Chereads / Sujud Terakhir / Chapter 4 - There is no other choice

Chapter 4 - There is no other choice

Pagi itu Anissa masih tertidur pulas di ranjangnya, hawa dingin yang menyelinap masuk membuatnya enggan untuk bangkit dari tempat tidurnya.

Namun sebuah suara terdengar nyaring dan menggema membangunkan nya.

"Nis, bangun Nak lihat sudah siang" teriak Lidya membangunkan putrinya.

Anissa tampak enggan menjawab ucapan bundanya dan memilih menutup seluruh tubuhnya dengan selimut hingga ke kepala.

"Anissa, bangun!! Kamu susah banget sih di banguninnya" ucap Lidya kesal "Yahh, bangunin tuh anak gadisnya masa jam segini belum bangun" ucap Lidya kesal.

Anissa tampak mengerjapkan matanya perlahan dan mulai bangkit dan terduduk di ranjangnya "Bawell banget sih!! Ga tau apa aku masih ngantuk gini" dumel Anissa kesal.

Saat Anissa tengah mengoceh sendiri tiba tiba suara Handoko terdengar jelas ke telinga Anissa namun entah apa yang terjadi suara Handoko tampak sangat lembut saat membangunkan putrinya itu.

"Anissa ini Ayah, bangunlah Nak, ini sudah siang" ucap Handoko lembut.

"Ayah? Itukan suara Ayah!! Perasaan lembut banget manggilnya padahal semalem mukanya bringas banget kaya singa mau makan rusa, aku anak bungsunya sampe di tampar" ucapAnissa dengan suara pelan.

"Iya yah, ini Anissa udah bangun kok" ucap Anissa setengah berteriak.

"Baiklah, Ayah tunggu kamu di bawah yah, ada yang ingin Ayah bicarakan denganmu" ucap Handoko.

"Iya yah" ucap gadis itu lalu setelahnya turun dari ranjang menuju kamar mandi.

Anissa tampak keluar dari walk in closet dengan pakaian yang sudah rapi dengan kaos berwarna biru cerah lengan pendek dan celana levisnya.

Anissa berjalan menuruni anak tangga nya menuju ruang tengah dan di sana tampak sudah ada Handoko, Lidya dan Davian yang duduk menunggu Anissa "Sejak kapan pria menyebalkan itu ada disini" batin Anisa berucap "Padahal masih pagi tapi udah ada disini aja tu orang" ucap Anissa mendelik sinia sembari menuruni anak tangga.

"Itu Anissa sudah siap" ucap Lidya.

"Sini Nak duduk" ucap Handoko lembut

"Iya yah" ucap Anissa lalu duduk disebelah Handoko

"Anissa, Hari ini kamu temani Davian jalan jalan keluar yah!! Biar kalian juga saling kenal" ucap Handoko.

Anissa tampak menatap Ayahnya penuh selidik "Jadi dari tadi ngomong manis itu ada mau nya yah," ucap Anissa dalam batinnya

"Anissa? Menemani orang ini!!" ucap Anissa sembari menatap Davian kemudian menatap Handoko lagi

"Namanya Davian Nissa bukan orang ini" ucap Lidya

"Cepat pergilah jalan jalan" ucap Handoko

Davian tampak diam seribu bahasa hingga akhirnya ia berdiri tegak dan berpamitan.

"Baiklah, sebaiknya kita berangkat sekarang" ucap Davian dingin.

Lidya tampak memberi kode di bibirnya agar Anissa mau mengikuti keinginan Ayahnya untuk menemani Davian jalan jalan keluar.

Akhirnya dengan terpaksa Anissa pergi bersama Davian dengan menggunakan mobil silver milik Davian, sepanjang perjalan Davian maupun Anissa tampak enggan memulai pembicaraan diantara mereka.

Suasana Pun menjadi sangat canggung kala itu hingga Davian akhirnya membuka suaranya "Namaku Davian" ucap Davian canggung.

