Di Dunia ini, sihir dan ilmu bela diri adalah hal yang biasa. Di dalamnya terdapat hierarki yang menentukan kemampuan seseorang.
Di bidang sihir, ada yang disebut sebagai elemen utama. Elemen utama adalah jenis sihir yang mempunyai hierarki yang paling tinggi. Terdapat tujuh jenis dari elemen utama, yakni Api, Air, Angin, Tanah, Petir, Cahaya, dan Kegelapan.
Sedangkan untuk Ilmu bela diri ada lima hierarki untuk menentukan kemampuan seseorang. Yakni Pemula, Magang, Senior, Master, dan Grand Master. Namun, sebenarnya ada satu lagi yang hierarkinya lebih tinggi dari itu semua, yaitu Legenda. Hanya saja hingga saat ini belum pernah ada yang mencapai tingkatan setinggi itu kecuali, Pahlawan pertama.
Sebenarnya, seseorang hanya mampu memiliki satu bakat. Entah itu bakat Sihir ataupun Ilmu bela diri. Adapun yang memiliki keduanya sangat langka ditemukan.
Di Kekaisaran Edgar terdapat empat kerajaan, salah satunya adalah Kerajaan Avalonia yang tepat di sebelah barat.
Saat ini, di kerajaan Avalonia. Seorang Pangeran cilik dikenal sebagai Perwujudan Keajaiban. Dia mematahkan pemahaman kecil yang diketahui semua orang yang awalnya yakin takan ada yang mampu memiliki lebih dari satu bakat. Namun, dia menentang dengan dua jumlah bakat yang dimiliki.
Dengan kekuatannya, baik orang dewasa maupun yang jenius benar-benar tak layak untuk disandingkan. Dia menampar keras mental semua orang.
Dia adalah Ryota Adolphus, seorang Pangeran yang dijuluki Perwujudan Keajaiban.
"Sudah siap?"
Ryota yang merasa itu adalah panggilan untuknya, bergegas menoleh dan menuju sumber suara.
"Aku siap, Bu."
Sambil melangkahkan kaki perlahan, Ryota bergerak menuju pintu yang telah disambut seorang wanita cantik berkulit putih layaknya salju, dengan rambut yang terurai rapih, mengenakan gaun mewah berwarna biru.
Dia adalah Ibu dari Ryota. Seorang Ratu di Kerajaan Avalonia.
*Kreeek
Setelah menutup pintu, mereka pergi dengan pelan perlahan menjauh.
Keluar dari pintu istana, keduanya berjalan lurus melewati kusir yang menundukan kepala. Mereka memasuki pintu kereta yang telah disiapkan. Itu adalah kereta dengan desain yang sangat elegan sebagaimana kendaraan keluarga kerajaan, dengan dua kuda putih yang menariknya menambahkan nilai keindahan.
Ryota dan Ibunya duduk bersampingan.
"Bu, apakah upacara kedewasaan ini masih berguna untukku?"
Ryota berbicara dengan ekspresi yang sedikit bingung.
Alasanya, Upacara Kedewasaan adalah saat seseorang yang genap berumur dua belas tahun menentukan bakat. Namun, apa gunanya itu? Ryota bahkan mengeluarkan bakatnya sejak kecil, dan semua orang mengetahui.
"Putraku, Ibu paham apa yang kamu maksud, kamu adalah satu-satunya anak yang memiliki dua bakat sebelum upacara kedewasaan. Ibu tau kamu memiliki bakat sihir dari elemen utama, kamu memiliki bakat ilmu bela diri yang telah mencapai tingkat master. Namun, Upacara Kedewasaan tidak selalu hanya menentukan bakatmu. Ada kala untuk kamu berdo'a kepada Dewa, agar hidup kita selalu diberkati."
Ratu Canaria menasihati Ryota sambil membelai.
Ryota yang mendengar itu mengangguk pelan, wajahnya sedikit memerah, karena merasa sudah dewasa dan malu saat rambutnya dibelai ibunya.
"Ada apa, kenapa wajahmu memerah, Putraku?"
Seolah mengerti apa yang dipikirka Ryota, Ratu Canaria sedikit menggoda dengan nada penasaran.
"A- aku sudah dewasa, Bu."
Menunjukan keluhannya, Ryota menutupi kepala dengan kedua tangan.
"Fufu, bahkan jika kamu mengatakan itu, ibu akan selalu menganggapmu sebagai anak kecil dan imutku. Juga… Kamu masih belum melakukan Upacara Kedewasaan, bukan?"
Meraih badan Ryota, ratu Canaria memeluknya, menempatkan kepala Ryota ke pangkuan.
