Setelah selesai melakukan upacara kedewasaan, Ryota dan Ratu Canaria kembali ke Istana.
'Huh? Kenapa aku merasakan firasat buruk?'
"Ada apa, wajahmu terlihat pucat?"
Melihat kejanggalan pada Ryota, Ratu Canaria sedikit khawatir. Dia merangkul bahu Ryota untuk membuatnya lebih tenang.
"Tidak ada apa-apa, Bu. Hehe."
Ryota dengan cepat kembali seperti semula.
"Um, syukurlah, jika ada apa-apa ceritakan pada Ibu, oke."
"Baik, Bu."
Namun, meskipun Ratu Canaria ada untuk menenangkannya, entah mengapa Ryota masih merasakan kegelisahan, dia sedikit khawatir.
"Ah… Omong-omong kakakmu, Sylvia, harini akan pulang."
"A-apa! Ka-kakak akan pulang?!"
Spontan Ryota terkejut mendengar kata-kata yang sangat tidak diharapkan keluar. Sekarang dia yakin, mengapa sebelumnya dia merasakan kekhawatiran, itu karena ini.
Ryota adalah pangeran bungsu yang mempunyai satu kakak perempuan dan dua kakak laki-laki.
Saat ini, kakak perempuannya, Syilvia, sedang menjalankan pendidikan formalitas di sebuah akademi. Dia tinggal di asrama, jadi jarang sekali untuk pulang. Alasan mengapa Ryota gelisah mendengar Sylvia pulang adalah karena sifatnya. Sifat Sylvia tidak jauh berbeda dengan Ibunya yang selalu memanjakan.
"Kenapa? Kamu terlihat sedikit murung."
"Ituu… Aku hanya terkejut saja hehe…
Omong-omong, kenapa kakak kembali sekarang?"
"Mungkin dia merindukan adik kesayangannya, fufu."
Membayangkan putra dan putrinya yang sangat akur membuat ratu Canaria tersenyum bahagia di balik tangan yang menutupi mulutnya. Namun, disisi lain Ryota menyeka sedikit keringat yang muncul didahinya.
'Fyuh, masalah lain muncul'
***
Kekaisaran Edgar memiliki sistem pendidikan formal yang umumnya wajib. Dalam sistem ini, memungkinkan seseorang untuk mengalami kemajuan melalui serangkaian kegiatan belajar mengajar yang telah disiapkan program Akademi.
Akademi Babylonial adalah sekolah paling bergengsi di kekaisaran Edgar. Disana mengajarkan sihir dan ilmu bela diri untuk mengasah kemampuan seseorang, baik melalui praktek maupun materi.
Lebih dari itu, Akademi Babylonial menyiapkan akses dimulai dari sekolah menengah hingga universitas.
Biasanya, seseorang akan mulai bersekolah saat mereka telah selesai melakukan Upacara Kedewasaan. Yang artinya, pendidikan formal dimulai dari umur dua belas tahun atau lebih.
Selain Akademi Babylonial yang bergengsi, Kekaisaran Edgar juga menyiapkan sistem formal swasta, guna membantu anak-anak yang kurang mampu untuk mendaftar ke Akademi elit.
Tahun ini, gadis itu memasuki tahun ketiganya di Akademi Babylonial.
Dia adalah Sylvia Adolphus, seorang gadis berusia enam belas tahun.
Sylvia adalah anak yang jenius dan cerdas di sekolah, dia selalu mendapat peringkat pertama di kelasnya. Namun, itu semua tidak sama sekali membuat dia besar kepala dan sombong.
Setiap hari dia terus belajar dan berlatih dengan giat. Dia juga selalu bekerja keras. Karena itu, Sylvia selalu menjadi sorotan diantara teman-temannya.
Tidak heran, jika tidak sedikit pria yang mendekati. Selain dia yang jenius dan juga pekerja keras, mempunyai rupa yang seindah giok, dia juga merupakan sosok wanita yang di idamkan oleh para pria.
Hanya saja, dengan sifat dingin yang jarang sekali untuk memperhatikan sekitar, dia sering kali untuk tidak perduli. Sebab itu kebanyakan orang hanya mampu menyimpan kekaguman itu diam-diam, dan tak berani untuk mendekatinya.
Meskipun begitu, Sylvia masih belum puas, dia merasa sangat kurang. Dalam hal kekuatan dia adalah yang kedua setelah peringkat pertama diambil oleh orang yang benar-benar belum mampu dia kejar sejak awal, bahkan ada sedikit pikiran mungkin dia memang tidak akan mampu untuk mengejarnya.
