirimu lagi." Wajahnya menempel di lehernya. Dia bisa merasakan nafas hangatnya di kulitnya, menyebabkan tubuhnya semakin merinding.
Ning Qing menekan rasa takut dan jijiknya. Mengatakan kata demi kata, "Aku Ning Qing, adik perempuannya, aku…"
Bukan dia.
"Ah Ning, kamu adalah milikku." Nian Lie tidak mendengarkan kata-katanya. Dia mengusap pingang Ning Qing dengan telapak tangannya, terasa hangat dan berbahaya.
"Kamu selamanya adalah milikku. Jangan tinggalkan aku."
Nian Lie bangkit perlahan. Di bawah tatapan mata Ning Qing yang ketakutan, dia mengulurkan tangannya dan meraih kerah piyamanya.
Suara kain robek bergema di telinganya, bersamaan dengan itu ciuman agresif muncul, seolah-olah siap untuk membakar hatinya.
Ning Qing melawan seperti orang gila, "Bukankah kamu dengan Su Yinuo? Kamu minum dengan dia, untuk apa kamu kembali dan mencariku! Dia menyukaimu, kamu bisa tinggal bersamanya, jangan sentuh aku!"
Mata dingin Nian Lie dipenuhi dengan kegilaan. Keposesifan yang kuat itu disertai dengan keputusasaan. Dia sudah lama menahannya dan tidak punya tempat untuk melampiaskannya.
Seluruh tubuh Ning Qing gemetar. Matanya yang merah bertemu dengan mata Nian Lie saat dia berkata dengan kejam seperti kutukan, "Jika kamu berani menyentuhku, kamu pasti akan menyesalinya! Dia tidak akan memaafkanmu, selamanya!"
"..."
Setitik air mata mengalir di sudut matanya dan mendarat di tulang selangkanya. Panas, seperti ciumannya.
Ning Qing gemetar. Dia menatap pria di atas tubuhnya dan menggigit bibirnya sampai berdarah.
Hanya kurang satu langkah saja. Dia sudah kehabisan tenaga. Satu tangannya mencengkeram selimut dengan erat, dan yang lainnya meraba-raba sesuatu secara asal sampai dia menyentuh sesuatu yang keras.
Pikirannya tidak bisa mengikuti gerakannya lagi. Dia membanting benda yang dia pegang tanpa peduli apa itu ke kepala pria itu.
Begitu terdengar suara benda pecah, pria di atas tubuhnya tidak lagi bergerak.
"..."
Ning Qing menarik nafas dalam-dalam, cairan hangat mengalir dari telinga Nian Lie, dan menetes ke matanya.
Satu tetes, dua tetes…
Bulu mata Ning Qing bergetar hebat. Melalui kabut merah, dia bisa melihat dengan jelas apa yang ada di tangannya. Ini adalah lampu tidur yang ada di meja samping tempat tidur.
Nian Lie hanya merasakan rasa sakit yang menusuk di bagian belakang kepalanya. Dia mengangkat kelopak matanya dan badai di matanya belum mereda. Dia merasa sedih seperti seorang anak kecil.
"Ah Ning…"
Ning Qing mendorongnya. Dia melihat darah merah di tempat tidur, menggelengkan kepalanya kemudian melangkah mundur.
Nian Lie terjatuh ke tempat tidur dalam keadaan menyedihkan. Tapi dia masih mengulurkan tangan untuk meraihnya, dan ia bahkan memohon. "Jangan pergi.. Ah Ning, jangan…"
Pikiran Ning Qing menjadi kosong, lalu dia mundur selangkah secara refleks. Melihat pria dengan darah di seluruh wajahnya, air mata mengalir di matanya. Kemudian dia berbalik, berjalan dengan tersandung-sandung.
Di tempat tidur, pria itu masih bergumam kesakitan, kelopak matanya perlahan tertutup.
Ning Qing bergegas menuruni lantai dua, berlari melintasi aula, dia terus bergegas keluar dari rumah.
Lu Zhui merokok di samping mobil. Melihat Ning Qing dalam keadaan menyedihkan seperti itu, dia melangkah maju untuk menghentikannya, "Nyonya muda, ada apa denganmu?"
Tangannya didorong menjauh, ketika dia sadar, wanita itu sudah berlari menjauh.
Dia memikirkan sesuatu dan ekspresinya langsung berubah. Dia berteriak, "Gawat.", kemudian segera bergegas ke dalam mobil.