"Ini?" Tanyaku.
"Bukan." Jawab Bayu.
"Yang ini?" Tanyaku lagi.
"Bukan. Yang warnanya biru." Balasnya lagi.
"Ini biru." Tunjukku.
"Bukan yang itu." Jawabnya dengan wajah sebal.
"Besok deh. Besok kakak bawain." Jawabku.
Ayah dan tante Rukma sudah resmi menikah. Sekitar sebulan yang lalu. Juga sudah sekitar sebulan aku belum bertemu lagi dengan pangeran cahaya. Aku masih mengharapkan kehadirannya. Haruskah aku menunggu lebih lama lagi.
"Kami datang." Kata Erika dengan hebohnya.
"Ini rumah sakit. Jangan teriak teriak." Tegur Farkas.
Aku dan Farkas langsung meminta maaf kepada pasien lain yang ada di ruangan ini. Erika juga ikut meminta maaf.
Semalam Bayu dilarikan ke UGD karena sakit perut. Setelah dicek, ternyata usus buntu dan langsung dioperasi. Tante Rukma menjaganya semalaman. Pagi ini ayah dan tante Rukma tidak dapat menjaganya, jadi aku yang menjaganya.
"Ini setannya?" Kata Farkas mengejutkan.
"Oke. Kenalin, ini Bayu. Bayu, ini Kak Erika dan Kak Farkas." Kataku memperkenalkan mereka.
"Hay, Bay." Kata Erika.
"Hai. Salam kenal." Kata Farkas dengan canggung.
"Kakak bawain oleh oleh." Kata Erika sambil menunjukkan bawaannya.
"Bawa apa aja?" Tanyaku sambil mengecek bawaan Erika.
Erika membawa berbagai makanan ringan yang biasanya dapat kita temukan di Indomart maupun Alfamart.
"Eh buset. Dia belum boleh makan makanan kyak gini." Kataku.
"Masa. Gue nggak tau." Balas Erika sedih.
"Nggak pa pa. kita aja yang makan." Kataku.
"Nggak pa pa kan? Nanti sepulang kuliah, kak beliin yang boleh kamu makan." Kataku kepada Bayu.
"Emm." Balas Bayu sambil mengangguk.
Erika dan Farkas aku panggil ke rumah sakit ini karena aku ada jam kuliah jam satu siang nanti. Aku meminta tolong mereka untuk menjaga Bayu. Aku merasa kasihan kalau harus meninggalkannya di rumah sakit sendirian.
"Kuliah lu nanti jam satu, kan?" Tanya Farkas.
"Iya." Jawabku sambil membuka camilan yang di bawa Erika.
"Gue juga ada kuliah jam satu nanti. Ntar setengah satu kita ke kampus bareng." Kata Farkas.
"Bukannya lu nggak ada Jadwal?" Tanya Erika.
"Mendadak jamnya diganti. Harusnya besok, diganti nanti siang." Kata Farkas sambil menunjukkan chat dengan teman sekelasnya.
"Lu jaga sendirian nggak pa pa kan, Ka?" Tanyaku kepada Erika.
"Nggak masalah." Jawab Erika dengan santainya.
Karena sekarang masih sekitar jam setengah sebelas, kami terus mengobrol untuk menghabiskan waktu.
"Oh iya. Gimana? Udah ada kabar belum?" Tanyaku kepada Erika karena tiba tiba teringat sesuatu.
"Kabar apa?" Tanya Farkas.
"Apaan?" Tanya Erika.
"Yang sebelumnya itu. Udah sebulan lho ini." Balasku.
"Oh, yang itu. Bentar bentar gua minum dulu." Jawab Erika yang sudah mulai ingat.
"Apaan sih? Nggak ngerti gue." Kata Farkas.
"Itu lho kakak senior yang ditaksir Sena." Jawab Erika setelah selesai minum.
"Kakak senior yang mana?" Tanya Farkas penasaran.