Mereka berdua sama-sama masuk ditahun ajaran yang sama. Jika saja itu selisih satu tahun, mungkin saja mereka akan memegang peringkat tertinggi dalam hal materi ataupun kekuatan dikelasnya.
Lima hari di akademi Babylonial, sebelum Ryota melakukan upacara kedewasaan.
Sylvia duduk diam di salah satu meja kantin akademi Babylonial.
"Hmm, apakah kamu akan kembali ke kerajaan Avalonia besok, Syl?"
Seorang gadis berseragam putih hitam mendekat, dia memakai mantel hitam pendek yang menutupi punggung. Gadis itu duduk disamping Sylvia, sembari meletakan makanan yang dia bawa.
Nama gadis itu adalah Levi. Orang yang selalu bersama dengan Sylvia dari tahun pertama.
Dengan tubuh yang natural dan berpayudara unggul dari anak perempuan lain, dia juga merupakan gadis yang tidak kalah cantik dan popular dari Sylvia. Peringkatnya satu di bawah Sylvia dalam segi materi maupun kekuatan.
"Ah, tentu saja, aku sudah tidak sabar untuk bertemu adik kesayanganku." Sylvia menjawab dengan antusias, memperlihatkan keseriusannya.
Kebanyakan orang mengenal Sylvia sebagai orang yang sangat dingin. Namun, jika menyangkut masalah adiknya dia sangat bersemangat, sampai tidak mau ketinggalan satu kata pun.
Dia sangat menyayangi Ryota, lebih dari apapun.
"Lima hari lagi dia akan melakukan Upacara Kedewasaannya, jadi aku harus hadir." lanjut Sylvia sembari menyuapkan makanan di meja.
"Oh, Ryota adikmu sudah berumur dua belas tahun ya. Tak lama lagi berarti dia akan masuk akademi ini bukan? Melihat kamu yang terus menceritakan hal menarik tentangnya, itu membuatku ingin segera bertemu adikmu, Syl. Fufu." saut Levi sebelum sendok yang berisi makanan itu masuk kemulutnya.
Mendengar Levi yang tertarik kepada Ryota, Sylvia tidak bisa tenang. Melalui mulut yang masih berisi, Sylvia berkata dengan nada semangat "Benyynar-Bnnyar, Adiyku itu hebat! Uhuk."
"O-oi oi, tenang oke, jangan berlebihan, mulutmu masih penuh makanan. Ini minum dulu." ucap levi panik melihat Sylvia yang batuk-batuk tidak karuan. Dia menjulurkan gelas yang berisi air.
Sylvia mengambil air yang disuguhkan Levi dan meminumnya perlahan.
"Huahhh" desah Sylvia setelah meminum seteguk air.
Saat keadaan sedikit tenang, Sylvia melanjutkan.
"Adikku itu sangat hebat, jika kamu bertemu langsung dengannya, kamu akan paham maksudku." ucap Sylvia sembari menyuapkan makanan kembali. Dia terlihat sangat menikmatnya, seakan-akan tak ingin ada orang lain yang meminta.
Levi yang mendengar pernyataan Sylvia yang sangat percaya diri semakin tertarik dengan sosok Ryota, adik temannya. Dia menyimpan penuh harapan untuk segera dipertemukan.
Bukan tanpa alasan Sylvia bisa sangat yakin dengan adiknya. Dia mengingat kembali pada masa lalu, dimana Sylvia sedang bermain dengan Ryota.
Istana Avalonia itu sangat luas, yang setara dengan 4 kecamatan kurang lebih. Kebetulan, disana terdapat sebuah taman indah, tempat yang biasa Sylvia pakai saat mengajak Ryota bermain bersama.
Tempat itu sangat luas dan dipenuhi aneka bunga indah yang langka seperti; Middlemist blue, bunga rimbun berwarna biru muda. Ada juga anggrek dan bunga-bunga indah lainnya. Disana juga dipenuhi pohon sakura yang selalu mekar sepanjang tahun, yang membuat taman selalu tampak hidup.
Terlihat, Sylvia menyuruh Ryota duduk di kursi taman yang panjang. Dia mengambil ancang-ancang seakan hendak melakukan sesuatu. Sylvia menoleh kearah Ryota, seraya berkata;
"Kamu itu memiliki bakat Sihir, sayang sekali, berbeda dengan kakakmu ini yang memiliki bakat ilmu bela diri berpedang." Sylvia menghembuskan nafas menyesal. Namun, segera dia menyobongkan dirinya kembali, dan berkata.
