Chereads / Tiger Meet Cat / Chapter 13 - Chapter 13 Noah Relation

Chapter 13 - Chapter 13 Noah Relation

Noah {Sudut Pandang Cinta Ketiga}

Sementara itu, Noah berdiri bersandar sambil melihat ke ponselnya sambil memakan roti di tangannya, menunggu sesuatu di malam hari hanya ditemani penerangan dari ponselnya.

Setiap gigitan, dia benar-benar langsung memakan setengah rotinya, sambil menatap ke ponsel dan mengunyahnya.

"(Jika tidak salah, Leo tadi tampak bicara soal pengambilan barang itu. Yeah, itu cocok untuknya karena dia dikenal di kalangan direktur tinggi seperti Tuan Mandara dan Nona Walwes. Mereka berdua paling sering meminta tolong pada Leo... Tapi meskipun begitu, apakah Caise tahu pekerjaan Leo yang seperti itu? Pekerjaan pria itu sangat banyak... Ketika dia ada di rumah bersamaku, kami akan mengurus banyak dokumen. Dan dokumen yang dimaksud itu adalah dokumen yang mengubah hal-hal ilegal menjadi legal... Jika dipastikan, kami lebih tinggi daripada polisi dan yang lainnya karena tangan Leo sudah dikenal di mana-mana... Hukum saja takut padanya, yeah, itu karena dia juga seorang pria hukum... Ketika dia lulus dari Fakultas Hukum, dia akan menjadi seseorang yang paling menang dari segala hukum...)" pikirnya.

Jika dilihat, Noah adalah seorang lelaki yang berumur sama seperti Leo. Umurnya 22 dan hanya kurang satu tahun dari Leo. Dia juga ada di Fakultas Hukum bersama Leo.

"(Sedikit curhat saja... Leo lebih baik dalam bidangnya... Di kampus, dia yang paling serius dalam mengerjakan tugas, dan di depan direktur ilegal, dia siap melakukan pekerjaannya sebagai budak mereka. Dan juga... dia kadang dimintai tolong menjadi pengawal hanya karena dia telah tercatat mengalahkan banyak preman dan seorang pembunuh... Tapi di sini ada satu hal yang belum menjadi pekerjaannya... Pembunuh bayaran. Selama ini, dia membunuh hanya karena dendam, padahal menjadi pembunuh bayaran juga memiliki bayarannya yang tinggi... Tapi aku khawatir dengan kondisi dan pekerjaannya setelah mengenal gadis bernama Caise itu...)"

Setelah selesai makan, ia melempar plastik roti itu ke tempat sampah dekatnya sambil masih mengunyah, tetapi ada seorang wanita yang berjalan mendekat ke arah mesin penjual minuman di samping Noah. Wanita itu membeli minuman dan memberikannya pada Noah.

Noah terdiam, bingung, dan melihat ke wajah wanita itu yang cantik dengan senyuman manis.

"Minumlah, kau pasti haus," ucap wanita itu dengan senyum kecilnya.

"...Apa kau kupu-kupu malam?" Noah menatap sambil mengambil minuman itu.

"Bukan, aku hanya wanita pekerja. Aku baru saja pulang dari bekerja... Bosku selalu menggangguku dan tidak membuat pekerjaanku cepat selesai hingga aku harus pulang malam seperti ini... Kebetulan aku melihatmu. Apa kau sedang menunggu sesuatu?"

"Tidak ada, aku hanya ke sini untuk berjaga pada panggilan atasan. Dia yang selalu memanggilku, karena itulah aku selalu menunggu di tempat seperti ini juga mungkin."

"Atasan? Jika dilihat, apa kau bawahan gangster?"

"Bisa dibilang begitu."

"Siapa atasanmu?"

"Meskipun kusebutkan, apakah kau tahu dunia kriminal berisi siapa saja...? (Dia... kenapa dia berani sekali datang ke sini, apalagi kawasan ini sangat berbahaya untuk wanita seperti dia...)" Noah menatap dingin.

"Haha, maafkan aku. Kebetulan sekali aku juga dulu sering ditindas oleh preman. Keluargaku mati karena mereka dan mereka memintaku bergabung dengan kupu-kupu malam, tapi aku menolak sampai sekarang. Jika aku bergabung, hartaku sebagai wanita tak akan berguna lagi."

