Chereads / Sujud Terakhir / Chapter 16 - Dark

Chapter 16 - Dark

Tiga bulan berlalu begitu cepat semenjak aku dan Davian pindah ke rumah baru kami. Aku tidak bisa mengatakan jika rumah ini nyaman untukku, tapi cukup sulit juga jika tidak ada Bunda disini.

Banyak hal harus ku kerjakan sendiri, apalagi Davian enggan ada ada pembantu di rumah ini, menyebalkan memang.

Hubungan ku dan Davian sampai saat ini tidak ada kemajuan sama sekali, baik aku atau Davian masih sama sama canggung jika berada di dalam satu kamar yang sama.

Aku dan Davian memang tidur dalam satu ranjang yang sama tapi tau nggak? Kita tidur punggung punggungan dan ahh begitu lah.

Selama tiga bulan pernikahanku dan Davian yah kita memang belum pernah melakukan hal itu, ya itu!! Ngerti kan. Ga perlu di jelasin dong.

***

Pagi ini seperti biasa sebelum Davian berangkat ke kantor, aku harus ke dapur masak dan mempersiapkan sarapan untuk Davian.

Pagi yang hening, hanya suara sendok dan piring yang saling beradu memecah keheningan. Baik aku atau Davian sama sama fokus ke piring berisi nasi dan ayam yang ada di sana.

"Hari ini aku ke rumah Bunda yah" ucapku sembari membereskan piring bekas sarapanku.

Davian belum menjawab, ia masih mengunyah nasi terakhirnya, setelah nya ia meminum susu putih yang sudah disediakan untuknya.

"Yakin ke rumah Bunda?" Tanya Davian, jari jari nya saling bertautan satu sama lain, ia menatap dingin ke arahku.

Aku tahu arah pembicaraan ini.

"Kalo kamu ga ngijinin aku ngomong aja, ga perlu mancing aku buat berdebat! Aku males ga selera buat debat" ucap gadis itu sinis, ia segera membereskan piring dan gelas bekas sarapan keduanya, kemudian membawa nya ke dapur.

Tap tap tap

Tanpa disangka rupanya Davian mengikuti istrinya ke dapur.

Ia berdiri di ujung pintu, menyenderkan bahunya ke ujung pintu.

"Aku ga ngajak kamu debat, aku cuma nanya. Mau aku anter?" Tanya pria itu masih dalam posisi menyeder dan menyilangkan kedua kakinya.

"Terserah" ucap gadis itu, ia kemudian berjalan menuju pintu melewati suaminya yang saat itu masih ada pipih pintu.

Melihat istrinya begitu saja melewatinya tanpa bicara sedikitpun, Davian hanya mengangkat kedua alisnya acuh.

Davian berbalik arah mengekori istrinya yang sedang duduk menonton tv.

"Aku berangkat kerja dulu yah, nanti kalo kamu mau berangkat telpon aku aja yah. Biar aku jemput" ucap pria itu, ia mendekat kemudian mengecup singkat kening istrinya itu.

Dari awal pernikahan Davian dan Anissa keduanya memang rutin melakukan itu. Maksudnya kecup kening sebelum berangkat kerja, bagi Anissa itu hal biasa.

Lagi pula sepasang suami istri memang selalu melakukan hal itu, iya tau. Baik Davian atau Anissa sama sama belum memiliki perasaan atau bisa juga sudah saling mencintai namun sama sama tidak menyadarinya.

Waktu menunjukan pukul 10.30 wib.

Anissa sudah siap siap hendak pergi ke rumah orang tua nya. Ia mengambil handphone yang disimpan di nakas kemudian menelpon Davian.

Setelah cukup lama menunggu akhirnya Davian mengangkat telfon Anissa.

"Aku mau berangkat sekarang" ucap gadis itu dingin.