"Tapi jangan khawatir, kali ini aku akan menunjukan skill berpedangku yang hebat ini padamu, Dik. Fufu." ucap Sylvia yang percaya diri sekaligus meletakan tangan di pinggang.
"Wow, kakak sangat hebat!"
Sebuah apresiasi yang menambah nilai sok Sylvia, keluar dari mulut Ryota yang masih polos.
"Fufu, sudah jelas kan?"
Sylvia mengangkat bahunya selepas Ryota memberikan pujian, yang membuat dia semakin besar kepala.
Lalu, segera Sylvia menunjukan kelebihannya dalam ilmu berpedang, dia mengeluarkan skill hebatnya.
Dalam satu gerakan Sylvia mengayunkan pedang kearah pohon yang berjarak sekitar seratus meter didepan.
Itu adalah pohon yang kokoh, namun saat tebasan pedang Sylvia lewat, kata kokoh benar-benar seperti tidak berlaku. Pohon itu langsung terbelah dan tumbang.
Ryota yang menyaksikan langsung tidak bereaksi, dia terlanjur terpana hingga dibuat tak bisa berkta. Kedua matanya berbinar.
Namun, Ryota tidak hanya diam dan merasa kagum saja. Karena pada dasarnya, Ryota itu adalah bocah yang mencari hal baru yang menarik untuk di pelajari, dia mengikuti gerakan yang ditunjukan Sylvia barusan dan dengan tangan yang tanpa memegang pedang, Ryota mengayunkan diudara.
*Gedebukk
Dua pohon yang saling bersampingan terbelah dan jatuh.
Sylvia yang melihat itu tertegun sejenak, dia sangat kaget dan tidak percaya.
'A-apa itu barusan?'
Sylvia masih tak dapat menggerakan tubuhnya, dia tidak bisa berkata-kata.
'Tadi, adikku mengayunkan tangannya lalu dua pohon kokoh itu tumbang. Tunggu! Bukankah gerakan yang dia pakai sama dengan apa yang aku tunjukan? Huh… Sebentar, ini membuatku pusing.' Sylvia masih tampak planga plongo dengan situasi saat ini.
"Whoaa! lihat kak, aku juga bisa melakukannya. Dua pohon itu tumbang olehku, hehe." teriak Ryota yang bersemangat setelah percobaannya berhasil. Karena itu juga, suasana yang mula tegang, sedikit mencair.
"W-woaa, h-hebat, kamu keren, Dik."
*Pok, pok, pok (tepuk tangan)
Sylvia memaksakan diri untuk berbicara walaupun sedikit kesulitan karena belum dapat mencerna situasinya.
"Apa kamu belajar ilmu beladiri pedang baru-baru ini?" Tanya Sylvia yang sangat penasaran.
"Tidak, kok. Tadi aku hanya mencoba mengikuti gerakan kakak, dan aku berhasil melakukannya, hehe." jawab Ryota polos.
Inilah awal mula Ryota mempelajari skill beladiri lainnya terutama pedang, dan akhirnya dikenal sebagai anak yang memiliki dua bakat, sihir dan ilmu bela diri. Dan sering disebut sebagai Perwujudan Keajaiban.
"Sepertinya, waktuku untuk bertemu dengan adikmu takan lama, Syl."
Levi mengingat kembali ke acara yang akan datang sepuluh hari kemudian, yakni perayaan ulang tahun dari pangeran bungsu kerajaan Avalonia, Ryota Adolphus. Acaranya, diselenggarakan lima hari setelah melakukan Upacara Kedewasaan.
Namun, ditengah-tengah, suara dari sosok misterius muncul.
***
Satu jam berlalu semenjak Ryota dan Ratu Canaria meninggalkan kuil suci Dewi kebijaksanaan, memakai kereta kuda.
Dia merasa lega karena dia sampai di istana dan selamat dari perjalanan panjang yang mengerikan, yang penuh dengan manjaan ibunya.
'Ugh, aku lupa bahwa selain ibu, ada lagi seseorang yang mengerikan'.
Ryota memasang ekspresi kecut
Mengingat perkataan ibunya, Ryota merasa dia harus mengembalikan keberuntungan yang telah dia hilangkan. Benar saja, kuat tanpa keberuntungan hanya akan menghasilkan hal-hal buruk.
Di dalam istana
"Tangkap!!!"
Tiba-tiba saja, seseorang menyerang Ryota.