Chereads / Cakrawala Asmaradanta / Chapter 44 - Chapter 44: Pangkalan Guardian

Chapter 44 - Chapter 44: Pangkalan Guardian

Cakara Park adalah definisi kekuatan yang sesungguhnya.

Bagaimana tidak, reputasinya sebagai prajurit terbaik selama lima tahun berturut-turut membawanya menjadi pemimpin Guardian periode ini. Itu semua tak lepas dari buah dari kerja keras bertahun dan tekad kuat yang membuatnya disegani banyak orang. Pekerjaan menuntutnya untuk bersikap tegas dan cekatan dalam mengambil keputusan. Seharusnya ia bangga akan dirinya sendiri yang cukup menarik, baik sifat mau pun sikapnya.

Nyatanya ia merasa berkebalikan.

Beberapa waktu belakangan ia merasa cukup lemah. Bukan secara fisik, namun secara batin. Rasanya sesuatu mencekalnya dari dalam. Ia merasa bersalah karena telah membiarkan rasa asing itu mengambil alih ketegasannya. Ia terbiasa mendidik bawahannya dengan disiplin, namun akhir-akhir ini, kedisiplinannya sendiri ternodai.

Satu nama yang membuatnya menjadi gundah bak remaja di film picisan. Satu nama yang kemarin masih ia awasi di tiap malam. Demi satu nama itu pula ia melanggar aturan dan kedisiplinan yang ia pupuk.

Cakara tak menyukai dirinya yang lemah seperti ini. Hatinya memang tergolong lembut dibanding Guardian lain, tapi bukan berarti rasa suka bisa mengantarkannya pada kekacauan, bukan?

Dengan pemikiran itu, ia mematikan sadapan CCTV kediaman Aaron Magnifico dan bergegas menyelesaikan tugasnya.

Tak butuh waktu lama baginya untuk tiba di pangkalan; tempat dimana pusat pelatihan Guardian dilakukan. Tempat dimana calon Guardian dengan teliti telah dipilih dan disiapkan sejak dini. Tempat dimana mereka ditempa dan diperlakukan bak robot.

Cakara memeta sekitarnya dengan saksama. Ruangan itu telah dipenuhi dengan Guardian yang berdiri dalam beberapa formasi. Setidaknya ada dua belas formasi di mana puluhan orang menempati tiap formasi. Setiap formasi dijaga oleh dua orang bawahan Cakara, termasuk rivalnya, Eros Wang yang berdiri dan menatap tajam ke arahnya.

Di sayap kanan, Dokter Gery dan Terry berkeliling dan membagikan alat suntik ke tiap orang yang menjaga barisan. Alat suntik itu telah diisi dengan serum berwarna hitam pekat yang telah dikenal baik oleh Cakara. Tentu saja ia tahu betul kandungan serum tersebut karena Sang Kakak dan Dokter Gery lah yang menjadi penemu serum tersebut.

Hingga aba-aba ketiga, setiap penjaga menyuntikkan serum tersebut ke leher semua Guardian. Dapat disaksikan dengan jelas jika substansi tersebut mulai merasuki tubuh penjaga negara itu. Iris mereka berputar-putar selama beberapa detik yang diikuti dengan tubuh yang bergetar hebat.

Sepersekian detik kemudian, satu per satu Guardian mulai berteriak kuat. Bias wajah mereka menampilkan rasa sakit yang teramat sangat. Cakara sampai harus menutup kedua telinganya karena tak kuat mendengar jeritan dan teriakan dari para tentara tersebut.

Hal yang berbeda terlihat dengan bawahannya dan dua dokter yang dengan santai menyaksikan Guardian itu tumbang. Para Guardian yang tumbang kini mengerang dan mancakar-cakar lantai. Mereka melampiaskan rasa sakit dengan sia-sia, karena memang tak ada jalan keluar jika serum tersebut telah berpadu dengan aliran darah.

"Kau lupa memasang penutup telingamu, Tuan."

Terry yang telah mendekati Cakara, tertawa dan melepas gumpalan kecil yang menyumbat telinganya. Ia membuang penyumbat telinga itu dengan sebuah lemparan yang telak mendarat di tong sampah. Wanita itu terlihat biasa saja mendengar teriakan Guardian. Bahkan setelah membuang penyumbat telinga.