Gadis itu langsung menatap Davian dengan wajah datarnya "Aku sudah tau" ucap Anissa datar "Rupanya dia bisa bicara ku fikir dia bisu" ucap Anissa dalam benaknya.

"Emm, namamu Anissa kan" tanya Davian canggung.

"Kalo sudah tau ngapain nanya? Lagian ayah atau bundaku juga pasti sudah memberitahu namaku kan?" ucap Anissa kesal.

Davian tampak terdiam sebentar, ia berfikir sejenak "kenapa harus mempertanyakan hal yang sudah pasti sih, Lagian jadi cewek jutek amat" batin Davian berucap.

"Hem" Davian tampak berdehem

"Umurmu berapa?" tanya Davian lagi

"Ngapain nanyain umur? ga sopan banget sih nanya umur ke perempuan" ucap Anissa yang sudah mulai kesal dengan pertanyaan pertanyaan Davian yang tak berbobot "Tampan tapi kalo nyebelin kaya dia ya buat apa" batin Anisa berucap

"Ganteng tapi bolotnya ya ampun mana pertanyaan nya dari tadi ga berbobot lagi, astaga Ayah!! Apa Ayah sudah tak sayang lagi pada Nissa!! Nissa tidak mau menikah dengan pria ini" ucap Anisa dalam benaknya.

Davian tampak mulai kesal dengan ucapan Anissa yang sedari tadi dingin dan datar kepadanya padahal dia hanya ingin mulai akrab dengan Anissa.

Apalagi sebentar lagi keduanya akan segera menikah. Davian akhirnya hanya diam dan tak mau emosi atau menanggapi Anissa yang mungkin sebenarnya tak suka dengan dirinya.

Davian hanya mempercepat laju mobilnya hingga Anissa tersentak kaget dan tak sengaja menyentuh tangan Davian.

"Argh jangan cepat cepat aku takut" ucap Anissa memegang tangan Davian kuat kuat dan menutup matanya.

Bukan hanya Anissa bahkan Davian sendiri kaget, bukan karna laju mobil yang ia percepat tapi karena Anissa memegang tangannya dengan sangat kuat.

Davian akhirnya memarkirkan mobilnya di tepi jalan.

"Mobilnya sudah berhenti" ucap Davian

Anissa tampak membuka matanya perlahan dan melepaskan kasar tangannya.

"Ehh, maaf aku tak sengaja" ucap Anissa salah tingkah.

"Hem, ya" ucap Davian singkat.

Anissa tampak canggung dan hanya mampu menatap lurus ke jalan sesekali ia menoleh ke samping kaca agar wajahnya tak berpapasan dengan wajah Davian.

"Bagaimana rasanya menyentuh lenganku" tanya Davian tiba tiba

Anissa tampak membulatkan matanya dan menatap Davian sinis "Maksudmu apa?" ucap Anissa penuh selidik.

"Aku tak punya maksud apa apa!!! Aku hanya ingin tahu apa yang sedang kau pikirkan sekarang" ucap Davian santai.

"Aku tak berpikir apapun, dan aku juga tidak tahu apa maksud pertanyaanmu tadi!! Jika kamu berpikir aku seperti wanita murahan itu terserah padamu!! Itukah pikiranmu dan aku tidak peduli" ucap Anissa.

"Kenapa arah pembicaraanmu melantur? Aku sama sekali tak berfikir seperti itu!! Aku tak habis pikir dengan pola pikirmu yang cetek itu" hardik Davian.

"Apa kamu bilang? Pikiranku cetek? Dan ya aku tidak melantur!! Memang benar kan kamu berpikir aku sama seperti wanita murahan di luaran sana!!.

Jangankan kamu, Galang bahkan Ayahku sendiri mengatakan hal yang sama!! Jadi mustahil jika kamu tak berpikiran sama disaat Ayahku sendiri ..." ucap Anissa berkaca kaca hingga ucapannya pun tak bisa diteruskan, air matanya sudah tak terbendung lagi saat mengingat ngingat ucapan Handoko semalam.