"...Memangnya untuk apa harga diri tubuh wanita di dunia ini? Mereka kebanyakan hanya meminta uang dengan menjual tubuh mereka."

"...Kau mengatakan itu di depanku, apa aku terlihat seperti itu?"

"Semua wanita terlihat seperti itu, kecuali kau berhenti keluar dan berdiam diri di rumah, hanya perlu menunggu seseorang datang menjemput."

Kata Noah, lalu wanita itu terdiam. "Jadi, hanya wanita yang berdiam diri di rumah itu perawan?"

"Yeah..."

"Lalu kau suka yang bagaimana? Suka yang perawan atau yang sudah tidak? Mereka memiliki perbedaan. Yang tidak perawan itu lebih menggoda, tapi yang perawan lebih enak..."

"...Aku tidak peduli, karena... aku terlalu sibuk untuk bercinta... Setiap hari hanya meluangkan waktu untuk merokok, dan aku di sini pun juga tak akan bisa ke mana-mana selain menunggu atasan selesai."

"Memangnya dia ada di mana?"

"Jika kau ingin tahu, di sekitar sini, tempat yang paling kotor itu di mana?" Noah menatap.

Lalu wanita itu melihat sekitar dan menemukan bar besar di tepi jalan yang gelap itu. Bar itu sudah jelas milik Leo, dan Leo tadi ada di sana.

"Ah, itu... Jadi dia sedang melakukan pertemuan di sana... Kudengar, kupu-kupu malam di sana sangat cantik dan begitu menggoda dibandingkan bar lain sehingga bar lain hampir bangkrut karena itu."

"Yeah, itu salah satu pekerjaan paling buruk... Itu karena atasan sendiri... Dia mengambil hutang dengan mengambil gadis perawan dan membuat mereka seperti itu. Alhasil, wanita-wanita malam itu hanya bekerja untuk mencari uang bagi atasan... (Benar-benar agak licik kalau dipikir-pikir. Untuk melunasi hutang para korban, Leo lebih suka meminta gadis atau wanita sebagai ganti tebusannya. Cara mendapatkan uang ini sangat buruk untuk ditiru.)"

"Oh, kalau begitu atasanmu itu berarti suka wanita yang seperti itu? Wanita yang berbekas, wanita yang lebih menggoda, dan sebagainya? Apa aku benar?" tanya wanita itu sambil menatap.

"Tidak juga... Dia lebih suka gadis, perawan... (Caise merupakan gadis perawan yang sepertinya tidak pernah disentuh orang lain, dan sekarang Leo pasti akan merebut keperawanannya,)" pikir Noah dengan wajah dingin sambil mengingat Caise dengan perasaan aneh. Ia perlahan-lahan meminum soda tadi di depan wanita yang memberikannya tadi.

"Oh, dia suka yang bersih... Hahaha... Benar-benar aneh, padahal wanita perawan sudah hampir tidak ada," kata wanita itu.

"Yah, aneh... Kenapa kita jadi membahas hal ini?"

"...Entahlah, sebatas mengobrol... Oh, bagaimana denganmu? Apa kau lahir dari keluarga gangster?" tanya wanita itu.

Kali ini Noah yang kembali diam. Ia lalu menghela napas panjang.

"Kita baru saja bertemu dan kau sudah ingin kita berdua curhat?"

"Haha, ketahuan ya. Aku memang seperti itu, suka mencari topik untuk bicara, karena di rumah aku sendirian... dan... kesepian," kata wanita itu.

Mendengar itu, Noah terkejut sendiri.

"Baiklah, aku pergi dulu. Terima kasih telah mendengarkanku," ucap wanita itu sambil berjalan menjauh dan melambaikan tangan.

Dari awal hingga ia pergi, sikapnya begitu dewasa dari gaya tertawa dan bicaranya. Tapi ada sesuatu yang membuat Noah terdiam. "(Kesepian... katanya,)" pikirnya.

Paginya di kantor, di ruang pribadinya, tepatnya di rumah Leo yang begitu besar. Leo meremas kaleng di mejanya sambil duduk di kursi, mendengarkan telepon.

Ia rupanya menahan kesal dari tadi karena teleponnya belum juga diakhiri. Orang yang berbicara di telepon itu masih bicara dan sedikit memarahinya.

"Ya... Aku mengerti... Terima kasih," Leo membalas dengan suara menahan amarah dan akhirnya menutup teleponnya.

