Chereads / Tiger Meet Cat / Chapter 16 - Chapter 16 It's Okay

Chapter 16 - Chapter 16 It's Okay

"Baiklah, kita sampai," Leo menghentikan mobilnya di depan kedai tempat menjual berbagai perlengkapan untuk kucing.

"Mas Leo... Apa kau yakin?" Caise menatap panik.

"Tak apa, ayo," Leo mengajak nya.

Lalu mereka masuk ke kedai itu. Seketika ada pelayan menyambutnya. "Selamat datang, ada yang bisa di bantu?"

"Ya, aku ingin makanan kucing terbaik, satu kotak," kata Leo, seketika Caise terkejut.

"Baik, segera!" Pelayan itu langsung pergi menyiapkan.

"Ma... Mas Leo...?! Apa yang kau lakukan... Aku... Aku..." Caise menatap panik.

"Tak apa... Baiklah, sekarang kita lihat ini," Leo menatap rak penuh kalung kucing yang sangat cantik.

"Mas Leo... Tidak perlu..."

"Tak apa, aku lihat kucing kucing mu itu tidak di beri kalung bukan, nanti kita berikan nama satu satu agar aku juga bisa mengenal mereka," kata Leo, dia juga mengecek satu persatu kalung itu.

"Mas Leo.... (Kenapa aku merasa kita seperti sedang mengurus bayi, padahal hanya kucing....)" Caise berwajah sangat merah.

"Oh, bagaimana dengan obat obatan untuk khusus kucing yang nanti sakit..."

"Oh, aku sudah mempunyai nya, aku kadang juga menyembuhkan mereka, tapi jika mereka sakit parah, aku akan membawa mereka ke dokter hewan," kata Caise.

Lalu kebetulan pelayan tadi datang. "Tuan, kami sudah mempersiapkan nya, apakah ada perlu lagi?"

". . . (Apa yang dibutuhkan kucing lagi?)" Leo terdiam berpikir, dia menatap Caise yang terkejut. "M... Mas Leo, sudah, itu sudah sangat cukup..." dia dari tadi benar benar tidak enakan.

"Oh benar, pasir kucing!" kata Leo.

"(Akhh.... Dia benar benar tidak sayang uang,)" Caise panik, hingga semua selesai. Pelayan di kedai kucing itu memasukan barang barang itu di bagasi mobil Leo.

"Baiklah, makanan kucing, kalung, pasir kucing dan yang lainnya, sudah," kata Leo.

Sementara Caise terdiam dengan tidak nyaman mengikutinya di mobil. Lalu Leo menoleh padanya. "Caise?"

"Um... Mas Leo... Aku janji aku akan mengembalikan uang nya," tatap Caise dengan panik.

Hal itu membuat Leo menurunkan senyumnya membuat Caise tambah terkejut melihat ekspresi Leo berubah.

"(Astaga... Kenapa ekspresinya begitu? Kenapa... Kenapa dia terlihat kecewa dan dingin begitu? Apa yang harus aku lakukan...)"

"M... Mas Leo, aku tidak bermaksud... Tidak bermaksud... Eh..." Caise benar-benar panik ketika melihat ekspresi Leo yang berubah setelah mendengar kalimatnya tadi.

"Mas Leo... Um... Um..." Caise masih panik bahkan ketika Leo berjalan mendekat.

Namun, siapa sangka, Leo memegang kepala Caise dan membelainya dengan lembut, membuat Caise terdiam dengan wajah merah.

"Ini baik-baik saja," kata Leo. Dia mendekat dan mengecup pipi Caise, membuat Caise terkejut dan langsung memegang pipinya.

Bahkan pelayan yang sedang mengangkut barang ke bagasi terlihat terkejut melihat itu.

"M... Mas Leo?!"

"Jangan merasa tidak enakan padaku, Caise. Jika kau tak ingin aku kecewa mengakui hubungan ini, jangan bersikap begitu di depanku," kata Leo.

Caise terdiam sejenak dan mengangguk mendengar perkataan itu. "(Mas Leo mungkin mengatakan sesuatu tentang bagaimana dia tidak mau aku bersikap sungkan, termasuk membelikan sesuatu hanya untuk kucing-kucingku... Tapi ini benar-benar baik...)"

---

Tampak Leo memasangkan satu per satu kalung pada kucing-kucing Caise yang datang padanya sementara dia berlutut.

"Mas Leo..." Caise berjalan mendekat.

