Kamu mau pergi jauh ataupun dekat kamu harus tetap izin sama aku yah Nis, aku itu suami kamu sekarang jadi kalo kamu mau pergi kemanapun aku harus tau dan kamu harus izin dulu sebelum pergi" ucap Davian
"Yaelah mau keluar bentar aja ribet amat sih" ucap Anisa, ia kemudian menutup telponnya secara sepihak.
Aku tuh gak ngerti yah emang jadi Istri seseorang itu kaya gini yah? Mending kalo gw cinta sama tuh cowok lah ini kenal aja baru beberapa hari udah so ngatur ngatur gw, nyebelin banget sih.
Sepanjang perjalanan Anisa terus menggerutu kesal membicarakan Davian yang menurutnya sangat over protektif terhadapnya.
"Pak saya turun disini aja yah" ucap Anisa pada sang sopir taksi
"Iyah Mbak" ucap sang sopir dia pun segera mengerem kan mobilnya.
Setelah memberikan ongkos taksi Anisa segera keluar dari mobil.
Anisa tampak berhenti di sebuah tempat makan yang cukup terkenal disana.
Dertt
"Euhh pasti cowok itu lagi, kenapa sih? Ga bisa apa biarin gue sebentar aja" dumel Anisa, ia kemudian mengambil hp dan melihat siapa yang menelpon nya kali ini. Dan ternyata dugaanku benar, Davian lah yang menelpon nya.
Ribet yah, tau gitu waktu itu gue tolak aja. Kenapa juga waktu itu gw iyain sih. Ribet sendiri kan sekarang, mau keluar susah mau apa apa harus minta izin dulu.
Andai ada orang yang bisa diajak ngomong, ini serius gue nanya, emang nikah gini yah?
Asli ribet banget sih, meskipun ya gur cukup beruntung juga karena orang yang nikahin gue itu dia, yang wajahnya cukup ganteng dan kalo dia senyum itu loh sumpah badan gur gemeter gitu anjay ih merinding gue.
Aish kenapa gue harus ngebayangin tu cowok sih ga penting banget, ayo Nisa kali ini lu bener bener butuh manjain diri lu.
Setelah nya Anisa tampak merapikan baju nya yang sebenar nya tak berantakan namun ia tetap merapikannya dan berjalan masuk ke restoran tersebut.
Entah kenapa yah sekarang ini dan dengan baju ini gue ngerasa paling cantik aja gitu, apa cuma gue yang pernah ngerasa kaya gini ck.
Tap taptap
Brugh
Arrgghh
Seorang pria berkulit putih dengan baju kemeja berwarna putih yang lengannya terlipat hingga ke siku sigap menahan tubuhku yang hampir terjatuh ke bawah.
Spontan aku langsung memegang baju bagian atasnya dengan sangat erat, setelahnya antara aku dan pria itu saling bertatap cukup lama hingga membuatku berdehem cukup keras karena situasi yang saat ini terjadi membuatku sangat canggung.
"Ekhemm"
"Ehh sorry" ucap pria itu
"Ahh hemm" ucap ku canggung
"Maaf Mbak tadi saya tadi ga sengaja" ucap pria itu dengan sangat ramah sekali
"Ahh iya ga apa apa santai aja kali, lagian ga jatuh juga kan" ucapku
"Mba yakin ga ada yang sakit? Atau apa gitu?" tanya pria itu
"Ahh nggak ko, serius Mas saya gak apa apa" ucapku lirih
"Syukur deh kalo ga apa apa" ucap pria itu merasa lega
"Saya duluan masuk ya Mas" ucapku, kemudian aku hendak berjalan masuk namun baru saja satu langkah berjalan pergelangan kakiku amat sangat sakit hingga membuatku hampir terjatuh.
Aish pria itu kini membantuku lagi dan memegang tanganku.
"Kenapa Mba?" tanya pria itu
"Kaki saya sakit Mas, kayaknya keseleo deh" ucapku dengan nada rendah karena merasa malu karena lagi lagi pria itu membantuku.
"Mba mau masuk ke dalem kan? Biar saya bantu yah" ucap pria itu memberi bantuan
"Aduh gausah Mas saya jadi ga enak" ucapku
"Ga apa apa ko, saya bantu yah" ucap pria itu kemudian ia memapah ku hingga ke kursi, setelahnya ia duduk di sampingku
"Makasih yah" ucapku
"Kaki kamu sakit banget? Boleh aku liat?" tanya pria itu
"Huhh??" ucap Anisa
Pria itu langsung menatapku dengan ekspresi yang sulit untuk aku jelaskan.
