Elvin membuka matanya dan apa yang dilihatnya kemudian membuatnya terkejut. "Mengapa tidak ada sihir yang keluar?" gumam Elvin masih tidak percaya. Padahal dirinya sudah merasakan aliran sihir di dalam dirinya, tapi masalah mengalirkan sihir itu keluar ternyata tidak mudah.
Elvin mulai mengingat-ingat bagaiama dulu orang tuanya mengajarkannya sihir. Ingatan itu terlalu kabur untuk Elvin ingin, lalu bocah itu mengingat tentang penyihir yang membantunya waktu itu. "Penyihir itu mengelusrkan sihir melalui tongkat sihirnya, haruskah aku mendapat tongkat sihir?" tanya Elvin pada dirinya sendiri.
Bocah itu segera menggelengkan kepalanya menepis gagasan itu. Sekarang saja Elvin sudah bingung bagaimana dirinya bisa menghidupi kedua adiknya dan dirinya sendiri. Ia tidak bisa mendapatkan tongkat sihir.
Karena bingung tidak bisa mengalirkan sihirnya, Elvin memutuskan untuk mengambil tanaman herba biasa yang bisa di ambil tanpa membutuhkan sihir untuk mengambilnya. Elvin hanya perlu menggali tanaman itu dengan hati-hati dan jangan sampai merusak akarnya.
Tanaman yang bisa di ambilnya antara lain adalah, Green Piper yang digunakan untuk penyembuhan tingkat rendah dan juga Oleifera Leaf sebagai penawar racun tingkat rendah. Elvin segera mencari di sekitarnya tanaman obat itu.
. . .
Setelah setengah hari menghabiskan waktunya mengelilingi hutan sihir, Elvin hanya mendapat satu tumpuk dari masing-masing daun yang diincarnya. Elvin merasa tubuhnya sangat lelah dan bergegas kembali ke pohon di mana ia meninggalkan adiknya di sana.
Dari kejauhan, Elvin melihat adik-adiknya bersenang-senang bermain di sekitar pohon besar itu mengejar kupu-kupu yang terbang di atas mereka. "Theo! An!" panggil Elvin sambil menghampiri mereka berdua. Kedua adik kembar Elvin melambaikkan tangan mereka ke arahnya.
Saat Elvin menyandarkan punggungnya ke pohon, Andromeda mendatanginya sambil menyodorkan sebotol air yang mereka bawa dari rumah, "Kakak, minum lah." Elvin segera mengambil botol itu, "Terima kasih." Elvin langsung menegak air dari dalam botol itu.
"Kalian sudah lapar?" tanya Elvin melirik kedua adiknya, terlebih menatap ke arah Theodore yang hanya diam dan tidak heboh seperti biasanya. Dan benar saja, setelah Elvin bertanya seperti itu, mata Theodore segera berkilau dan dengan semangat menganggukkan kepalanya. "Kalau begitu, ayo makan!" ucap Elvin sambil terkekeh melihat tingkah lucu adiknya.
Sambil memakan makan siangnya, Elvin juga membaca sebuah buku sihir dasar yang ia temukan di rak buku orang tuanya. Elvin membaca buku itu dengan pelan dan mencoba memahami apa yang harus di lakukannya untuk mempelajari soal sihir.
. . .
Sesudah menghabisakan makan siangnya dan menyelesaikan setengah buku pelajaran sihirnya, Elvin segera mempraktekkan apa yang dikatakan oleh buku tersebut. Langkah pertama yang harus ia lakukan adalah membuat dirinya familiar dengan sihir itu sendiri.
Dari buku yang dibacanya yaitu, meditasi. Kebetulan, hutan ini dipenuhi oleh sihir yang cukup padat, walaupun tidak terlalu tebal kadar sihirnya karena orang biasa pun bisa masuk ke hutan ini. "Aku harus mencobanya," gumam Elvin sambil memposisikan dirinya untuk bermeditasi.
Theodore dan Andromeda hanya memandangi Kakak mereka yang bertingkah aneh. Kedua balita itu memandang satu sama lain dan akhirnya, mengangkat bahu meraka bingung. "Biarkan saja, Kakak. Siapa tau dia tertidur karena lelah," bisik Theodore kepada adik perempuannya. "Apa tidak apa-apa?" tanya Andromeda khawatir. Melihat kekhawatiran adiknya, Theodore hanya mengangguk sambil berkata, "Kakak tidak akan mati karena duduk aneh seperti itu," jawab Theodore masih dengan berbisik pada adiknya. Andromeda pun hanya mengangguk menuruti perkataan kakaknya itu.
