"Dia adalah istriku!"
"APA?!?!?!"
Bagas sangat terkejut dan mulutnya terbuka lebar, kantong kresek di tangannya langsung jatuh karena dia tidak bisa menerima berita mengejutkan ini. Dia tahu bahwa kasir itu memiliki anak dan kemungkinan sudah menikah atau bercerai. Namun, dia tidak menyangka bahwa pria itu adalah temannya sendiri yang sudah lama hilang.
"Bagaimana bisa kau menikah dengannya?" Meskipun tidak terlalu dekat karena kesibukan masing-masing, tapi Bayu masih mengirim kabar padanya.
"Itu karena kecelakaan tidak sengaja dan aku harus bertanggung jawab padanya." Bayu menolak mengungkapkan alasan sebenarnya karena dia tidak ingin masalah ini diketahui oleh orang lain, meskipun Bagas adalah temannya.
"Tunggu sebentar jika dia adalah istrimu bukankah artinya kau telah meninggalkannya selama enam tahun?" Bagas mencengkeram kerah pakaian Bayu dan menatapnya tajam. "Apakah kau sudah tahu bahwa dia memiliki anak?"
"Aku baru mengetahuinya kemarin," jawab Bayu dengan suara pelan dan menghindari tatapannya.
"Sialan! Bayu kau adalah pria paling brengsek." Tangan Bagas sangat gatal ingin memukul wajahnya namun dia mengurungkan niatnya dan akhirnya melepaskan pakaian Bayu.
Bagas sangat sensitif dengan masalah seperti ini karena pengalamannya di masa lalu. Orang yang seharusnya dia panggil ayah dan ibu adalah sosok kejam yang hanya peduli dengan dirinya sendiri. "Setelah mengetahui hal ini apakah kau tetap fokus dengan balas dendammu atau kembali bersama keluargamu?"
"Aku tidak bisa." Bayu berlutut dan mengambil kantong kresek yang jatuh. "Terlalu berbahaya jika mereka berada di dekatku."
"Kau lebih mementingkan balas dendammu?" Bagas mendengus kesal lalu tertawa sinis. "Kalau begitu jangan pernah menyesali keputusanmu." Dia berbalik dan meninggalkan Bayu sendiri.
"Seharusnya wanita itu tidak menunggu pria brengsek sepertimu."
Bayu menatap kepergiannya dan menghela napas tidak berdaya.
oOo
Bayu sudah tiba di apartemen tapi tidak menemukan keberadaan Bagas, dia meletakan bahan makanan di kulkas kemudian memasukan pakaiannya ke dalam lemari. Dia tidak bisa melupakan perkataan Bagas yang menusuk hatinya.
Benarkah Novita menunggunya selama ini?
"Dasar wanita bodoh," gumannya sambil mengusap wajahnya kasar.
Bayu keluar dari apartemen dan pergi mengunjungi rumahnya, hatinya tidak bisa tenang jika tidak melihat wanita itu. Dia penasaran apakah Novita sudah kembali ke rumah dan menjemput anak mereka dari sekolah. Bayu hanya bisa tersenyum pahit karena tidak berani muncul di hadapan mereka.
Langkah kakinya mendadak berhenti ketika melihat orang yang sangat dia kenal, satu jam yang lalu mereka mengobrol dengan santai. Namun, saat ini Bagas sedang membantu Novita membawa barang belanjaannya dan mengobrol dengan bebas bersama putranya.
Mereka terlihat seperti keluarga bahagia.
Bayu membalikkan tubuhnya karena tidak kuasa melihat pemandangan itu, memang lebih baik jika mereka tidak bertemu lagi. Dia lebih suka jika Novita bersama Bagas karena dia sangat mempercayainya, bukan dengan pria seperti Bayu yang menghilang tanpa kabar.
"Novita, kuharap kau bisa bahagia."
oOo
Krek.
Pintu terbuka dan muncullah Bagas dengan senyum cerah tapi itu segera menghilang ketika melihat Bayu yang duduk di sofa.
"Kau baru saja kembali," ujar Bayu tenang sambil menghisap rokok.
"Aku bertemu dengan kenalanku di jalan," kata Bagas sambil melepaskan jaketnya dan menggantungnya di samping pintu.
"Bagas bisakah kau mengabulkan keinginanku?" Bayu sudah memikirkan hal ini matang-matang dan yakin menyerahkan Novita pada teman baiknya.