"Ya ampun, Farkas. Itu lho, cowok yang nggak sengaja aku tabrak pas di rumah sakit ini." Jawabku dengan malu malu.
"Oh itu. Lah emang dia kakak senior kita?" Tanya Farkas lebih lanjut.
"Kemarin pas malam inagurasi, Sena liat cowok itu ngobrol sama kakak ketua BEM, terus kita nganggepnya dia itu juga kakak senior. Gitu?" Jelas Erika.
"Terus, karena Erika koneksinya luas, gua ngasih misi dia buat nyelidiki itu cowok. Siapa tau emang kakak senior beneran." Kataku melanjutkan perkataan Erika.
"Kalo emang bener, mau lu sikat langsung?" Tanya Farkas.
"Liat kondisi dulu. Memungkinkan apa nggak." Jawabku.
Farkas merespon dengan menggeleng gelengkan kepalanya.
"Gimana? Gimana? Udah ada kabar?" Tanyaku melanjutkan inti pembicaraan ini.
"Oke oke oke. Setelah beberapa kali penelitian, dan menanyai beberapa orang. Gue mendapat info sedikit." Kata Erika.
"Apa? Apa?" Tanyaku antusias.
"Ternyata dia emang bener kakak senior kita." Kata Erika.
"Tuh kan bener, gue udah feeling." Kataku bersemangat.
Sebelumnya aku memang sudah menduga kalau pangeran cahaya memang kakak senior di kampus.
"Terus? Terus?" Tanyaku lebih antusias.
"Terus, dia itu …." Kata Erika tidak dapat melanjutkan perkataannya.
"Kak, anterin ke toilet." Kata Bayu menyela perkataan Erika.
"Bayu." Kataku kehilangan semangat.
"Sekarang." Pinta Bayu.
"Kas. Tolong anterin ke toilet, dong." Pintaku kepada Farkas.
"Oke, gua anterin. Gua juga bosen dengerin bahan obrolan kalian." Jawab Farkas.
Farkas mengantar Bayu ke toilet yang letaknya ada di ujung lorong lantai ini. Aku dan Erika melanjutkan pembicaraan kami.
"Cepetan terusin." Kataku dengan antusias kembali.
"Oke, gua lanjutin. Jadi cowok itu bener kakak senior kita. Dan dua Jurusan Biologi." Kata Erika.
"Biologi?" Kataku memastikan.
"Iyap, betul. Tahun ini tahun ketiganya." Jawabnya sambil membuka bungkus camilan yang lain.
"Pantesan, kelihatan kyak deket gitu sama kakak ketua BEM. Kakak ketua BEM juga jurusan Biologi, kan?" Kataku.
"Iya. Jurusan Biologi juga." Balas Erika.
"Tapi kok kita jarang banget ketemu." Kataku lagi.
"Jadi gini. Di semester keempat, dia ngambil cuti. Dan sampek sekarang masih cuti. Kayaknya semester depan baru masuk lagi." Jelas Erika.
"Cuti. Kenapa?" Tanyaku lebih lanjut.
"Kalau itu, gue belum tau kenapa?" Jelas Erika.
Aku mulai penasaran, kenapa pangeran cahaya mengambil cuti dua semester. Mungkinkah ia mahasiswa yang sedikit nakal. Tapi itu tidak mungkin, wajahnya tidak terlihat seperti itu. Kira kira apa alasannya. Mungkinkah semester depan ia sudah kembali.
"Oh iya, ini yang lebih penting lagi. Gua sampai lupa nanya." Kataku mengejutkan Erika.
"Apaan?" Tanya Erika.
"Nama? Nama? Nama?" Tanyaku sangat antusias.
"Tadi gue belum ngomong? Oke, oke. Namanya, Laif." Kata Erika.
"Laif? Kak Laif?" Tanyaku memastikan.
"Bener sekali." Balas Erika.
"Namanya keren banget." Kataku.
