Elvin dan kedua adiknya mulai terbiasa dengan keseharian mereka. Pagi-pagi mereka akan menuju Hutan Sihir untuk mengumpulkan herba, saat ini pun Theodore dan Andromeda mulai mengetahui apa saja tanaman herba yang bisa mereka petik dan ambil tanpa menggunakan sihir, mereka akan membantu Elvin di sela-sela istirahat mereka.
Elvin pun saat ini mulai meningkatan kapasitas sihirnya, walaupun ia masih belum bisa untuk mengeluarkan sihir itu sendiri. Elvin mendengar banyak berita beredar di sekitar masyarakat, terutama mengenai menghilangnya salah satu pahlawan yang membebaskan mereka dari pada Dark Sorcerer.
Elvin mendengar kabar itu saat menjual panenan tanaman herbanya ke kota. Tak lupa pula, Tuan Hanzel yang mempunyai toko Alkimia dan Herba tempat Elvin bekerja, memberitahu Elvin untuk berhati-hati saat berada di Hutan sihir, pasalnya akhir-akhir ini ada sekelompok orang yang suka merampas hasil panen tanaman herba orang lain Hutan Sihir.
Mendengar hal itu, Elvin menjadi cemas, apalagi dirinya membawa serta kedua adiknya, Elvin hanya bisa berdoa mereka tidak akan bertemu dengan orang-orang jahat itu. Elvin bersama dengan Theodore dan Andromeda berjalan menuju tempat biasa mereka di Hutan Sihir.
Elvin pun meninggalkan kedua adiknya di sebuah pohon besar yang ada di sana, "Ingat! Jangan terlalu jauh kalau bermain," ucap Elvin mengingatkan kembali kedua adik kembarnya itu. "Baik, Kakak!" jawab mereka serentak dengan cengiran semangat mereka. Sebelum pergi mengumpulkan tanaman herbanya, Elvin tak lupa menepuk pelan kepala kedua adiknya itu.
Walaupun Elvin belum bisa mengeluarkan sihirnya secara nyata, setidaknya setelah berlatih sendiri selama ini, bocah yang beranjak dewasa itu sudah mulai bisa mengedarkan sihirnya di tubuhnya. Khususnya Elvin telah bisa sedikit menyelubungi tangannya dengan sihir yang ada di dalam tubuhnya.
Dengan itu, Elvin saat ini bisa memanen beberapa tanaman sihir yang sebelumnya tak bisa ia ambil. Contohnya saja seperti, Red Wild Rubrum dan Wild Ocimum. Untuk Rubrum, Elvin benar-benar harus menggali tanah untuk menemukan Herba itu, dan juga Elvin membutuhkan sihir untuk mengambilnya dari tanah tanpa melukai akarnya.
"Sial! Di sini tidak banyak Herba itu," gumam Elvin saat dirinya sudah menggali di banyak tempat dan belum juga menemukan Red Wild Rubrum yang ia cari-cari. "Kenapa tanaman ini sangat susah di cRi, aku benar-benar membutuhkan sihir saat ini untuk mendeteksinya." Elvin menggali tanah sambil menggerutu kesal karena tak kunjung menemukan apa yang dicarinya.
Elvin semakin menjauh dari tempatnya dan tanpa sadar telah meninggalkan kedua adiknya cukup jauh sekarang. Setelah lelah menggali puluhan lubang, akhirnya Elvin menemukan Rubrum yang dicarinya sedari tadi. "Akhirnya! Aku menemukanmu," ucap Elvin tersenyum sumringah saat menyadari bahwa ia menemukan Rubrum itu.
Elvin menarik tangannya dari lubang yang telah ia gali, lalu memfokuskan dirinya untuk mulai mengedarkan sihirnya ke tangannya seperti yang sudah ia praktekkan sebelumnya. Dengan keringat yang mengucur dari keningnya, samar-samar sebuah selubung putih muncul di sekitar telapak tangan Elvin.
Tanpa membuang waktu lagi, Elvin berkonsentrasi untuk mengambil Rubrum itu dari dalam tanah. Dengan hati-hati Elvin menyentuh Rubrum berwarna merah menyala itu dan membersihkan sekitarnya untuk mengamankan akarnya saat Elvin mengeluarkan tanaman itu dari dalam tanah.