"Aku sudah selesai memasangkannya, Caise..." Leo berdiri. "Lihat, mereka sangat cantik sekali.... Kalung itu juga bisa membantu jika mereka hilang atau keluar dari apartemen ini...." tambahnya.

Tapi Caise tampak terdiam dengan wajah yang merah membuat Leo juga terdiam membungkuk menatap. "Caise? Kau baik baik saja? Kau tidak suka?"

"Um... Aku sangat menyukai nya... Kamu benar, mereka sangat cantik... Jadi Mas Leo... Terima kasih untuk mereka," kata Caise dengan wajah yang masih benar-benar merah, tak berani menatap Leo, pandangan nya terus melihat ke arah lain.

Leo kemudian memegang kepala Caise lagi dan membelainya pelan, membuat Caise menutup mata menikmati sentuhan itu.

"(Dia melakukan nya lagi.... Belaian yang sangat profesional bahkan aku tak bisa melakukan itu, ketika dia menyentuh, rasanya sangat nyaman, tangan nya yang besar benar benar tahu bagaimana membuat ku nyaman...) Mas Leo..." Caise menatapnya sambil menengadah.

"Aku ingin... Pelukan," tambah Caise dengan malu-malu.

Leo terdiam sejenak, lalu mengangguk. "Tentu, kemarilah," ia membuka tangannya.

Caise tersenyum senang dan langsung melompat memeluk leher Leo. Leo menggendongnya dengan erat.

"Ah... Jangan gendong aku!" Caise terkejut panik.

"Tak apa, aku tahu kau lebih suka begini," kata Leo. Bahkan Leo menyangga Caise dengan satu tangan nya, satu tangan yang lain meraba pinggang Caise yang ramping.

Caise berwajah merah dan kemudian memeluk Leo dengan erat, dia seperti termakan akan wajahnya yang masih merah. "(Ini sangat hangat... Aku bisa merasakan aroma nya, meskipun aroma ini aneh, tapi aroma ini sangat hangat... Ini seperti dia memiliki bulu tebal yang dapat menyelimuti ku...)" Bukan hanya Caise yang merasakan kehangatan itu, tetapi Leo juga merasa nyaman.

"(Caise benar benar wangi.... Aku ingin setiap hari mencium lehernya... Mencium aroma rambut nya... Aku ingin semua... Tapi, bertahanlah....)" pikir Leo.

Tak lama kemudian, Caise merasakan Leo berjalan. Dia mengangkat kepalanya dan melihat bahwa Leo benar-benar berjalan dan duduk di sofa.

Sekarang Leo duduk di sofa, dan Caise ada di pangkuannya. "Mas Leo..." ia menatap sangat dekat.

"Ya, kau ingin sesuatu, Caise?" Leo menatapnya dengan ekspresi yang sangat nyaman.

"Um... Apa ini baik-baik saja?" tanya Caise yang mulai ragu.

"Ini lebih dari baik-baik saja..."

"(Ini benar-benar sangat hangat...)" Caise terdiam.

Bahkan kucing-kucingnya juga mendekat dan berada di samping Leo di sofa.

"Mas Leo... Apa kita benar-benar sudah menjadi kekasih?" tanya Caise.

"Yeah, kita kekasih..."

"Lalu... (Astaga... Ketika dia bilang begitu, jantungku berdegup sangat kencang. Bagaimana bisa, di situasi seperti ini, dia bisa tetap tenang sambil menunjukkan senyumannya hanya padaku...) Jika aku bertanya sesuatu, Mas Leo siap menjawabnya?" Caise menatap.

"Yeah, tentu, tanyalah apa pun..."

"Lalu, jika aku mengatakan sesuatu tentang diriku, apa Mas Leo bisa menjaga rahasia ini dengan baik?" Caise menatap.

"Ya, aku akan menjaganya, selama kau percaya padaku, Caise," jawab Leo.

"(Mendengar kalimatnya itu, membuatku benar-benar yakin dan aku percaya padanya. Soal mimpi itu, mungkin hanya kebetulan saja. Lagi pula, mimpi itu tidak mengatakan dari awal. Dia menunjukkannya langsung padaku, karena aku tak tahu siapa yang Mas Leo bunuh dalam mimpiku itu. Semoga itu memang benar tidak terjadi... Tapi aku pernah memberitahu Mas Leo tentang mimpi itu. Jika kubilang padanya bahwa aku punya takdir mimpi, dia mungkin akan percaya bahwa aku sudah tahu kalau Mas Leo pembunuh... Apa yang harus kukatakan padanya?)" Caise terdiam, khawatir.