Nama pangeran cahaya adalah Laif. Kak Laif. Aku bersemangat ingin bertemu dengannya lagi. Karena masih satu kampus, kemungkinan besar aku masih bisa menemuinya lagi.
…
"Sudah Selesai?" Tanya Farkas kepada Bayu.
"Sudah, Kak." Kata Bayu.
"Cuci tangan dulu." Kata Farkas mengingatkan.
Bayu mencuci tangannya setengah buang air kecil. Farkas masih menemani di sampingnya.
"Makasih ya, Kak. Udah nganterin Bayu." Kata Bayu berterimakasih.
"Sama sama. Kita balik ke kamar." Ajak Farkas.
Bayu mengangguk tanda setuju. Farkas dan Bayu kembali ke kamar.
"Bayu?" Sapa seseorang laki laki dari arah berlawanan.
"Kakak." Jawab Bayu dengan gembira.
"Ngapain disini? Kamu sakit?" Tanya laki laki itu.
"Iya. Habis operasi usus buntu. Tapi sekarang udah ngak pa pa." Jawab Bayu.
"Operasi. Berani banget kamu. Nggak takut?" Tanya laki laki itu.
"Ehmm." Bayu tidak menjawab.
"Ini siapa?" Tanya laki laki itu sambil menunjuk kearah Farkas.
"Temen kakak baru aku." Jelas Bayu.
"Wajah kamu kelihatan tidak asing, sepertinya kita pernah bertemu." Kata laki laki itu kepada Farkas.
"Entahlah, saya merasa belum pernah bertemu dengan anda." Jawab Farkas.
"Mungkin saya yang salah orang." Kata pemuda itu.
"Kak, kak. Alina mana?" Tanya Bayu kepada laki laki itu.
"Alina belum pulang. Mungkin sekitar dua bulan lagi." Jelas laki laki itu.
"Dua bulan?" Kata Bayu sedih.
"Bayu kangen sama Alina? Alina juga kangen Bayu. Nanti kalau Alina sudah pulang, kita main lagi." Kata laki laki itu.
"Iya." Kata Bayu bersemangat lagi.
"Kakak tinggal dulu, ya. Kakak mau ketemu sama dokter. Bayu cepet sembuh." Kata laki laki itu sebelum pergi meninggalkan Bayu dan Farkas.
Bayu dan Farkas langsung kembali ke kamar setelah berpamitan dengan laki laki tadi.
"Lama Banget?" Kataku sesampainya Bayu dan Farkas di kamar.
"Tadi ketemu sama laki laki, nggak tau siapa." Jelas Farkas.
"Yang tadi itu, kakaknya Alina." Jelas Bayu.
"Alina temen kamu itu. Yang sering kamu ceritain itu?" Tanyaku.
"Iya." Jawab Bayu.
"Emang Alina punya kakak? Kamu belum pernah cerita." Kataku kepada Bayu.
"Alina cuma punya satu kakak cowok. Namanya Kak Laif." Jelas Bayu.
"Laif?" Kataku dan Erika bersamaan.
"Namanya beneran Kak Laif?" Tanyaku kepada Bayu memastikan.
"Kenapa kalian heboh gitu?" Tanya Farkas.
"Kemana tadi dia pergi?" Tanyaku sangat penasaran.
"Nggak tau, katanya mau nemuin dokter, gitu." Jelas Farkas.
Nama Laif bukanlah nama yang umum. Dan kemungkinan itu hanya nama pangeran cahaya. Dan kemungkinan lagi aku bisa bertemu dengannya saat ini.
Aku dan Erika bergegas keluar kamar.
"Mau kemana? Jam setengah satu kita ke kampus." Kata Farkas mengingatkan.
"Kak Sena dan Kak Erika kenapa?" Tanya Bayu kepada Farkas.
"Nggak tau." Jawab Farkas.
Farkas dan Bayu bingung melihat tingkahku dan Erika.
Sedikit lagi, aku bisa bertemu dengan pangeran cahaya, Kak Laif.
…