Davian tampak menarik nafas dan membuangnya kasar, ada rasa kasihan dan menyesal karena sudah membuat Anissa menangis tapi Davian tak berfikiran bahwa Anisa wanita murahan, Ia justru sangat menghormati Anissa.

Ingin rasanya ia memeluk tubuh Anissa namun ia tak bisa Anissa belum menjadi istri dan terlebih mereka belum mengenal satu sama lain.

"Maafkan aku Anissa, Aku sangat menghormatimu sebagai wanita, aku tau pikiranku sekarang sangat salah, jujur saja aku sangat ingin memelukmu, maafkan pikiran dan hasrat bodohku ini" batin Davian berucap.

Hiks hiks hiks Anissa tampak menutup wajahnya dengan kedua tangannya dan terus menangis sesegukan.

"Aku sangat menyesal atas perbuatanku, aku tau aku salah itulah kenapa saat Galang menciumku aku langsung menghentikan aksinya karena itu bukan hal yang ku inginkan darinya, aku mencintainya dan dia malah membuatku seperti wanita yang tak ada harga dirinya dan saat aku sadar perbuatan itu adalah dosa besar semuanya sudah terlambat ciuman pertamaku sudah di renggut" ucap Anissa menjelaskan panjang lebar sambil sesegukan.

"Aku tak ada niat membahas hal itu Nissa, aku hanya ingin bertanya, apa saat memegang leganku ada rasa tak biasa di hatimu? Apa jantungmu berdebar dengan sangat kencang? Hanya itu yang ingin kutanyakan, dan Aku tak sama seperti Galang dan Ayahmu yang berpikir bahwa kamu wanita seperti itu, jika aku berpikir seperti itu aku tak akan melanjutkan pernikahan kita" ucap Davian menjelaskan panjang lebar.

"Aku tak tahu bahwa Ayah akan memaksaku menikah denganmu, aku ingin melarikan diri, aku ingin mati, aku ingin pergi dari kehidupan ini" ucap Anissa yang masih menutup wajahnya dengan tangan.

"Apa maksudmu Nisa? Aku sendiri awalnya menolak pernikahan ini hingga Papaku memberikan fotomu padaku dan akhirnya entah kenapa aku menyetujui pernikahan ini, jika menikah denganku membuatmu tak ingin lagi hidup, maka dengan ikhlas aku akan melepaskanmu" ucap Davian lembut.

"Lagi pula kamu tidak mencintaiku dan justru mencintai pria yang ada di club malam itu" batin Davian.

Anissa akhirnya perlahan melepaskan tangannya yang sedari tadi terus menempel di wajahnya dan menatap Davian yang ia sadari wajah Davian tampak seperti awan mendung yang berselimut sendu.

"Kamu akan melepaskan aku? Kamu yakin?" tanya Anissa

Davian tampak menarik nafasnya dan membuangnya kasar "Aku sebenarnya enggan melepaskanmu, tapi jika itu membuatmu senang maka akan kulakukan" ucap Davian pasrah

"Kenapa kamu enggan melepaskan aku? Kita bahkan tak saling mengenal satu sama lain, kamu tidak mencintaiku lalu kamu berkata enggan untuk melepaskan?"

"Walaupun kamu membatalkan pernikahan kita, Ayahku pasti akan menjodohkan ku dengan pria lain selain dirimu, dan aku tidak mau hal itu terjadi.

Bukan karna aku menginginkanmu tapi menurutku kamu pria baik dan jika aku di jodohkan dengan yang lain aku tak bisa menjamin bahwa dia akan sama baiknya denganmu. Itulah alasanku ingin mati atau pergi saja melarikan diri" ucap Anissa frustasi.

"Aku tak peduli jika kamu tak mencintaiku, tapi izinkanlah aku menjadi suamimu!! Jangan melarikan diri!! Aku berjanji akan membahagiakan mu" ucap Davian akhir meminta izin agar Anissa mau menerimanya.

"Pernikahan kita memang tidak didasari atas rasa cinta, tapi apa salahnya jika kita saling mengenal setelah menikah?"