Chereads / Adventure of The Great Archmage / Chapter 3 - Such a Hard Time

Chapter 3 - Such a Hard Time

Akhirnya, Elvin bisa pulang tanpa tangan kosong. Setelah berbicara dengan pemilik toko Alkimia dan Ramuan milik kenalan ayahnya itu, Elvin diterima kerja di sana sebagai pengumpul herba yang akan di hunakan sebagai bahan dasar ramuan. Bahkan, pemilik toko itu turut bersedih akan kepergian orang tua Elvin, sebelum mengirim bocah cilik itu pergi sang pemilik baik hati memberikan beberapa potong roti untuk Elvin dan adik-adiknya.

"Aku pulang," ucap Elvin sembari membuka pintu rumahnya. Theo dan Andromeda yang mendengar kakaknya telah pulang pun segera berhamburan lari ke depan pintu, "Kakak!" Seperti biasa Theodore dengan heboh menyambut kepulangan Elvin.

"Kenapa Kakak lama sekali pulangnya," tanya Andromeda sambil mengusap matanya yang memerah. Theo menarik celana Elvin, "An mencarimu dari tadi, dia menangis," bisik Theo dengan suara pelan pada Elvin memberitahu kakaknya bahwa Adik perempuannya menangis.

Mendengar itu, Elvin menghampiri Andromeda dan berjongkok di depan gadis itu dan menepuk pelan pucuk kepalanya dengan sayang, "Maafkan Kakak sudah meninggalkan kalian berdua terlalu lama. Lihat, Kakak membawa roti untuk makan malam ini." Elvin menampilkan senyum terbaiknya untuk menghibur adik-adiknya.

"Hore!!" Theodore berseru senang saat mendengar bahwa Elvin pulang dengan membawakan roti untuknya dan Andromeda. "Sekarang cuci tangan dulu, lalu kita makan bersama." Elvin membawa Theo dan Andromeda untuk mencuci tangan. Setelah itu, mereka bertiga pun makan malam bersama di meja makan.

. . .

Setelah makan malam, Elvin tidak langsung mengajak adik-adiknya untuk segera tidur. Bocah cilik itu mengajak kedua adiknya mengobrol di meja makan, "Theo, An." Elvin memanggil kedua adiknya dengan begitu atensi Theodore dan Andromeda segera fokus pada Kakak mereka. "Hmm... Kenapa Kakak?" tanya Andromeda memiringkan kepalanya penasaran.

"Besok Kakak akan pergi ke hutan hingga sore, apakah kalian tidak apa-apa di rumah sendirian?" Mengetahui bahwa adiknya menangis saat menunggunya pulang hari ini, Elvin memutuskan untuk memberitahu kedua adiknya bahwa ia mulai besok akan pergi ke hutan hingga sore hari.

"Bisakah kami ikut?" tanya Theo menatap Elvin dengan mata besarnya yang cemerlang. Elvin berpikir keras saat adik laki-lakinya menanyakan hal itu padanya. "Hmm... Kalau ikut janji padaku kalian tidak akan nakal dan mau membantu?" tanya Elvin sambil menatap serius ke arah kedua adiknya itu.

Theodore dan Andromeda saling berpandangan, lalu setelah itu mengangguk bersamaan yang membuat Elvin cukup takjub, "Kami janji!" ucap Theodore dan Andromeda berbarengan sambil mengarahkan jari kelingking mereka kepada Elvin.

Elvin menyambut kedua jari kelingking yang teracung padanya dengan senang hati, sepertinya kedua adiknya tidak senang ia tinggalkan sendiri di rumah. Setelah pembicaraan itu pun Elvin segera mengajak kedua adiknya untuk segera tidur dan mengingatkan mereka untuk bangun pagi besok.

Setelah menemani adiknya hingga tertidur, Elvin beranjak dari sana dan pergi ke luar rumah. Sedari tadi Elvin memikirkan pembicaran yang di dengarnya saat di toko Alkimi dan Ramuan yang akan menjadi tempat kerjanya.

Beberapa orang yang mengumpulkan herba sepertinya berkata bahwa membutuhkan sihir untuk mendeteksi dan mengambil herba yang kerkualitas di tinggi. Sejak saat itu Elvin pun kepikiran perihal sihirnya dan teringat oleh sosok penyihir hebat yang ditemuinya beberapa hari yang lalu. "Apakah aku bisa menjadi penyihir hebat seperti pria itu?" batin Elvin sambil melihat ke atas langit yang bertabur bintang.

