Davian tampak menarik nafasnya dan membuangnya kasar.
Laki-laki itu tampak sedang berfikir sejenak. "Aku sebenarnya enggan melepaskanmu … tapi jika itu membuatmu senang maka akan kulakukan" ucap laki-laki itu setelahnya.
Entah perasaan macam apa yang kini bersarang di hati Davian, melepaskan Anissa? Aku bahkan tak memilikinya tapi aku malah enggan melepaskannya. Kenapa hatiku menolaknya aku jelas tak mencintainya namun ada rasa kasihan pada gadis ini aku juga hanya ingin membuatnya lebih baik lagi.
"Walaupun kamu membatalkan pernikahan kita, Ayahku pasti akan menjodohkan ku dengan pria lain selain dirimu, dan aku tidak mau hal itu terjadi.
Bukan karna aku menginginkanmu tapi menurutku kamu pria baik … jika aku di jodohkan dengan yang lain aku tak bisa menjamin bahwa dia akan sama baiknya denganmu. Itulah alasanku ingin mati atau pergi saja melarikan diri" ucap Anissa frustasi.
"Aku tak peduli jika kamu tak mencintaiku, tapi izinkanlah aku menjadi suamimu! Jangan melarikan diri! Aku berjanji akan membahagiakan mu" ucap laki-laki itu kini yakin dengan keputusan nya.
"Apa kamu yakin ingin menikahiku? Kenapa pria sebaik dirimu mau menikahiku? Pergilah sejauh mungkin!! Aku bukan wanita yang pantas kau nikahi!" ucap Anissa mencoba menetralkan wajahnya.
"Kamu tidak mengenalku dan kamu belum tahu sifat asliku seperti apa, apa kamu masih yakin mau menikahiku?" Tanya gadis itu sembari menatap Davian serius setelah nya ia membuang wajahnya ke arah kaca mobil.
Davian tampak menatap wanita di sampingnya itu takjub, wanita yang cantik.
Anissa kemudian memandang lurus ke arah kaca hingga suara Davian membuatnya menatap Davian juga.
"Jadilah Aisyahku" ucap Davian tiba tiba.
Anissa tampak menatap Davian saat ucapan itu keluar dari mulutnya.
"Jangan menganggapku sama dengan Aisyah istri Rasulullah, Aku sama sekali tak berhak atau bahkan aku tak pantas.
Aku bukan wanita yang baik seperti Aisyah, kamu jelas tau apa yang ku maksud" ucap Anissa memalingkan lagi wajahnya ke jendela kaca.
"Aku takkan membiarkanmu menikahi pria lain selain diriku, aku akan berusaha mencintaimu percayalah padaku" ucap Davian lagi.
Anissa kini melihat wajah Davian lagi, "Aku pikir kamu akan menerima wanita yang berhijab!! Lalu kenapa kamu memilih wanita sepertiku yang hidupnya selalu ada di club malam, aku juga tak berhijab aku bahkan pernah mencium pria yang bukan suamiku" ucap Anissa setengah emosi.
Astaga aku tak bisa menahan diriku untuk tidak memeluk wanita ini, jauhkan lah pemikiran seperti ini di dalam otakku yang bodoh ini. Sadar Davian!!.
"Aku akan tetap memilihmu sebagai calon istriku" ucap Davian lagi
"Apa menurutmu pasangan yang di nikah kan tanpa rasa cinta akan berakhir bahagia? Aku tak ingin membuatmu kecewa jadi berhentilah berharap padaku" ucap Anissa lalu tangannya hendak membuka pintu mobil dan keluar dari sana.
Namun belum sempat Anissa membuka nya tangan Davian lebih cepat memegang lengan nya "Jangan pergi!" ucap Davian.
Anissa menatap tangan Davian yang masih memegang lengan nya kemudian ia menatap Davian.
"Baiklah, lepaskan tanganku" ucap Anissa risih
"Ma .. maafkan aku, aku tak sengaja menyentuh mu" ucap Davian terbata bata.
"Jika kamu ingin menikah denganku baiklah lakukan sesukamu saja, tapi bawa aku pulang kerumah sekarang juga!! Aku ingin istirahat sebelum hari pernikahan kita" perintah Anissa.
Davian tampak tak ingin menjawab ucapan Anissa baginya ini sudah lebih dari pada cukup.
Davian mulai memutar arah dan kembali kerumah Anissa, sepanjang perjalanan tak ada percakapan apapun diantara keduanya.