"Aduh!! Sekarang banget?" Ucap Davian

"Iyalah sekarang masa nanti sih, aku udah siap. Tadi kamu bilang kalau mau berangkat telpon aja. Sekarang udah di telpon malah nanya lagi gimana sih"

Ucap gadis itu kesal. Ia masih berdiri dengan tas kecil yang digantungkan di bahunya.

"Aku lagi rapat Niss, tunggu 1 jam lagi deh yah? Aku ga bisa undur soalnya, ini rapat penting" ucap Davian tampak ragu ragu.

"Kamu gimana sih, aku udah siap gini. Yaudah lah aku berangkat sendiri aja. Lagian aku gak akan lama ke rumah Bunda nya paling sore udah pulang lagi ke rumah. Aku berangkat yah Assalamualaikum" ucap gadis itu panjang lebar, ia langsung mematikan sambungan telepon setelah mengucapkan salam tanpa mendengarkan jawaban dari suaminya itu.

"Hahh kebiasaan, kebanyakan omong doang, dasar cowok PHP. Kang ghosting dasar" dumel Anissa, ia menghentakkan satu kaki nya ke lantai setelah nya berjalan ke luar kamar.

Sebelum itu Anissa segera memesan taksi online.

Tin tin

Suara klakson membuyarkan lamunan gadis itu.

10 menit berlalu akhirnya taksi yang ia pesan sampai juga.

Ia segera keluar dan berjalan kemudian masuk ke dalam mobil.

Sepanjang perjalanan Anissa hanya memainkan handphone nya, entah apa yan gadis itu cari.

Sesekali ia melihat pesan pesan entah itu dari Davian Anita atau Bundanya. Entah apa yang Anissa lakukan ia kembali membaca pesan pesan itu.

Setelah bosan ia membuka galeri dan melihat banyak foto foto disana.

Terutama ia melihat foto foto pernikahan nya dengan Davian.

Ntah lah namun rasa nya masih tak percaya, tiga bulan lalu ia resmi mengikat hidupnya dengan seorang lelaki yang sama sekali tak ia kenali.

Davian Kenzo Muhtar, pria tampan dingin dan acuh itu dia suamiku. Saat itu ia begitu manis memintaku untuk menjadi istrinya, ku fikir sikapnya memang semanis itu. Ternyata dugaan ku benar benar salah. Pria itu benar benar dingin dan tampak tak perduli padaku.

Aku tau Davian memang pria yang cukup baik, ya memang baik sih. Tapi ia tak punya cukup waktu untuk membahagiakan ku.

Waktunya ia habiskan di kantor, aku hanya bertemu dengannya ketika kami sarapan sebelum pria itu pergi untuk berangkat kerja.

Pria itu selalu pulang larut malam, aku tidak tahu persis laki laki itu pulang jam berapa, masalahnya setiap kali aku bangun waktu sudah menunjukan pukul 05.00 subuh.

Aku tidak pernah tau kapan Davian pulang, kami sepasang insan yang lucu bukan. Jarang menyapa meskipun tinggal di rumah yang sama.

Weekend juga kita sama sama sibuk dengan dunia kita masing masing, Davian sibuk di ruang kerjanya sementara aku sibuk di kamar dengan drama drama Korea yang selalu ku tonton setiap hari.

Aku tak yakin pernikahanku dengan Davian akan bertahan lama, rasanya aku tidak bisa menjalani hidupku dengan kesepian seperti ini.

Ku fikir setelah menikah aku tidak akan sendirian lagi, ku pikir pria itu akan mengerti diriku dan tak ada lagi kesepian di dalam hidupku karna Ayah dan Bunda lebih peduli pada kak Clara, namun kesepian itu kini semakin menjadi jadi.

Aku seperti sudah dikelilingi oleh kabut hitam yang tak pernah mau enyah dari hidupku.

Jika masih bisa aku ingin hidupku lebih ceria lagi, aku ingin menikmati hidup yang hanya sesaat ini.

Aku ingin bahagia Tuhan, aku ingin orang orang yang ku cintai selalu ada di hidupku untuk membuatku bahagia.

Apa permintaan ku begitu sulit?

Tbc