Detik selanjutnya, para Guardian itu menghentikan teriakannya secara serentak. Perlahan mereka bangkit dari lantai dan berdiri tegak. Pandangan lurus dan sikap mereka kembali seperti semula. Seolah tak terjadi apa pun.

"Aku tak senang mereka disuntik seperti itu." Cakara Park mengambil sebuah alat suntik yang tersisa dari baki yang dibawa Terry. Ia memandang alat suntik itu dengan tatapan risih. "Andaikan ada cara lain selain benda ini."

"Oh, jangan merusak kesenangan, Tuan Park. Ini salah satu temuan yang brilian. Kau tak bisa memungkirinya. Lagi pula kau ingat bukan jika kakakmu juga lah salah satu pencetusnya?"

Dokter Gery datang dan memasukkan penyumbat telinganya yang telah dibungkus tisu ke dalam saku. Rona bahagia menjalari wajahnya saat memandang barisan Guardian yang patuh berdiri tegak layaknya robot. Ia membusungkan dadanya dan terlihat luar biasa puas dengan tindakan yang baru saja ia dan rekannya lakukan pada Guardian-Guardian itu.

"Jangan munafik jika ideku ini layak mendapatkan penghargaan dari Dewan Tertinggi, Tuan Park. Apa kah kiranya bisa setara nobel?"

Dokter Gery mengedip, terkekeh, dan meninggalkan ruangan bersama dengan beberapa orang yang menjaga Guardian. Mereka satu per satu membungkukkan badannya saat melewati Cakara. Semua pekerja nyaris meninggalkan tempat ia berdiri selain Terry, Eros Wang, dan tentunya para Guardian.

"Tuan Park, ini hasil testnya."

Terry menyerahkan sebuah chip seukuran kuku jari kelingking berwarna emas yang diletakkan di dalam sebuah kotak berukuran tiga kali lima senti. Cakara menerima benda itu dan langsung memasukkannya ke sisi kanan saku jubahnya untuk nanti dibaca di ruangannya. Ia mengangguk ringan dan berterima kasih pada bawahannya.

"Terima kasih, Terry. Akan ku periksa segera," jawabnya.

"Tolong sampaikan segera padaku jika ada yang perlu diperbaiki," ucap Terry mengingatkan. "Tapi jika dilihat dari hasil barusan, sepertinya serum yang kali ini dua kali lipat lebih cepat dan lebih efektif dari sebelumnya."

"Aku bisa melihatnya. Tunggu saja hasilnya. Mungkin besok pagi akan ku berikan padamu."

"Aku ada di ruangan jika kau mencariku."

"Tentu."

Cakara membalikkan badannya sebelum sahutan dari Eros Wang membuat darahnya mendidih.

"Lima tahun menjadi prajurit terbaik rupanya tak juga membuat mentalmu kuat, ya, Park? Rupanya kau masih sama lemahnya seperti saat pertama kali bergabung."

Cakara tersenyum sinis pada Komandan Guardian kedua tersebut. "Ada sebuah istilah yang dinamakan berperikemanusiaan, Wang. Itu yang coba ku pertahankan sampai kapan pun."

Eros menyeringai sambil mengangguk sekali. "Benar, kemanusiaan adalah sifat alamiah manusia. Namun, dalam mengendalikan sebuah tatanan, terkadang sifat itu perlu dienyahkan agar semuanya berjalan sesuai kendali, Park. Ku rasa kau perlu banyak belajar dari ayahmu. Dia pemimpin hebat yang dikagumi banyak orang karena ketegasannya."

"Beliau memang pemimpin hebat, tapi setiap orang punya caranya masing-masing dalam memimpin," sahut Cakara.

"Buah jatuh tak jauh dari pohonnya. Tapi sepertinya untuk kasusmu, kau jatuh terlalu jauh dari pohonmu. Bukan kah itu sedikit … memalukan?"

Cakara mendekat selangkah ke arah Eros yang menatapnya dengan pandangan meremehkan. "Aku dipilih dengan jujur dan adil oleh Para Petinggi. Mereka mempercayakan jabatan ini padaku karena mereka percaya aku bisa memimpin Guardian dengan caraku. Jadi, ku rasa opinimu tak penting. Pergi lah dari pada kau menghabiskan waktumu dengan mengoceh tak jelas seperti babun."

Eros nyaris akan melayangkan tinjunya sebelum ucapan dari Kezia menghentikan aksinya.

"Caka, Eros, kalian sudah ditunggu Guardian lain untuk memulai proses First Checking."