Jlebb
Seperti ada yang menusukan belasan pisau di dadanya, Anissa tampak terluka dengan ucapan Ayahnya itu, bukan hanya Galang bahkan Ayah kandungku sendiri mengatakan jika aku wanita murahan, apa benar jika aku hanya seorang wanita rendahan. Anissa tampak lemas dan akhirnya terduduk di lantai.
"AYAH!! Apa yang Ayah bicarakan, apa pantas seorang ayah mengatakan hal itu pada putrinya sendiri" ucap Lidya berjalan ke arah Anisa dan membantunya berdiri.
"Lalu apa yang harus Ayah lakukan? Ayah sudah malu di hadapan Davian dan keluarganya. Mau ditaruh dimana muka ayah bun" ucap Handoko lalu berjalan ke arah sofa dan duduk disana.
Lidya tampak menatap Davian yang sedari tadi mematung dan tak bersuara.
"Duduklah terlebih dulu Nak, biar bunda ambilkan air minum untukmu" ucap Lidya mempersilahkan Davian duduk.
"Terima kasih bunda, tapi Davian tidak haus" ucap Davian sopan.
"Duduklah dulu Bunda bisa menjelaskannya padamu" ucap Lidya pada Davian.
"Baik bun" Davian tampak berjalan ke arah sofa tanpa melihat ke arah Anissa yang masih mematung di tempat semula.
"Bunda dan Ayah tak perlu menjelaskan apapun pada Davian, Davian sudah tau semuanya terlebih tadi Davian melihat Anisa sedang berciuman dengan pria disana" ucap Davian dingin.
Jlebb
Anissa tak habis pikir dengan Pria itu, kenapa dia harus mengatakan hal itu pada ayah dan bundanya. Mau ditaruh dimana muka nya sekarang? Ayah dan Bunda pasti akan sangat kecewa padaku.
Handoko tampak mengernyitkan alisnya ia sangat malu di hadapan Davian.
Betapa bodohnya putri bungsunya itu. Anissa sudah mempermalukan keluarganya sendiri.
"Anissa kemarilah" ucap Handoko mengecilkan suaranya.
Ada apa ini kenapa tiba tiba suara ayah menjadi pelan dan lembut saat memanggil namaku, sial perasaanku mulai tak enak dan tidak mungkin Ayah tiba tiba mau memaafkanku. Habislah aku!!.
Mau tidak mau Anissa berjalan sambil menundukan wajahnya takut. "Ma .. maafkan Anissa Ayah, Anissa khilaf anissa minta maaf" ucap Anissa ketakutan.
Gadis itu tampak berhenti saat ia sudah berada di depan Handoko.
Handoko tampak berdiri di hadapan Anissa dan satu detik kemudian.
PLAKKK
Handoko tampak menampar wajah putri bungsunya itu hingga tersungkur ke lantai, Lidya tampak kaget, ia berlari dan menyimpan air di meja setelahnya memegang tangan Handoko agar tak menampar putrinya lagi
"Arrgghh, sudah Yah jangan menampar Anissa lagi, dia adalah putrimu sendiri. Kita bisa membicarakan baik baik" ucap Lidya lalu menangis tak tega melihat putrinya itu.
Sementara Davian tampak kaget, ia tak menyangka jika Handoko akan menampar putrinya seperti itu .
Davian jadi merasa bersalah karena sudah memberi tahu Handoko tentang kelakuan putrinya, ia tak tega melihat Anissa yang sudah tersungkur di lantai, pipinya tampak memerah, tamparan Ayahnya pasti sangat menyakitkan baginya.
"Maafkan aku Anissa, aku tak bermaksud membuatmu seperti ini" batin Davian berucap
Gadis itu tampak memegangi pipinya yang terasa sangat perih, ia meluruskan pandangannya ke arah Orang Tuanya itu memberanikan diri mengucapkan beberapa kata yang ingin disampaikan.
"Anissa bukan wanita murahan Yah Bun, Anissa tau apa yang Anissa lakukan salah itulah kenapa saat di club Anissa tak melanjutkannya dengan Galang, karna Anissa tau tak seharusnya Anissa melakukan itu dengan pria yang bukan suami Anissa.
Tapi saat Anissa menyadarinya Anissa sudah terlanjur memberikannya pada Galang Hiks hiks" ucap Anissa panjang lebar lalu setelahnya menangis, ia berusaha tegar namun apalah daya semuanya terlalu menyakitkan.
Handoko tampak diam tak menjawab ucapan putrinya itu.
"Apa tindakanku terlalu berlebihan? Apa putriku ini merasa terluka dengan perkataan ku? Maafkan Ayah Nissa, Ayah tak bermaksud menyakitimu tapi tindakanmu hari ini benar benar tak bisa termaafkan.
Bahkan Davian sendiri menyaksikan kebodohanmu itu, mau di taruh dimana wajah Ayahmu ini Nissa" batin Handoko menjerit merasa terluka.
"Apalagi yang mau dibicarakan baik baik? Davian juga sudah jelas tidak akan mau dengan Anissa" ucap Handoko kesal
Anissa tampak mengernyitkan alisnya.
"Tidak mau lagi denganku? Maksud ucapan Ayah apa?" batin Anissa berucap.
Davian tampak menghela nafasnya.
"Saya tidak akan memberitahukan hal ini pada Ayah saya, dan saya masih bersedia jika harus menikahi Anissa tapi dengan satu syarat" ucap Davian dingin.