Merasa tak mampu membalas perkataan ibunya yang sedikit sarkasme, Ryota hanya bisa pasrah dan menikmati pangkuan kasih sayang seorang ibu.
Mereka berdua terus mengobrol santai selama perjalanan dan selama itu pula, Ryota menjadi anak kecil yang di manja dan digoda oleh seorang ibu. Dia merasa itu adalah saat terburuk, menyaksikan dia hanya bisa pasrah.
Mengingat dia adalah seseorang yang selalu berdiri didepan para jenius, tetapi saat ini, dia benar-benar tidak bisa menolak suguhan hangat yang diberikan.
Meskipun, bukan itu yang ia benci, tetap saja dia merasakan perasaan kurang enak seiring dia bertambah dewasa.
Satu jam berlalu
"Ah, sudah sampai."
Berpikir itu adalah kesempatan, tepat ketika kereta berhenti, Ryota bangun dari pangkuan, dia lekas berdiri, menjadikannya sebuah alasan.
Pintu untuk keluar dengan cepat terbuka. Menampilkan sang kusir yang sedang menundukan kepala dengan tubuh yang sedikit membungkuk, satu tangan memegangi perut.
Keduanya berjalan perlahan menuju bangunan megah yang berada tepat di depan mereka.
Itu adalah Kuil Suci dengan kubah berlambang matahari di atas, yang berarti, simbol dari Dewi kebijaksanaan.
"Selamat datang Ratu Canaria, Pangeran."
Suara selembut sutra keluar dari sosok wanita berjubah putih. Dia menggunakan penutup mata yang merupakan ciri khas seorang Saint di Kuil suci. Meski begitu, tetap tidak bisa menyembunyikan aura kecantikan yang dia miliki. Ia berjalan perlahan menuju Ryota dan ibunya yang baru saja keluar dari pintu kereta.
"Haha, tidak apa-apa Saint Alice, ini, saya ingin mengantarkan putra saya untuk upacara kedewasaan."
Ratu Canaria menghiraukan keterlambatan sambutan Saint. Baginya, hal seperti itu juga sepele. Dia menoleh kea rah Ryota yang berada di samping, berniat untuk mengungkapkan tujuannya datang ke Kuil suci.
"Kita bisa segera melakukan Upacara Kedewasaan untuk, Pangeran Ryota."
Dipimpin oleh Saint, mereka bertiga memasuki kuil ke tempat yang telah dipersiapkan.
"Saint, apakah upacara kedewasaan ini memungkinkan kita untuk bertemu dengan sang Dewi kebijaksanaan?"
"Hmm, memang ada rumor seperti itu, hanya saja, kecuali Anda orang terpilih biasanya Anda hanya harus berdoa dengan sungguh-sungguh sampai bakat Anda ditampilkan di kitab yang saya pegang. Tapi, menilik Anda sudah menunjukan bakat sebelum upacara kedewasaan, kemungkinan besar Anda adalah orang yang terpilih, seperti Pahlawan. Ya, kita berdoa saja semoga keberuntungan menyertaimu, Pangeran."
Saint Alice, menjelaskan dengan senyum tipis di sudut mulutnya. Ryota, yang mendengar penjelasan itu, mengangguk dan tidak melanjutkan lagi.
Bakat telah dibentuk sejak seseorang terlahir, itu telah menjadi darah daging bagi makhluk hidup di dunia Lambadelta. Baik untuk Manusia, hewan, monster, ataupun ras lain.
Tidak ada yang bisa mengubah bakat seseorang, karena memang itulah takdir bagi makhluk di dunia Lambadelta. Jika ada, mungkin… Hanya Dewa sendirilah yang bisa melakukannya.
Namun, untuk mengetahui bakat apa yang bisa seseorang miliki, itu bisa dilakukan dengan upacara kedewasaan saat berusia dua belas tahun.
Upacara kedewasaan sendiri adalah hal yang harus dilakukan setiap orang.
"Baiklah, mari kita mulai upcaranya."
Dengan satu tangan memegang kitab, tangan lainnya bertumpu pada dahi Ryota.
"Sekarang, silahkan tutup matap Anda."
Mengikuti intruksi dari Saint Alice. Ryota memejamkan mata.
Kemudian, Saint Alice mengatakan sesuatu seperti mantra yang dia baca dari kitab ditangannya.
" Wahai Dewi kebijaksanaan, berkatilah hambamu , dengan rahmatmu beri kami kekuatan untuk melawan kebatilan. "
Perlahan tubuh Ryota diselimuti cahaya ilahi, dan kesadaran meleleh dari tubuhnya.
