Chereads / Putri Salju Abad Ke-21 / Chapter 5 - Malam Inagurasi

Chapter 5 - Malam Inagurasi

Sudah sebulan lebih aku memulai kehidupan kampusku. Malam ini adalah malam yang paling ditunggu tunggu oleh maba (mahasiswa baru), malam inagurasi. Malam inagurasi adalah puncak dari kegiatan ospek. Akan ada penampilan dari teman teman maba dan kakak tingkat. Saat ini aku masih berada di luar gedung karena menunggu Erika dan Farkas yang belum datang. Ayah mengantarkanku lebih dulu, jadi aku tidak berangkat bersama mereka.

"Lama banget, sih." Gumamku sambil terus melihat jam yang tertera di layar smartphone ku.

Karena capek berdiri dan menunggu, aku memutuskan untuk duduk di bangku taman di depan gedung.

Aku mengenakan kaos berwarna merah. Bukannya aku ingin memakainya hari ini, namun karena peraturan yang mengharuskanku memakai warna merah ini.

Derering, derering. Erika menelponku.

"Di mana?" Tanyaku langsung setelah mengangkat telepon.

"Elu yang di mana? Ini kita udah nyampe parkiran." Balas Erika.

"Gue sekarang duduk di bangku taman depan gedung. Cepetan kesini." Perintahku.

"Oke oke, tunggu di sana." Balas Erika.

Tutt, tutt. Erika menyudahi teleponnya.

Sekitar sepuluh menit kemudian Erika dan Farkas datang. Erika mengenakan kemeja warna Kuning dan Farkas mengenakan jaket warna biru. Warna warna ini menandakan warna yang telah disepakati oleh jurusan kita masing masing.

"Lama banget." Kataku.

"Mampir dulu beli camilan." Jawab Erika.

"Lu beli camilan. Beruntung banget, gue emang agak laper." Jawabku sambil mengecek isi tas Erika.

"Nanti kita duduk barengan? Bisa nggak kalau gue pulang aja, nggak usah ikut ke dalam?" Tanya Farkas.

"Kita kan udah janji mau foto foto pas masuk kuliah. Kapan lagi kalau nggak hari ini. Buat kenangan." Jawab Erika.

"Betul." Tambahku.

Sebenarnya Farkas tidak menyukai kegiatan seperti ini. Ia lebih suka berdiam diri di rumah dan tidak melakukan apapun. Hanya saja karena ia berteman dengan aku dan Erika yang super bawel ini, ia terpaksa mengikuti semua kegiatan kami. Namun aku yakin kalau sebenarnya ia juga menyukai hal hal seperti ini. Buktinya, walaupun terpaksa ia tetap ikut.

"Rame banget. Ini beneran seangkatan kita semua?" Kataku karena tidak percaya akan suasananya.

"Hi, Ka?" Sapa seseorang laki laki tiba tiba.

"Oh, Hi. Semangat semua, ya." Jawab Erika.

Orang tadi langsung pergi setelah menyapa Erika.

"Siapa?" Tanyaku penasaran.

"Hi, mbak Rika." Kata seorang perempuan tiba tiba. Bahkan Erika belum sempat menjawab pertanyaanku.

"Hi. Ya ampun cantik banget." Balas Erika.

"Siapa?" Tanyaku lagi.

"Teman seangkatan, sekelas." Jawab Erika.

"Iya tau, gua juga bisa liat dari warna bajunya. Tapi siapa? Kok kyak deket banget dan lu nggak kenalin ke kita." Balasku.

"Cuman teman seangkatan biasa." Balasnya santai.

Setelah itu banyak sekali orang orang yang menyapa Erika. Ia memang pandai sekali berkenalan dengan orang baru. Tapi aku tidak percaya kalau banyak sekali yang mengenalinya. Ia sudah seperti bintang di acara ini.

"Eh eh, kita foto di depan sana, gimana? Cahayanya kelihatan bagus banget." Kata Erika.

Kami menuju tempat yang di tunjuk Erika.

"Kas, karena tangan lu yang paling panjang. Lu yang pegang." Perintah Erika.

"Bisa nggak, kalau gue nggak ikut? Gue fotoin?" Tanya Farkas ingin menghindari ajakan kami.

"Kita kan udah janji, masa lu nggak ada." Jawabku sambil cemberut.

"Cepetan sini sini. Lu yang pegang!" Perintah Erika kepada Farkas.

Farkas akhirnya menuruti keinginan kami. Setelah beberapa kali berganti tempat, kami memutuskan untuk duduk di bagian agak depan di sebelah utara sendiri karena acaranya hampir dimulai.

"Kita foto sekali lagi, ya? Di sini?" Ajak Erika bersemangat.

"Lagi? Nggak capek?" Kata Farkas.

Dan sekali lagi Farkas menuruti keinginan kami untuk berfoto.