Ia meletakkan ponselnya pelan-pelan di meja.

Awalnya tenang, kini ia mengamuk dengan mendorong meja itu hingga terpental.

"Sialan!!! Mentang-mentang kau mau menyuruhku seenaknya... Kau mau aku jadi babumu... Anjinglah... Terserah!!!"

Sementara itu, Noah di lantai bawah bersantai di sofa, meminum minumannya sambil melihat televisi di depannya.

Dia hanya diam mendengar Leo yang mengamuk di lantai atas.

"(Kebiasaannya... Jam 8 begini akan menghancurkan ruangannya dan memintaku membersihkannya... Tinggal tunggu saja hingga dia reda.)"

Lalu dia ingat yang tadi malam. "(Kenapa aku teringat padanya terus... Tapi ini memang benar, aku telah menemukan biodata miliknya,)" dia mengambil dokumen biodata milik wanita kemarin.

Wanita itu adalah seorang wanita tunggal berumur 24 tahun dan bekerja sebagai wanita karier.

"(Umurnya agak beda dari aku dan Leo... Dan juga, tadi pagi aku menemukan informasi soal dia yang rupanya pergi ke gym setiap hari. Aku sudah mendaftar di gym, aku ingin tahu wanita sepertinya melakukan apa saja di gym.)"

Lalu dia melihat ke ponsel. Di sana tertulis nama kontak baru yang bertuliskan 'Wanita Menarik'.

"Aku sudah mendapatkan nomornya, mungkin aku bisa chat sedikit," dia mengetik dan mulai mengirim pesan.

== Hai.... Aku lelaki yang tadi malam mengobrol denganmu ==

"Apa ini baik-baik saja kalau aku langsung bilang begini?" Noah bingung.

Tapi siapa sangka, wanita itu membalas chat-nya. == Dari mana dapat nomorku? Oh, ini baik-baik saja kalau begitu... Ya, aku ingat kau, jadi apa yang terjadi? ==

"Haha... Sangat mudah menarik hati wanita jika kau memiliki wajah tampan, benar kan, Noah?" Noah bergumam senang sendiri lalu mulai mengetik lagi.

== Aku tertarik padamu ==

== Hah, berani sekali bilang begitu? ==

== Bagaimana jika ketemuan saja ==

== Hm... Baiklah deh... Hari ini kebetulan aku akan nge-gym, kamu bisa datang dan kita bisa mengobrol juga ==

"Haha... Ini dia..." Noah kembali senang lalu meletakkan ponselnya di saku dan berdiri, dia siap pergi.

"(Aku terlalu santai untuk dikatakan menembak cewek,)" ia akan pergi, tapi mendadak Leo sudah ada di depan pintu rumah, membuat Noah terkejut.

"Kau mau ke mana?" tatap Leo dengan kesal.

"Nge-gym lah."

"Sejak kapan kau mulai kegiatan kayak gitu? Kau seharusnya lebih mengembangkan tubuhmu seperti aku ini," Leo menunjukkan lengannya yang keras dan penuh otot.

"Kau melakukan itu dari membunuh dan membuat babak belur orang lain. Aku lebih memilih yang aman-aman saja jika ingin membesarkan otot."

"Jadi kau yang kurus ini ingin membesarkan otot.."

"Sialan... Berat badan kita saja hampir sama, kau bilang aku kurus?! Sejak kapan aku pengen punya perut kayak kamu.... Bercanda.... Baru-baru ini aku dapat cewek cantik yang nge-gym."

"Oh... Kau sedang jatuh cinta?" tatap Leo dengan mata lirikan.

"Kau mau ikut? Akanku tunjukkan wanitanya."

"Aku tidak mau... Buang-buang waktuku saja," Leo menolak.

"Cih... Tak apa... Cepat," Noah memaksa dengan menarik baju Leo, membuat Leo terkejut.

---

Sesampainya di tempat gym, Noah bermain ponsel di dekat meja trainer.

"Hei, Noah... Kau bawa siapa tadi?" tanya si trainer dekat mejanya. Dia menatap Leo dari jauh yang masih melihat-lihat tempat itu.

"Dia hanya atasanku. Apa cewek itu sudah datang?"

"Sepertinya belum."

"Ok, aku akan menunggu..." Noah tampak tak sabar.