"Caise... Ada apa?" Leo menatap karena wajah Caise penuh kecemasan.

"Um... Mas Leo... Apa kau benar-benar suka padaku?" tanya Caise.

"...Aku lebih dari suka padamu. Apakah kalimat itu masih membuatmu ragu padaku?"

"Itu memang benar, aku masih belum percaya pada Mas Leo... Maafkan aku jika aku mengatakan ini, tapi... Aku memang ragu karena aku belum pernah berpacaran dengan seseorang sebelumnya..."

"Kau benar benar belum pernah pacaran ya?"

"Un... Aku belum pernah melakukannya sama sekali. Aku sudah bilang dari awal, kan, aku belum pernah menerima orang lain..."

"Haha, kalau begitu aku beruntung mendekati gadis yang sangat bersih dan polos..."

"Apa?! Kau menganggapku polos?!" Caise terkejut.

"Ya... Kau masih polos, dan aku ingin mengajarkanmu... Apa arti dari cinta yang sesungguhnya. Aku bisa memberimu tanggung jawab, dan pastinya, kau bukan bekas cerita orang lain," kata Leo. Dia mendekat dan mencium leher Caise, membuat Caise gemetar karena hal itu.

"M... Mas Leo..."

Leo kemudian melepas kecupan itu dan menatap Caise. "Kau ingin sesuatu yang lebih hangat dan nyaman?" tanyanya.

"..."

"Ciuman bibir... Lakukan ciuman bibir lagi..."

"Apa?! Tapi... Tapi..."

"Kita belum melakukannya bahkan tak ada satu kali selama hubungan ini, biarkan aku mengajarkanmu cara ciuman yang benar," tatap Leo.

Caise terdiam, mengingat sesuatu tentang perkataan Naya soal deep kiss atau ciuman dalam dengan pacar.

"(Aku ingin melakukan ciuman dalam... Tapi aku masih terlalu takut di hadapan Mas Leo... Bagaimana ini...)" Caise gemetar.

"Caise... Santai saja, aku tidak akan menggigit lagi," kata Leo.

"B... Baiklah, m... Mulailah duluan," kata Caise sambil menutup mata dengan bibir gemetar.

"Sedikit pemberitahuan, aku lebih suka jika Caise yang memulai duluan," kata Leo.

Caise terkejut mendengar itu, gemetarnya semakin menjadi dan wajahnya semakin merah.

"Oh, santailah, sayang... Aku tidak akan melakukan apa pun," kata Leo sambil mengusap pipi Caise, yang justru membuatnya semakin gemetar.

Melihat itu, Leo memiliki banyak waktu untuk memikirkan. "(Aku tak tahu mana lagi yang harus mirip dengan nya... Caise benar benar sangat mirip dengan gadis itu... Apa yang sebenarnya membuat semua ini terjadi, Caise hanyalah seorang gadis yang polos, dia tak pantas ikut campur dalam urusan ku, aku yakin dia hanya gadis polos, tak ada masa lalu meskipun aku belum mengetahui masa lalunya. Tapi dia terlihat seperti gadis yang baik, itu membuat ku sedikit aman...)"

"Ma... Maafkan aku... Aku benar-benar minta maaf... Hiks... Beri aku waktu..." Caise menutup mata dan menunduk.

"Ya, ini hal yang wajar untukmu... Aku akan menunggumu," jawab Leo.

"(Aku benar-benar tak menyangka hubungan kita akan seperti ini... Kenapa aku semakin takut akan hal ini? Apa ini karena aku tidak pernah menyangka akan bertemu dengan pria yang begitu menganggapku seperti seseorang yang hanya miliknya saja... Dia bahkan tidak gegabah dan tidak memaksaku sama sekali, buktinya dia benar-benar menunggu... Tapi aku merasa sesuatu ini tidak akan bertahan lama. Seperti dia melakukan semua ini hanya untukku, dan dia sama sekali belum pernah melakukannya dengan orang lain sebelum aku,)" pikir Caise.

Pemikiran Caise memang benar, Leo tak pernah melakukan atau memperlakukan orang lain seperti dia memperlakukan Caise. Hanya Caise yang ia perlakukan dengan begitu istimewa, lebih dari yang lain.