Chereads / THE SECRET AGENT! / Chapter 2 - Kehidupan Baru yang Berbeda

Chapter 2 - Kehidupan Baru yang Berbeda

"Kenapa kau membawaku ke rumah sakit?" Hailexa bertanya sambil terus mengikuti langkah kaki Alesya. "Apa terjadi sesuatu yang buruk?"

"Diamlah, nanti kau akan memahami," balasnya ketus.

Alesya, wanita dua puluh enam tahun yang sebagai sahabat pertama Hailexa di Turin. Wajahnya cantik tetapi sedikit beringas. Rambutnya pirang. dia punya manik mata yang latif. perpaduan abu-abu serta hijau, menggunakan warna abu-abu yang mendominasi. hingga saat ini Hailexa masih belum mengenal sebenarnya Alesya tipe pribadi macam apa. Suatu waktu dia bisa bersikap ramah serta menyenangkan. waktu hari berganti, beliau mampu datang-datang berubah dingin, tidak tersentuh, dan menyebalkan.

Langkah kaki Alesya berhenti di depan sebuah ruangan yang terletak di pada lorong. Selain Hailexa serta Alesya, ada 2 orang laki-laki berpakaian hitam yang berjaga di depan ruangan, sisanya sepi. Hailexa menelan ludah, waktu menyadari banyak kamera pengawas yang terpasang pada sepanjang lorong.

"Lasciaci," perintah Alesya pada 2 laki-laki pada depannya.

Hailexa tak mengerti apa yang baru saja Alesya ucapkan, namun berhasil membuat 2 laki-laki tersebut pulang. tiga bulan menetap di Turin tidak membuatnya mampu berbicara bahasa italia. Mengerti dasar-dasarnya saja tidak, mungkin hanya sebatas ti amo atau mio amore. Itu pun Hailexa ketahui berasal film-film.

"Coba lihat sesuatu pada pada sana."

2 jendela primer berasal ruangan yang Alesya maksud sedang tertutup tirai. Hal itu menghasilkan Hailexa mengintip melalui kaca kecil yang terpasang pada pintu. Hailexa mengerjap, memperjelas penghilihatannya. di pada sana seorang sedang terbaring—mungkin tidak sadarkan diri, dengan beberapa indera-alat medis yang terpasang pada tubuhnya.

Sebenarnya dia siapa? Kenapa Alesya wajib menunjukkan hal ini padanya?

"Beliau sempat mengalami koma selama berminggu-minggu. saat sadar, kondisinya tidak kunjung membaik, bahkan hingga sekarang. Hari ini saya membawamu menengoknya sebab dokter mengatakan Jika dia balik koma."

"Beliau, siapa?"

"Ada ketika di mana kau akan mengetahui siapa yang sedang terbaring di sana, tapi tidak hari ini. yang perlu kau ketahui, beliau ialah alasan kenapa kau berdiri di sini, bergabung denganku."

"Ja-jadi tugasku ialah menggantikannya? Begitu?" tanya Hailexa terbata-bata.

Alesya mengangguk, menyandarkan punggungnya pada dinding. Napasnya berembus kasar. kedua matanya menatap Hailexa tajam. "Saya memilihmu, bukan tanpa alasan. waktu lukamu sedang diobati, kami sedang melakukan investigasi pada setiap barang-barang yang patut dicurigai, termasuk tas dan kamera. ketika melihat kartu identitasmu, aku eksklusif tertarik buat membawamu bergabung. sesudah mencari memahami sedikit asal latar belakangmu, ketertarikanku semakin besar . Nilaimu cantik, kau gadis pandai . saya percaya kau mampu menggunakan pekerjaan ini."

"Kau membuatku takut hari itu. sampai detik ini masih banyak pertanyaan yang bersarang di kepalaku. Apa yang baru saja kau katakan tidak terlalu membantu."

"Bagaimana harimu, menyenangkan?"

Selalu mirip ini. Setiap kali Hailexa ingin bertanya lebih dalam, Alesya berusaha mengalihkan topik. Pernah suatu hari ia emosi sebab sikap Alesya, tetapi wanita itu tampak tidak peduli. beliau hanya mengatakan Bila pertanyaan Hailexa akan terjawab dengan sendirinya, seiring berjalannya ketika.

"Ya, begitulah. Ini baru hari keempat saya bekerja di kafe. Beruntung beberapa pegawainya cukup fasih berbahasa inggris. aku hanya sedikit kesulitan saat harus bicara menggunakan pelanggan yang artinya penduduk lokal," keluh Hailexa sesudah satu minggu harus hidup terpisah menggunakan Alesya.