. . .
Elvin merasa tubuhnya merasakan energi baru saat memulai meditasinya. Dengan pikirannya yang kosong, bocah cilik itu hanya merasakan energi alam yang berputar di dalam tubuhnya, perlahan Elvin bisa kembali merasakan energi sihir di dalam tubuhnya.
Sekitar tiga puluh menit kemudian, Elvin membuka matanya dan merasa tubuhnya segar kembali setelah melakukan meditasi. Tubuhnya menjadi lebih ringan dan Elvin mulai merasa ada sesuatu yang mengalir di dalam tubuhnya.
Merasa bahwa dirinya telah melewatkan banyak waktu, "Sial! Aku harus segera mengumpulkan tanaman obat sebelum sore!" ucap Elvin tersentak saat menyadari masih ada pekerjaan yang harus ia lakukan. Melihat bahwa kedua adiknya tertidur di dekatnya, Elvin membuka baju luarnya untuk menyelimuti kedua adiknya, lalu beranjak dari sana untuk kembali mencari tanaman obat untuk di jual.
Sisa sore hari itu, Elvin habiskan untuk mengumpulkan tanaman obat sebanyak mungkin. Semakin banyak tanaman yang didapatkannya, semakin banyak pula uang yang ia dapatkan.
. . .
Elvin mengajak kedua adiknya untuk mampir ke toko Alkimia dan Ramuan yang menjadi tempat kerjanya saat ini, Elvin segera menyerahkan tanaman obat yang berhasil ia kumpulkan dan menyerahkannya kepada pemilik toko untuk di cek dan dihargai.
"Cukup bagus untuk hari pertamamu," puji Hanzel – pemilik toko Alkimia dan Ramuan – pada hasil tanaman obat yang berhasil Elvin dapatkan. "Aku akan menghargai ini masing-masing dengan dua puluh lima perunggu, jadi semuanya akan aku hargai dengan lima puluh perungguh untuk tiga tumpukan dari Green Piper dan Oleifera Leaf." Hanzel segera memberikan bocah cilik itu sekantung uang untuk di bawa pulang.
"Terima kasih banyak, Tuan Hanzel!" Dengan gembira Elvin segera membukakan tubuhnya kepada Hanzel. Setelab itu, Elvin segera menyimpan kantung uangnya supaya tidak di ketahui oleh orang lain dan berniat jahat padanya.
"Ayo, kita pulang!" Elvin segera mengajak kedua adiknya untuk segera pulang, dirinya berniat membelanjakan uangnya di dalam desanya saja, sangat berbahaya baginya untuk mengeluarkan uang di pasar kota Kerajaan. Theodore dan Andromeda yang tidak mengetahui apapun hanya bisa mengangguk dan mengikuti kemana sang Kakak pergi.
. . .
Sambil berjalan pulang ke rumah, Elvin mampir ke salah satu toko yang menjual bahan makanan di desanya, bocah cilik itu memilih beberapa bahan yang ia bisa olah. Saat Elvin sedang sibuk memilih bahan untuk keperluan rumah mereka, Theodore menarik bajunya pelan.
Elvin melihat ke bawah kepasa Theodore, "Ada apa?" tanya Elvin menundukkan tubuhnya ke arah Theo, untuk mendengarkan ucapannya, "Bolehkah kita membeli itu?" jawab Theodore sambil menunjuk buah apel yang tak jauh dari sana. Elvin berpikir cukup lama sebelum menjawab pertanyaan adiknya itu. "Tentu." Akhirnya, Elvin mengiyakan permintaan Theodore.
Setelah menyelesaikan acara belanjanya, Elvin dengan kedua adiknya yang sedang memakan apel berjalan pulang kembali ke rumah mereka.
. . .
Saat malam tiba, Elvin duduk manis di atas kasurnya sambil bersiap-siap bermeditasi. Karena lingkungan sekitarnya yang tidak memiliki aliran sihir yang cukup banyak. Elvin butuh memfokuskan dirinya lebih lagi untuk bisa memasuki mode meditasinya.
Elvin menyadari bahwa lingkungan di hutan sihir sangat membantunya untuk melakuakn meditasi. Saat mencobanya di rimah, Elvin harus mengerahkan tenaga lebih untuk memfokuskan dirinya.
Menyadari hal ini, Elvin memutuskan untuk melatih sihirnya di dalam hutan sihir yang mampu membantunya melancarkan pembelajarannya mengenai sihir.