"Apa itu?" Bagas menaikkan sebelah alisnya heran.
"Tolong jaga Novita dan bahagiakan mereka." Raut wajahnya tidak berubah ketika mengatakan hal tersebut, namun ada kesedihan di dalam matanya.
Bagas hanya mendengus kemudian berjalan menuju kamarnya. "Tanpa kau minta aku pasti akan menjaganya."
Bayu menghela napas lega dan beban di hatinya akhirnya menghilang. Setidaknya Novita tidak akan sendiri lagi dan anaknya akan memiliki seorang ayah.
Namun, apakah Bayu rela melihat putranya memanggil orang lain sebagai ayah?
oOo
Keesokan harinya Bayu pergi ke pasar gelap dan meninggalkan pesan pada Bagas yang masih tertidur. Dia ingin melihat transaksi dengan orang asing sekaligus mencari informasi yang berguna. Mungkin saja ada petunjuk kecil yang bisa dia gunakan untuk menemukan dalang di balik layar.
"Berhenti! Tunjukan kartumu!" Ada dua orang mencegat Bayu masuk.
Bayu mengeluarkan kartu yang diberikan Bagas dan akhirnya diizinkan masuk. Dia mengedarkan pandangannya dan melihat beberapa orang asing yang menyamar sebagai penduduk lokal. Walaupun terlihat mirip tapi Bayu bisa membedakannya karena dia telah bertemu dengan banyak orang dari berbagai negara ketika menjadi tentara bayaran.
Dia berhenti di salah satu café dan mengutarakan keinginannya. "Aku ingin segelas kopi espresso dan roti gandum," katanya pada pelayan.
Pelayan itu menyeringai karena dia tahu arti dari perkataannya. "Apakah kau tidak ingin tambah gula?"
"Tidak, aku lebih suka kopi pekat," balas Bayu sambil menyipitkan matanya.
"Kau bisa pergi ke lantai tiga dan dapatkan kopi keinginanmu."
Café yang dikunjungi Bayu bukanlah café sembarangan, meskipun lantai bawah masih melayani pelanggan seperti biasa. Tetapi sebenarnya ini adalah tempat untuk membeli dan menjual informasi secara rahasia. Dulu ketika masih bekerja sebagai tentara dia pernah mengunjungi tempat ini bersama seniornya.
Bahkan Bagas tidak tahu keberadaan tempat ini.
Tidak ada pengunjung di lantai tiga kecuali satu orang yang duduk di belakang meja, sepertinya dia tertidur karena jarang mendapatkan pelanggan di lantai ini. Bayu penasaran siapa pemiliki café ini, dia bisa mendirikan tempat rahasia tanpa diketahui oleh pemerintah dan gengster di Kota Surabaya.
Tok Tok Tok
Bayu mengetuk meja untuk membangunkannya. "Bangunlah! Ada pelanggan yang ingin menggunakan jasa tempat ini."
Orang itu seketika terbangun dan menatap Bayu linglung. "Menjual atau membeli?" tanyanya sambil menguap lebar.
"Beli." Bayu memberikan gambar pin yang di gunakan unit rahasia militer. "Aku ingin semua informasi yang berhubungan dengan pin ini."
Orang itu mengambil kacamata supaya bisa melihat dengan jelas. "Apakah ada petunjuk lain?"
"Tidak ada."
"Biayanya lebih besar karena kau hanya memberikan petunjuk kecil." Orang itu mengambil fotonya dan mengangkat tangannya. "10 juta sebagai uang mukanya."
Bayu mengeluarkan uangnya tanpa mengedipkan mata. "Kapan aku bisa mendapatkan informasinya?"
"Minggu depan kau bisa datang lagi ke tempat ini, jika kami belum bisa mendapatkannya maka biayanya akan dikurangi." Itu adalah prosedur standar di tempat ini jika orang ingin membeli informasi. "Tapi kau tenang saja karena kami akan mendapatkan informasinya meskipun memakan banyak waktu."
Bayu menganggukan kepalanya dan percaya dengan kinerja tempat ini, mereka akan melakukan apapun untuk mendapatkan informasinya meskipun harus merentas sistem keamanan pemerintah. Mereka memiliki nyali yang besar dan tidak pernah tertangkap oleh siapapun.
Sebenarnya siapa yang mendirikan tempat ini?
-TBC-