Saat membuka mata, Ryota tampak bingung dengan yang terjadi, dia tidak mengetahui tempat apa, dan dimana dia saat ini.
Itu adalah ruangan putih. Tidak ada apapun selain kekosongan yang tampak tak terbatas.
"Dimana ini?"
"Domainku, aku yang membawa kesadaranmu kemari."
Seolah-olah menjawab kebingungan Ryota, tiba-tiba terdengar suara lain dengan nada yang lembut namun dingin.
"Kamu?"
Mendengar suara misterius itu, Ryota masih memiliki ekspresi yang tenang. Dia terus memperhatikan sumber suara tersebut dengan hati yang sedikit tergerak.
"Biasanya manusia memanggilku Dewa. Kamu bisa memanggilku Dewi kebijaksanaan Merlin."
Sebuah cahaya ilahi muncul dikehampaan. Gumpalan cahaya itu meninggalkan bentuk yang menyerupai humanoid.
Menyaksikan itu, Ryota tidak dapat memahami kenapa, apa mungkin Dewa itu hanya segumpal cahaya, atau ada alasan lain. Ryota tampak bingung memikirkannya, jadi dia berhenti.
"Siapa sebenarnya kamu?!"
Segumpal cahaya yang mengaku Dewa berbicara keheranan.
" ??? Aku hanya seorang pangeran di kerajaan Avalonia?"
"…"
"Itu aneh..."
"Aneh? Bukankah aku hanya seorang pangeran biasa yang memiliki sedikit keberuntungan untuk bisa bertemu Dewa?"
Mendengar pernyataan Dewa yang dia dengar membuat Ryota mengangkat mulut dan mengeluarkan sedikit seringai.
Namun, di tengah penyesalannya, ruangan itu memudar, gumpalan cahaya yang mengaku Dewa, menghilang tanpa jejak, seolah-olah tidak pernah ada.
Dalam keadaan kabur, perlahan kesadaran Ryota kembali.
Dengan pelan Ryota membuka matanya.
Kejadian ini membuat Ryota bingung, dan banyak pertanyaan yang menumpuk dikepala. Tapi diluar masih terlihat baik-baik saja, tidak ada perubahan yang signifikan pada ekspresinya.
"Apakah sudah selesai sayang?"
Ratu Canaria dengan anggun menjemput. Dia membantu Ryota berdiri dengan perlahan.
"Bagaimana hasilnya, Saint"
"I-ini…"
"Ada apa, Saint?"
"Ah- Tidak apa-apa Ratu, maksudku, apakah pangeran bertemu dengan sang Dewi?!"
Saint Alice sangat terkejut setelah melihat hasilnya, dia tergagap.
"Aku tidak terlalu yakin, tapi, jika, yang dimaksud Saint adalah gumpalan cahaya yang menyebut dirinya Dewi kebijaksanaan Merlin, aku bertemu dengannya."
"I-itu sungguh sang Dewi! Selamat Pangeran, berarti Anda termasuk orang terpilih. Seperti yang diharapkan dari Pangeran yang diberi gelar Perwujudan Keajaiban."
Ryota merasa bahwa Saint Alice sangat bersemangat.
Tapi untuk sesuatu seperti yang dipilih? Melihat situasi sebelumnya, Ryota tidak yakin bahwa dia adalah yang terpilih. Menurutnya, sang Dewi hanya memperkenalkan diri lalu berbicara omong kosong, tidak ada tindakan lain.
"Tapi, aku tidak merasa memiliki gelar Pahlawan, Saint? "
"Umm, itu benar. Mungkin, Pahlawan bukan takdir Anda, meski begitu, Anda benar-benar layak mendapatkan gelar Perwujudan Keajaiban. Selain memiliki dua jenis bakat, dalam bidang sihir bahkan Anda berpotensi menguasai enam elemen utama Api, Air, Angin, Tanah, Petir, dan Cahaya."
Saint Alice dengan responsif dan sangat bersemangat menjelaskan. Dia memperlihatkan kitab yang bertulis rincian bakat Ryota ditampilkan
Ryota yang melihat buku itu tidak banyak berubah, bahkan dia berfikir 'Enam? Bukankah seharusnya tujuh? Padahal aku bisa menggunakan elemen kegelapan juga."
Elemen kegelapan di katatakan tabu oleh para manusia, alasannya karena itu adalah elemen yang digunakan oleh para Iblis yang mana musuh bebuyutan Manusia.
Dia juga khawatir, jika elemen kegelapan muncul dikitab itu entah apa yang akan terjadi padanya, jadi Ryota sedikit bersyukur.