Setelah memastikan bahwa area di sekitar Rubrum itu aman, perlahan Elvin menarik keluar tanaman Herba itu dari dalam tanah, keringat dingin semakin banyak muncul di kening Elvin. Sepertinya menggunakan sihir untuk menarik Rubrum itu keluar sangat menghabiskan energi dari Elvin.
Elvin jatuh terduduk sesaat setelah berhasil mengeluarkan Rubrum itu dari dalam tanah. Dengan napas terengah, Elvin tersenyum simpul saat melihat Rubrum di tangannya ia dapatkan dengan aman. Elvin pun menyimpan Red Wild Rubrum itu ke dalam tasnya dan bocah itu pun berdiri dari posisi duduknya, lalu menyadari bahwa ia sudah berjalan terlalu jauh dan meninggalkan kedua adiknya di belakang.
Segera Elvin melangkahkan kakinya kembali ke area yang biasa ia tempati, sambil mengecek kondisi kedua adiknya. Saat Elvin mendekati pohon besar di mana ia meninggalkan adiknya, bocah itu mendengar pekikan yang ia kenali sebagai suara adik perempuannya, Andromeda.
Elvin memacu langkahnya semakin cepat untuk melihat apa yang terjadi. Terlihat tak jauh dari pohon besar itu, rambut Andromeda sedang di jambak oleh seorang pria dewasa yang mempunyai wajah menyeramkan dengan tubuh besarnya. Theodore yang melihat adiknya di aniaya seperti itu, berlari menerjang kaki pria dewasa itu dengan segenap kekuatan yang ia punya.
Namun, hal itu sia-sia dan Theodore pun berakhir dengan dicekik oleh pria menyeramkan itu. Elvin yang melihat hal itu pun, tentunya shock dan kaget, matanya membulat tak percaya. Elvin segera berlari menuju kerumunan ramai itu. "Apa yang kau lakukan pada adik-adikku!" teriak Elvin dengan marah.
"Kakak!" panggil Andromeda masih dengan isakan tangisnya. Theodore yang melihat kedatangan kakaknya itu pun dengan sekuat tenaga berusaha melepaskan dirinya dari cengkraman pria besar itu. "HEH! Lihatlah bocah ini! Berani-beraninya mengambil Herba di wilayah kita!" ucap pria dewasa itu dengan suara yang menggelegar mengerikan.
Elvin yang masih kecil pun merasakan bahwa tubuhnya bergetar ketakutan saat mendengar suara pria di depannya itu. Namun, Elvin mengkuatkan hatinya untuk bisa menyelamatkan kedua adiknya dari cengkraman orang jahat itu. "Le-lepaskan... Adi-dikku!" Elvin memberanikan dirinya untuk mengeluarkan kalimatnya.
Melihat sosok Elvin yang menyedihkan, para berandalan itu tertawa terbahak-bahak menertawakan Elvin. "Kau ingin adikmu? Kemarilah dan selamatkan mereka!" jawab pria besar itu mengolok-olok Elvin. Merasa bahwa dirinya dipermalukan, Elvin melayangkan tatapan tajamnya ke arah para berandalan itu.
"Lihatlah teman-teman, bocah tak tau diri ini berani menatapku." Pria di depan Elvin menolehkan kepalanya ke arah temab-temannya dan kembali mereka tertawa. "Dasar bocah kurang ajar!" Mulai terdengar sahutan dari komplotan itu mengatai Elvin. Merasa bahwa dirinya sangat marah, Elvin mengepalkan kedua tangannya dengan erat, tanpa di sadarnya sebuah selubung putih mulai muncul di tangannya.
Dipicu oleh emosinya yang bergejolak marah, Elvin berlari menerjang pria tinggi besar yang telah menyakiti adiknya itu dengan mengarahkan kepalan tangannya ke arah pria itu. Tidak menyangka bahwa dirinya akan diserang oleh bocah itu, berandal itu merasakan sengatan di tangannya dan baru menyadari bahwa bocah cilik di depannya sudah berani menyerangnya. "KAU!" pekik pria itu dengan marah.
Melihat bocah di depannya tidak lagi takut saat menatapnya, pria itu segera menghempaskan kedua anak kecil yang ada di tangannya dan memfokuskan dirinya untuk menghajar bocah yang sudah berani menyerangnya.
Elvin yang melihat adiknya di lemparkan begitu saja oleh pria itu makin menggertakkan giginya kuat, merasa bahwa pria itu akan menghajarnya Elvin menghadapinya tanpa gentar sedikit pun.