Aku dan Erika melihat lihat hasil foto kami.

"Lihat, deh wajahnya Farkas. Ha ha ha." Kataku sambil menunjuk kesalah satu foto.

"Wajahnya kenapa begitu. Ha ha ha." Tambah Erika.

"Mana mana coba liat." Kata Farkas menyela kami. Ia mencoba merebut smartphone Erika dan ingin menghapus foto tersebut.

"Buat kenangan." Erika merebut kembali dan Farkas belum sempat menghapusnya.

"Hapus, nggak." Kata Farkas dengan wajah marah.

"Cuma gue simpen, nggak bakal gua upload." Kata Erika.

Aku dan Erika masih menertawai foto tersebut.

Dan acara sudah dimulai. Satu demi satu relawan dari masing masing jurusan atau siapapun yang ingin menunjukkan bakatnya tampil di panggung.

Acara sudah berlangsung sekitar satu jam. Aku yang mulai bosan dengan acara ini, melihat lihat sekeliling. Farkas tengah asyik memainkan smartphone nya. Sepertinya ia juga bosan. Dan Erika masih saja bersemangat. Sesekali ia ikut bernyanyi jika ada penampil yang menyanyikan lagu.

"Oh, orang itu." Kata ku tiba tiba karena ada seseorang yang mengalihkan perhatianku.

Aku mengenali sosok lelaki yang tengah duduk dengan para senior. Seseorang yang akhir akhir ini ingin aku temui lagi.

"Bukankah, itu. Pangeran cahaya." Kataku dalam hati.

Lelaki yang ku lihat adalah lelaki yang tidak sengaja aku tabrak saat di rumah sakit. Lelaki yang memancarkan cahaya. Pangeran cahaya.

Aku tersenyum senyum sendiri dan malu sendiri. Aku ingin berkenalan dengannya. Haruskah aku menghampirinya. Jantungku berdebar kencang.

"Kenapa?" Tanya Farkas karena melihat tingkah anehku.

"Ka, Ka, Ka. Tau nggak itu siapa?" Tanyaku kepada Erika tanpa menghiraukan pertanyaan Farkas.

"Siapa?" Tanya Erika.

"Itu, yang pake jaket abu abu duduk sama kakak ketua BEM." Jelasku.

"Nggak kenal gua. Tapi kayakya kakak tingkat." Jawab Erika.

"Gua juga nggak kenal." Kata Farkas.

"Lu emang bakal kenal." Balasku kepada Farkas.

"Emang kenapa?" Tanya Erika kepadaku.

"Dia yang kemarin nggak sengaja aku tabrak pas di rumah sakit." Jawabku sambil tersenyum malu.

"Terus?" Tanya Erika lebih lanjut.

"Kayaknya gua jatuh cinta sama dia." Jawabku tersipu sipu.

"Perasaan kemarin baru aja sedih karena Malik." Kata Farkas.

"Malik itu udah pergi dari hati gua. Sekarang hati gua ke isi sama dia." Jawabku sambil cengengesan.

"Cepet banget." Jawab Farkas tidak percaya.

"Oke. Kalau begitu, gua bakal cari informasi tentang itu kakak tingkat." Kata Erika bersemangat. Dan ia meneruskan antusiasnya pada acara ini lagi.

"Malah didukung." Kata Farkas seorang diri.

Aku sangat penasaran mengenai orang tersebut. Aku tidak percaya bisa bertemu dengannya lagi. Dari awal bertemu sampai sekarang, aku tidak bisa melupakan wajahnya. Siapakah nama pangeran cahaya itu? Apakah dia punya pacar? Aku sangat penasaran.

"Hahh." Aku berusaha menyembunyikan diri.

"Kenapa? Kenapa?" Tanya Erika Kaget.

"Lu kenapa, Sih?" Farkas juga terganggu.

"Itu kakak kayaknya lihat kearah sini, deh." Kataku.

"Kakak siapa?" Tanya Erika.

"Kakak yang gua taksir tadi." Jawabku.

"Terus kenapa sembunyi?" Tanya Erika.

"Kan gua malu. Soalnya dari tadi gua liatin terus." Jawabku.

"Mulai lagi." Kata Farkas dan meneruskan melihat lihat Smartphone nya. Ia sama sekali tidak tertarik denganku.

"Mana, Na? Orangnya nggak ada." Tanya Erika sambil menoleh kesana kemari.

"Disana. Masih di tempatnya tadi." Jawabku.

"Nggak ada." Kata Erika.

Aku menoleh ketempat duduk pangeran cahaya tadi.

"Loh. Kok udah nggak ada. Kemana?" Tanyaku sendiri.

"Nggak ada, kan? Halusinasi mungkin." Kata Erika.

"Beneran tadi ada. Masih disana." Jawabku.

Aku penasaran kenapa tiba tiba ia menghilang. Mungkinkah kita dapat bertemu lagi.