Hingga akhirnya Davian Memikirkan mobilnya di depan rumah Anissa.
"Aku duluan masuk ke dalam yah , Aku ingin beristirahat" ucap Anissa dingin, kemudian tanpa menunggu jawaban dari Davian gadis itu langsung pergi meninggalkan Davian yang masih di dalam mobil.
Tap tap tap
Clek
Anissa tampak membuka pintu rumahnya, Tampak di ruang keluarga ada Lidya dan Handoko tengah menonton tv.
Kemudian karena mendengar suara pintu dibuka keduanya sontak menatap ke arah pintu dimana Anissa baru saja masuk.
"Nissa, ko udah pulang? Davian mana?" tanya Handoko
"Di luar" ucap Anissa singkat kemudian ia berjalan cepat menuju tangga, ia tak mau orangtua nya banyak bertanya seputar perjalanannya dengan Davian.
Memang apa yang akan dia jawab? Perdebatan nya dengan Davian?
"Anissa Ayah belum selesai bicara, kamu mau kemana?" tanya Handoko namun bayangan Anissa pun kini sudah tak terlihat dia sudah masuk ke kamar nya.
Tok tok tok
"Masuk" ucap Handoko dan Lidya bersamaan
"Assalamualaikum Ayah Bunda" ucap Davian memberi salam
"Ko kalian pulang nya cepet banget, trus itu Anissa kenapa? Jangan jangan kalian bertengkar yah?" tanya Handoko penuh selidik.
"Enggak kok Yah, Davian dan Anissa baik-baik saja" ucap Davian.
"Kamu gak lagi bohong kan sama Ayah?" tanya Handoko masih curiga.
"Bener Yah, justru Anissa sudah menerima lamaran saya tadi" ucap Davian memberi senyum simpul.
Lidya dan Handoko tampak senang mendengar ucapan Davian.
"Syukurlah kalau begitu Ayah dan Bunda ikut senang, jadi gimana Yah? Kapan Akadnya akan dilaksanakan?" tanya Lidya antusias.
"Bagaimana jika besok saja" ucap Handoko.
Davian tampak kaget mendengar ucapan Handoko, secepat itukah? Tapi!! Apa Anissa akan menyetujuinya? Aku takut jika wanita itu akan merasa tertekan dan akhirnya memilih kabur.
"Apa tidak terlalu cepat Yah? Saya takut Anissa belum siap" tanya Davian
"Tidak Nak, Ayah yakin Anissa sudah siap Nak Davian jangan khawatir yah" ucap Handoko meyakinkan Davian.
Malam harinya Handoko memberi tahu Anissa tentang pernikahannya dengan Davian, awalnya Anissa kaget bahkan menolak pernikahan itu. Tapi apalah daya Anissa tak bisa berbuat apapun ia akhirnya pasrah dengan keputusan yang Handoko ambil.
Anissa pernah bertanya pada Lidya kenapa ia harus di jodohkan dengan Davian, Lidya hanya menjawab bahwa Handoko dengan Papah nya Davian adalah teman sejak mereka masih duduk di bangku sekolah, Handoko berhutang nyawa pada Papah nya Davian dan pada saat itu Handoko berjanji jika ia memiliki seorang anak mereka akan saling di jodohkan.
Ahh mungkin ini memang akhir dari perjalanan ku, mulai besok pagi statusnya akan berubah menjadi istri Davian, pria yang sama sekali tak dicintainya bahkan bertemu saja baru 2 kali.
***
Matahari tampak malu malu memperlihatkan wujudnya, pagi pagi sekali aku sudah didandani layaknya pengantin.
Benarkah ini aku? Aku baru sadar jika wajahku lumayan cantik juga sebenarnya, aku terlalu risih dengan kebaya putih ini dan apa ini yang sedang ku pakai … kebaya … sarung? Haruskah aku memakainya?
Ya Tuhan jantung ku benar benar berdetak dengan kencang, apalagi saat tadi aku sedang berdandan aku tak sengaja mendengar percakapan Ayah dan Bunda katanya Davian dan keluarganya sudah ada disini.
Seperti apakah wujud dari Ayah mertuaku yah? Oh iya aku baru ingat Davian, Ayah atau Bunda tak pernah membicarakan calon Ibu mertua ku kemana dia? Apa dia sudah meninggal? Atau apa yah? Ahh sudah lah kenapa aku harus memikirkan hal semacam itu.