"Saya bisa ngobatin kaki yang keseleo, jadi saya mau lihat kaki kamu yang sakit tau aja kan saya biar urut gitu. Ya minimal kalo jalan ga akan terlalu sakit" ucap pria itu menjelaskan
"Oh gitu, iya boleh Mas" ucap Anisa lirih
Pria itu lantas langsung berjongkok dan memegang pergelangan kakiku yang sakit.
"Yang ini" tanya pria itu sembari menatap wajahku
"Huhh iya yang itu" ucap Anisa lagi
Aku terus menatap wajah pria itu yang membuatku menjadi sejuk, aku kagum dengan ketampanan nya aku juga kagum dengan kebaikan dan cara bicaranya yang sangat lemah lembut.
Dia sama seperti Davian yang menurutku sama sama tampan dan juga sama sama baik, tapi Davian memiliki satu kelebihan lagi dia sangat manis saat tersenyum dan tak ada obat paling baik dan paling hebat di dunia ini selain senyum manis yang ditimbulkan dari pria yang berstatus Suamiku itu.
Ahh aku bukan nya mau berlebihan tapi aku yakin wanita manapun pasti akan langsung jatuh cinta jika mereka melihat senyum Davian.
Aish kenapa aku jadi memikirkan pria menyebalkan itu sih.
Arrgghh
"Aww sakit" teriakku spontan saat merasakan linu di bagian kakiku saat pria tampak memutar kakiku.
"Sorry yah, tenang udah beres ko, coba kamu berdiri dan pake jalan" perintah pria itu
"Ahh iya" ucapku lalu aku segera berdiri dan berjalan perlahan dan waww aku sungguh kagum dengan pria ini, kakiku sudah tak begitu sakit lagi dan setidaknya masih bisa jalan
"Gimana?" tanya pria itu
"Udah lumayan sih, ga terlalu sakit tapi masih ada dikit, dikit banget" ucapku pada pria itu
"Syukur deh kalo udah mendingan" ucap pria tersenyum kemudian ia bangkit dan berdiri tegak "Ah iya kita belum sempat kenalan yah, aku Damar" ucap Damar memperkenalkan dirinya.
"Ahh iya aku Anisa" ucapku kemudian kita saling bersalaman dan setelahnya Damar meminta nomorku, katanya kalo ada apa apa aku bisa langsung menghubunginya.
Aku tak keberatan dan tanpa basa basi kami langsung bertukar nomor telepon.
"Kalo ada apa apa nanti hubungi aku aja yah" ucap Damar tersenyum
"Iyah tentu" ucapku
Sudah ku duga dan ku perkirakan sebelumnya bahwa senyum Damar tak akan mampu menandingi senyum yang dimiliki Davian. Aku terlalu berekspektasi lebih pada Damar.
"Aku pulang duluan yah" ucap Anisa, kemudian ia bangkit dan berdiri tegak
"Kamu mau pulang?" tanya Damar
"Iyah aku mau langsung pulang aja" ucap Anisa
"Naik apa?" tanya Damar
"Taksi" ucapku singkat
"Taksi?" tanya Damar sembari mengerutkan kedua alisnya "Emh gimana kalo kamu aku anter pulang aja?" ajak Damar
"Gausah Damar entar aku malah ngerepotin kamu lagi" ucap Anisa merasa tak enak
"Gak apa apa lagi, lagian kaki kamu juga masih sakit kan?" ucap Damar
"Iya sih, tapi aku gak ngerepotin kamu kan?" tanya Anisa
"Santai, hari ini kerjaan aku ga begitu banyak ko jadi bisa santai" ucap Damar
"Yaudah deh kalo gitu boleh" ucap Anisa
"Yaudah sini biar aku bantu" ucap Damar, ia lantas membantuku berjalan.
Tanganku merangkul di pundaknya sementara tangan Damar memegang pinggangku, sebenarnya aku sangat canggung apalagi aku dan Damar baru saja saling mengenal.
Tapi ya sudahlah lagipula aku juga tak punya pilihan lain lagi.
Setelah sampai di parkiran Damar langsung membukakan pintu mobilnya untukku saat aku hendak masuk ke mobilnya tiba tiba ada tangan yang langsung menarikku hingga aku hampir terjatuh lagi.