Chereads / Halimah, aku cinta / Chapter 5 - Bab 5 Usaha Jupri

Chapter 5 - Bab 5 Usaha Jupri

Berhari-hari Jupri mengumpulkan anak jalanan yang berkeliaran di sekitar pasar. Hari itu, Jupri bertemu seorang anak perempuan yang manis dengan kulit sawo matang bersih, rambut ikal panjang tapi kusut mungkin tidak terurus. Berbincanglah Jupri dengan anak itu.

"Nama adek siapa?" tanya Jupri.

"Suci, Kak," jawabnya.

"Yuuk, ikut kakak ke sana, ke lapak mamak!" ucap Jupri.

Perlahan di gandengnya anak perempuan seusia delapan tahun itu menuju lapak Mak Ijah, Suci hanya mengikuti langkah Jupri tanpa banyak membantah. Sampailah mereka berdua di depan lapak Mak Ijah.

"Jupri, anak siapa yang kamu bawa itu?" tanya mamak.

"Namanya Suci, Mak. Jupri menemukannya termenung di pinggir jalan menuju pasar. Kasian dia,mak, sepertinya belum makan," papar Jupri dengan pandangan yang sayu mengarah anak kecil itu.

Usia delapan tahun sudah berkeliaran tanpa pengawasan orang tua, sungguh membuatnya trenyuh. Apa penyebab hingga anak sekecil itu berkelana tanpa tujuan? Pertanyaan yang muncul membuat Jupri berfikir akan dirinya yang dulu.

"Mak, Jupri mau belikan baju untuk anak ini dulu ya. Tolong mamak urus dia agar bersih, sekalian Jupri belikan makan buat Suci!" setelah berkata seperti itu Jupri melangkah meninggalkan Mak Ijah.

"Ayo, nduk, ikut mamak. Suci mandi dulu ya, biar seger dan bersih," kata Mak Ijah.

(nduk= panggilan anak perempuan jawa)

"Baik," jawab Suci dengan suara lirih hampir tak terdengar.

Mak Ijah menuntun Suci masuk dalam kamar mandi di lapaknya, lapak Mak Ijah merupakan lapak ukuran besar ada kamar mandi dan dapur di dalamnya sehingga memudahkan untuk beraktifitas.

Jupri yang meninggalkan Suci pada Mak Ijah berjalan menuju toko pakaian anak, lapak Bu Lastri. Bu Lastri tersenyum melihat Jupri yang berjalan ke lapaknya, sudah lama Bu Lastri menaruh hati pada perjaka itu.

Baginya Jupri adalah pria idaman tiap wanita, gegas Bu Lastri bersolek mempercantik dirinya saat Jupri sudah dekat lapaknya.

"Oh, hai ganteng. Sudah lama kau tak mampir ke sini, ada yang bisa aku bantu, saay?" ucap Bu Lastri sedikit manja dengan tangan mencolek pipi Jupri.

Jupri yang merasa ngeri dengan wanita itu hanya bergidik mengangkat bahu dan berdehem.

"Saya ingin membeli baju anak perempuan usia delapan tahun, untuk warna terserah anda, Bu," kata Jupri langsung tanpa senyum.

"Iih, anak perempuan ya. Yan--yanii, kemari kau sebentar!" ucap Bu Lastri pada pelayan tokonya.

Mendengar namanya di sebut seorang wanita muda seusia Jupri lari tergesa menghampiri majikannya.

"Iya, Bu, ada yang bisa saya bantu?" tanya Yani, -pelayan tokonya.

"Ambilkan pakaian anak perempuan usia delapan tahun warna biru yang baru datang semalam, kasih tunjuk ke Jupri!" papar Bu Lastri.

Yani mengangguk dan melangkah meninggalkan majikan dan Jupri. Jupri mengikuti Yani dari belakang, karena dia penasaran seperti apa baju untuk suci nanti.

"Eeh, mau kemana kamu Jupri? Di sini saja temani saya, biarkan si Yani mengambilkan baju itu," kata Bu Lastri dengan menarik lengan Jupri dan merangkulnya manja.

Jupri yang mendapat perlakuan seperti itu merasa jijik, matanya langsung melotot tajam. Pandangannya tertuju pada lengannya yang di apit Bu Lastri, seakan bibirnya bicara 'lepaskan tanganku'.

"Eeh, maaf, habisnya kamu ganteng banget," ucap Bu Lastri dengan nada manja.

Setelah tangannya bebas Jupri melangkah memdekati Yani yang membawa baju pesenannya.