"Mulai kini kau tidak akan terus dekat denganku. Kau punya kehidupan sendiri. Saranku, cobalah buat belajar bahasa italia. Itu akan sangat membantu. Bila punya waktu luang sehabis kelas berakhir, aku bisa saja membantumu."

"Tak perlu." Hailexa menggeleng cepat. "saya bisa meminta bantuan orang-orang kafe atau mencari tutor saja. Belajar secara belajar sendiri pun sepertinya saya masih bisa."

"Good. sesudah ini kau kembali, istirahat. Besok sore kita bertemu lagi."

Hailexa menguap lebar waktu kakinya menginjak lantai apartemen. ia telah mandi sebelum Alesya mengajaknya pergi. setelah ini hanya perlu mencuci paras, berganti pakaian, kemudian tidur.

Tinggal di apartemen seorang diri mengingatkan Hailexa di kehidupannya di Amerika. Kedua orang tuanya sudah tiada sejak dia memasuki tahun keempat pada high school. seseorang perempuan yang acapkali dipanggil grandma, membantu Hailexa menjual tempat tinggal milik orang tuanya. Uang asal akibat penjualan digunakan buat biaya supaya Hailexa bisa permanen hayati dan bersekolah.

Gita, artinya orang yang terus membantu Hailexa sehabis ke 2 orang tuanya tiada. wanita itu sebenarnya belum cocok dipanggil nenek sebab belum mempunyai cucu. tapi Gita sendiri yang meminta agar mereka terlihat seperti famili. tak ada hubungan darah di antara mereka, Gita hanya tetangga sebelah tempat tinggal .

Hailexa tinggal pada tempat tinggal Gita selama tahun terakhirnya pada high school.

Ketika awal masuk universitas, Gita diminta buat pulang ke Italia, tinggal beserta putranya. Keputusan itu membentuk Hailexa harus tinggal pada asrama. Beruntung pihak universitas memberinya fasilitas beasiswa. tidak hanya di biaya pendidikan, tetapi juga rumah.

Fasilitas itu tidak membuat Hailexa membisu. dia bekerja paruh ketika disela-sela kesibukannya. Mulai dari penjaga kedai sandwich sampai seseorang tutor. Usai lulus asal universitas, Hailexa menyewa sebuah apartemen kecil di tengah kota. beliau berniat mencari pekerjaan pada lebih kurang sana. tapi nasib lain tiba menghampiri saat ia menetapkan buat berlibur ke Italia.

"Maaf Grandma, aku benar-benar sibuk."

"Aku mengerti, Nak. sampai-hingga kau tidak pernah menghubungiku selama dua bulan."

Hailexa terkekeh mendengar pernyataan Gita di seberang sana. "Jika punya ketika, saya akan berkunjung. Grandma tidak perlu risi, aku baik-baik saja. Orang-orang pada kafe relatif ramah dengan pendatang sepertiku. Mereka bahkan fasih bicara bahasa inggris," jelas Hailexa supaya Gita tidak mencemaskannya.

"Senang karena bisa mendengarnya. kini cepat tidur. Kau harus bekerja besok.

Entah sudah berapa banyak kebohongan yang ia katakan di Gita. Hailexa baru saja bekerja di kafe selama empat hari, namun Gita tahu Bila dia telah bekerja selama tiga bulan. Menyedihkan. Sayangnya Hailexa bisa apa. ia tidak boleh membocorkan jenis pekerjaan dengan bayaran fantastis yang sedang ditekuni waktu ini.

Bila bukan karena uang, mungkin Hailexa akan menolak mentah-mentah tawaran Alesya. Setidaknya, menggunakan pekerjaan ini, waktu beliau pulang ke Amerika nanti, kehidupannya akan jauh lebih layak.

Lihat fasilitas yang Hailexa dapatkan sekarang. Apartemen gratis, gaji besar, mereka bahkan menunjukkan sebuah kendaraan namun Hailexa tolak.

Menurutnya itu terlalu hiperbola. Apartemen yang Hailexa pilih pun hanya apartemen baku namun sangat layak huni. tidak mirip yang ditawarkan Alesya, terlalu mewah. Gita mampu curiga nanti. Ini saja telah berkali-kali lipat lebih baik dari apartemennya di Amerika.

Semua fasilitas ini tentu saja sebanding menggunakan apa yang Hailexa lakukan. Sepanjang hidupnya, Hailexa tidak pernah membayangkan akan menerima pekerjaan semacam ini. dia yang dulunya senang menulis pada atas kertas, kini harus belajar menembak tepat sasaran. Kehidupannya lama-lama berubah gila.

***