Sepertinya Elvin harus mulai melatih kemampuan sihirnya, sebenarnya ia sudah mempunyai inti sihir, seperti anak kecil pada umumnya, mereka akan mendapatkan inti sihir dalam rentang umur enam sampai sepuluh tahun dan Elvin mendapatkan inti sihirnya pada umurnya yang ke delapan.

Namun, sejak kepergian orang tuanya setahun yang lalu, Elvin sudah tidak pernah melatih kemampuan sihirnya. Nanti, Elvin akan membawa beberapa buku sihir peninggalan orang tuanya untuk di pelajari saat istirahat di hutan.

. . .

Sebelum pergi ke hutan sihir yang berada di luar desanya, Elvin menyiapkan makanannya dan kedua adiknya dan membawa beberapa buku sihir untuk dipelajari saat dirinya istirahat nanti. "Theo! Andromeda! Cepat bangun, kalian ingin ikut Kakak atau tidak?!" pekik Elvin dari dapur rumah mereka memanggil adik-adiknya yang masih terlelap di kamar mereka.

Tak lama kemudian, Elvin mendengar suara berisik dari kamar adik-adiknya, sepertinya mereka langsung terbangun saat Elvin mengancam akan meninggalkan mereka di rumah sendirian. "Cepat mandi dan ganti baju kalian, kita akan segera berangkat!" Mendengar teriakan sang Kakak, Andromeda segera membangunkan Theodore yang sangat susah untuk di bangunkan.

"Theo, cepat bangun! Nanti kita ditinggal, Kakak." Andromeda dengan cepat memukul wajah Theodore sebagai cara untuk membangunkan Kakak kembarnya itu. "An... Kenapa kau memukulku," ucap Theo akhirnya bangun, namun matanya masih setengah tertutup dan berniat akan kembali tidur.

"Theo! Kakak akan meninggalkan kita!" Andromeda yang kesal bersiap akan menendang Kakak kembarnya itu, Theo yang melihat adiknya mengeluarkan kuda-kuda akan menendangnya pun segera membuka matanya dengan lebar. "Oke, aku bangun!" ucap Theodore sambil menarik kaki Andromeda supaya tidak menendangnya.

. . .

Elvin memasangkan kedua adiknya sebuah tas yang berisi makan siang untuk mereka nanti. "Jaga baik-baik, oke?" ucap Elvin sambil tersenyum pada kedua adiknya. Dengan semangat Theo dan Andromeda mengangguk dan menggandeng tangan Elvin, setelah itu pun mereka menuju hutan yang berada di luar desa.

Di hutan sihir yang luas, cukup banyak orang yang datang untuk mencari herba dan menjualnya. Elvin memilih daerah yang tidak banyak di datangi orang lain. Bocah cilik itu pun menuntun adiknya untuk mengikutinya ke arah barat yang terlihat sepi. Elvin berhenti di sebuah pohon besar dan mendudukkan kedua adiknya di sana.

"Tunggu Kakak di sini, jangan pergi terlalu jauh." Elvin membuka tasnya dan memberikan mereka sebuah buku, "Baca buku ini, katakan pada Kakak, jika kalian melihat gambar yang ada di sini, oke?" tanya Elvin memastikan kedua adiknya mengerti apa yang ia ucapkan.

"Oke, Kakak. Kami tidak akan pergi terlalu jauh," jawab Theodore sekalian mewakilkan jawaban Andromeda. Elvin menepuk pucuk kepala kedua adiknya dan segera beranjak dari sana untuk mencari herba yang dapat di jual, semalam ia telah memperlajari dasar-dasar memanen herba dan cara mendeteksi herba.

Dan benar saja, Elvin diharuskan menggunakan sihir untuk menemukan herba-herba itu. Tanaman obat itu akan berekasi pada sihir yang ada di dekat mereka, jadi ia perlu mengedarkan sihirnya entah itu ke tangannya atau lebih bagus, jika Elvin bisa mengedarkannya ke seluruh tubuhnya, agar tanaman obat itu akan bereaksi dan mengeluarkan cahaya.

Setelah berada cukup jauh dari adiknya, Elvin mencoba untuk mengeluarkan sihirnya yang sudah lama tidak pernah ia lakukan lagi. Elvin memejam kan matanya dan berkonsentrasi mencari keberadaan inti sihirnya. Saat Elvin mencoba untuk mengeluarkan energi sihirnya, sesuatu terjadi.