"Seperti ini, Bang," kata Yani.

Baju itu di buka dan di lihat dengan seksama oleh Jupri, apakah sudah pantas baju itu untuk Suci. Jupri tidak ingin model baju yang terbuka untuk seorang anak perempuan. Di rasa sudah cocok dengan warna dan modelnya, Jupri membayar sesuai harga yang di sebutkan Bu Lastri.

Setelah semua selesai Jupri melangkah meninggalkan lapak Bu Lastri menuju warung makan sedehana milik Bu Karmi.

"Siang, Bu. Nasi bungkus tiga lauknya tempe sama telur ceplok, yang satu sambelnya sedikit saja," pesen Jupri begitu sampai dalam warung makan itu.

"Jupri, kok beli sendiri. Biasanya kan si Zaki, ke mana itu bocah. Molor lagi?" tanya Bu Karmi.

"Zaki lagi narik keamanan di lapak depan, Bu," jawab Jupri seadanya.

Bu karmi membungkus nasi pesenan Jupri dengan cekatan sambil bertanya padanya, Jupri menjawab semua tanya Bu Karmi seperti adanya tanpa berbohong.

"Oo jadi sekarang Jupri ada niat membantu anak yang terlantar yang berkeliaran di pasar ini to?" tanya Bu Karmi.

"Begitulah, Bu. Mohon doanya agar Jupri bisa bikin rumah singgah di tanah kosong pojok pasar itu, Bu," papar Jupri.

"Nanti ibu bantu bicara pada petugas kota ya, Nak. Agar rencanamu dapat ijin," kata Bu Karmi.

"Iya, Bu. Terimakasih, saya pamit dulu,"

Setelah pamit Jupri menuju lapak Mak Ijah. Di sana sudah tampak Mak Ijah dan Suci menunggu kedatangannya.Suci masih berbalut handuk menutupi semua bagian tubuhnya.

"Kamu itu ya, pamit beli kok luuama pulangnya, pasti godain janda gatel itu?" ucap Mak Ijah dengan memukul kepala Jupri dengan handuk bekas mandi Suci.

Baju yang di belikan Jupri memang pas dan pantas di pakai oleh Suci, terlihat segar dan bersih saat di pakainya.

"Bukan Jupri yang goda tapi Bu Lastri yang ganjen saja pada Jupri. Hhih, Jupri ogah lah sama dia," balas Jupri.

Mak Ijah tertawa terbahak-bahak mendengar kata Jupri, "tapi doi kaya lho, Jupri, kan sayang harta di buang," timpal Mak Ijah.

"Iihh, ogah," setelah berkata itu Jupri lari menjauh dari lapak Mak Ijah menghampiri Zaki sambil membawa dua nasi bungkus yang di belinya tadi.

Sampai pos, Jupri langsung duduk di samping Zaki dengan nafas ngos-ngosan kemudian dia mengatur nafasnya hingga normal baru berbicara sama Zaki.

"Kok ngos-ngosan gitu, Bang, habis ngapain?" tanya Zaki.

"Itu si mamak main jodohkan aku sama ratu solek pasar ini," sunggut Jupri dengan mimik wajah yang kesel.

"Ooh, itu ta, Bang. Lanjut sajalah, Bang. Tidak rugi juga di abang, malah lebih nyaman," goda Zaki.

Mereka pun tertawa bersama membayangkan wajah ratu solek Bu Lastri, puas tertawa masih tampak keringat di dahi keduanya Suci datang menghampiri mereka.

"Kak Jupri ini ada minuman hangat buat kakak dari Suci, tolong di terima ya kak sebagai ucapan terimakasih," ucap Suci dengan suara lirih.

Zaki menyenggol lengan Jupri memberi isyarat seakan bertanya siapa, mata Zaki melirik Suci seorang anak wanita yang terlihat bersih dan manis seperti wajah adeknya di desa seberang.

"Ough iya, kaka juga terimakasih. Lain kali buatnya dua ya, Dek. Bolekkan Kakak panggil Suci dengan adek?" tanya Jupri.

"Boleh, Kak. Aku senang jika kakak bisa angkat aku sebagai adik sendiri, terimakasih," balas Suci.

"Besok kalau bikin minum langsung dua gelas ya, sekalian sama kakak satu ini. Namanya Kak Zaki, ingat ya!" kata Jupri lagi

Suci hanya memganggukan kepalanya tanda dia mengerti akan perkataan Jupri, setelah dia meletakkan gelas berisi minuman hangat Suci pamit undur diri.