"Syarat? Syarat apakah itu?" ucap Handoko penasaran ia kemudian menghampiri pria yang sedari tadi terduduk di sofa menyaksikan sebuah drama keluarga.
Lidya juga ikut bingung, syarat apakah yang akan Davian berikan pada keluarganya.
"Apa? Jadi pria ini akan di nikah kan denganku" batin Anissa berucap.
"Saya ingin pernikahan saya dan Anissa dilakukan sesegera mungkin dan kurang dari seminggu ini, ada banyak hal yang harus saya kerjakan di kantor jadi jika harus menunggu lama saya pikir saya akan sangat sibuk, dan setelah penikahan, saya akan langsung membawa Anissa kerumah saya" ucap Davian panjang lebar.
"Apa? Apa dia sudah tidak waras? Kenapa tidak bertanya terlebih dahulu padaku? Kenapa dia mengambil keputusan sendiri? Aku sendiri tidak kenal dengannya masa tiba tiba harus nikah sama dia sih" batin Anissa berucap lagi.
"Oh jadi hanya itu yang nak Davian inginkan, baiklah Ayah akan mengabulkannya" ucap Handoko lega.
Anisa tampak menatap wajah Lidya bingung, Lidya mengerti kebingungan putrinya itu namun ia memberi isyarat agar putrinya itu diam saja.
"Baiklah, sepertinya sudah malam juga, sebaiknya saya pamit saja" ucap Davian
"Apa tak sebaiknya Nak Davian
menginap saja disini" ucap Lidya dan disetujui Handoko dengan anggukan.
"Ahh, tidak enak jika saya harus menginap disini" ucap Davian tak enak.
"Kenapa harus tidak enak? Toh tinggal beberapa hari lagi kamu akan menikah dengan Anissa, Ayah akan menikahkan mu dengan Anisa 2 hari lagi" ucap Handoko yakin.
"2 hari lagi?" ucap Davian sedikit kaget ternyata waktunya cukup dekat.
"Kenapa? Apa Nak Davian merasa itu terlalu cepat?" tanya Handoko.
"Ahh, tidak saya setuju dengan keputusan Ayah, saya akan pulang dan memberitahu Ayah saya terlebih dahulu" ucap Davian.
"Baiklah jika begitu, hati hati di jalannya" ucap Handoko.
"Iyah saya pamit dulu" ucap Davian lalu mencium punggung tangan Handoko dan setelahnya Lidya ia lantas bergegas pergi dari rumah Anissa, ia berjalan tanpa melirik ke arah gadis itu dan menghilang dari balik pintu.
Setelah kepergian Davian Anissa tampak menatap wajah Lidya lekat lekat "Ada apa ini bunda? Anissa tak mengerti" ucap Anissa meminta penjelasan.
Lidya tampak menatap wajah Handoko agar suaminya itu diam saja dan membiarkan Lidya saja yang menjelaskan semuanya pada putrinya itu.
"Dengarkan bunda, bunda tau ini terlalu cepat bagimu tapi bunda dan Ayah yakin ini adalah yang terbaik untukmu" ucap Lidya lemah lembut.
"Maksud bunda apa? Anissa tak mengerti bun" ucap anissa yang masih bingung dengan penjelasan bundanya itu.
"Bunda dan Ayah sudah mengambil keputusan untuk menikahkan mu dengan Davian" ucap Lidya.
"Apa? Menikah? Tapi Anissa masih sangat muda bun, kenapa harus Anissa? Bahkan Kak Clara saja belum menikah" protes Anissa.
"Kamu berbeda dengan Kakakmu Clara, bunda tau kamu anak yang baik, kamu juga sangat sayang pada Ayah dan Bunda tapi Ayah dan bunda sudah mengambil keputusan dan bunda harap kamu akan mematuhinya" jelas Lidya panjang lebar.
"Tapi Bun" ucap Anissa namun belum sempat ia melanjutkan ucapannya tiba tiba Handoko terlebih dahulu menyekat ucapan nya.
"Ga ada tapi tapian, ini sudah jadi keputusan Ayah dan Bunda, mau tidak mau kamu harus tetap menikah dengan Davian, harusnya kamu bersyukur karna Davian masih mau menikah denganmu padahal dia sudah melihat kelakuanmu dan terlebih melihatmu bersentuhan dengan pria lain" ucap Handoko yang mulai tersulut lagi.
Lidya tampak menatap wajah Anissa lalu memeluknya erat erat "Masuklah ke kamarmu, kamu butuh istirahat lagipula ini sudah sangat larut malam" ucap Lidya yang melihat jarum jam menunjukan pukul 23.30.
Anisa tampak melepaskan pelukan bundanya dan berdiri tegak lalu berjalan gontai ke lantai 2 dan masuk ke kamarnya.
Setelah sampai di kamarnya Anissa tampak membantingkan tubuhnya kasar ke atas ranjang "Ga adil!! Ayah benar benar ga adil, Anissa benci sama Ayah" ucap Anissa lalu membalikan tubuhnya dan memukul mukul bantal yang ada di sampingnya.
"Anissa tau Anissa salah, tapi kenapa harus menikahkan Anissa dengan pria yang tak Anissa kenal sih" ucap Anissa kesal "Dia tampan tapi Anissa tidak mencintainya, lalu bagaimana bisa orang yang tidak saling mencintai menjalani hidup sebagai suami istri" ucap Anissa frustasi.