Chereads / Sunset: Every ending is a new beginning / Chapter 6 - Fajar dan Senja (1)

Chapter 6 - Fajar dan Senja (1)

Sebagian besar pelajar, pasti memiliki setidaknya 1 mata pelajaran yang tidak disukainya. Mungkin karena pelajarannya yang terlalu sulit atau karena gurunya yang membosankan. Selalu seperti itu.

Sama halnya dengan Brian. Dia memiliki 1 mata pelajaran yang tidak disukainya. Yaitu pelajaran sejarah. Bukan pelajarannya yang sulit ataupun gurunya yang membosankan. Tetapi pelajarannya 'lah yang membosankan.

Padahal, belajar tentang sejarah itu cukup penting. Dimulai dari sejarah tentang peradaban dunia kemudian ke Indonesia. Kita bisa lebih memahami tentang perkembangan zaman di dunia ini.

Brian selalu saja mengantuk setiap dalam pelajaran sejarah. Seperti saat ini, dia benar-benar mengantuk. Pelajaran yang membosankan memang alasan utamanya. Tetapi dia memiliki alasan yang lain, yaitu karena dia tidur terlalu larut tadi malam. Dia bermain game.

Perbuatannya tidak patut dicontoh. Padahal sudah bukan waktunya lagi untuk bermalas-malasan dan bersantai. Tetapi dia tetap melakukannya.

Mungkin niat awalnya bermain game hanya untuk menjernihkan pikiran. Tetapi dia malah keterusan. Bermain game hingga lupa dengan waktu. Bahkan harus membuang waktu untuk istirahat dengan sia-sia.

Sebaiknya setiap pelajar tidak boleh seperti itu. Memang tidak dilarang untuk bermain. Tetapi harus mengingat batasan. Kapan harus berhenti dan mulai belajar. Kita harus pandai mengatur diri kita sendiri. Mendisiplinkan diri sendiri memang harus dilakukan setiap orang. Jika tidak, dampak buruknya akan terlihat di kemudian hari.

Brian ketiduran di dalam kelas. Dia juga sudah berulang kali dipergoki guru dan diperingatkan untuk tidak tidur di jam pelajaran. Tetapi karena kantuk yang sedang melanda dirinya dan tidak tau kapan akan pergi, Brian tertidur lagi.

Hingga batas kesabaran guru tersebut sudah habis dan akhirnya menyuruh Brian keluar dari kelasnya. Sungguh miris!

Brian pun keluar dari kelas dengan mata yang setengah tertutup. Buruk sekali sifatnya yang satu ini. Dia berencana untuk tidur di ruang UKS saja. Tetapi dia mengurungkan niatnya. Brian beralih ke toilet lalu membasuh wajahnya supaya kantuknya hilang.

Karena kembali ke kelas pun sudah tidak berarti lagi, ia memutuskan untuk duduk di lapangan basket. Berdiam diri di sana sembari menghilangkan kantuknya tersebut.

Karena merasa kantuknya tetap tidak hilang, Brian mengambil bola basket dan mulai memainkannya. Mendribble bola kemudian memasukkannya ke dalam ring. Percobaan pertama meleset parah. Tetapi di percobaan berikutnya, cukup membuat orang terpesona. Mungkin karena dia adalah seorang kapten basket.

Dari kejauhan, seorang siswi tengah memperhatikan Brian yang sedang bermain basket seorang diri. Dia menatap cowok bertubuh tinggi dengan garis wajah yang sempurna sehingga wajahnya itu terlihat benar-benar tampan. Sepertinya Tuhan sedang berbahagia saat menciptakan makhluk-Nya tersebut.

Siswi tersebut tidak lain adalah Mikha. Mikha sudah menyukai Brian sejak lama. Bahkan jauh sebelum Brian mengenal Yura. Dia menyukai Brian sepenuh hatinya. Tetapi dia tidak mempunyai keberanian untuk mengungkapkan perasaannya tersebut karena saat itu Brian masih dibenci banyak orang. Dia tidak mau dibenci banyak orang juga. Hidupnya lebih berarti daripada perasaannya.

Saat Brian dan Yura mulai berpacaran, Mikha sangat sakit hati dan tidak terima. Dia merasa bahwa dialah yang lebih dulu menyukai Brian, tetapi kenapa malah Yura yang menjadi pacar Brian. Karena itulah akhirnya dia membenci Yura. Walaupun ia tidak benar-benar menunjukkan kebenciannya tersebut. Karena Mikha bukanlah si tokoh antagonis wanita seperti yang ada di novel atau drama. Dia sangat sadar akan batasannya itu.

Mikha berjalan mendekati Brian. Menatapnya sebentar kemudian menyapa Brian, "Hai Bri. Kamu kok ada di sini? Bukannya jam pelajaran belum selesai ya?"

Karena mendengar suara seseorang, Brian menghentikan kegiatannya dan menatap ke asal suara. Dia melihat Mikha 'lah yang berbicara kepadanya. "Aku dikeluarin dari kelas karena ketiduran."

Brian tahu tentang Mikha. Mereka berada di kelas yang sama sejak kelas 10. Brian menatap cewek dengan tinggi badan bak seorang model, wajah cantik dan anggun tersebut. Bila dibandingkan dengan Yura, mereka cukup berbeda. Tinggi badan Yura tidak sampai 160 cm. Dibandingkan anggun, Yura lebih terkesan dingin. Mereka sama-sama cantik, tetapi Yura lebih imut dibandingkan Mikha.

Brian sedikit merutuki pikirannya yang terus membanding-bandingkan Yura dan Mikha. Tidak seharusnya dia seperti itu. Karena setiap orang pasti memiliki perbedaan. Mungkin Mikha memiliki daya tarik pada kecantikan dan tinggi badannya. Tetapi Yura juga memiliki daya tariknya sendiri, yaitu wajah imut dan senyuman hangat yang selalu ditunjukkannya kepada Brian.

Setiap orang memiliki kelebihannya masing-masing. Berhentilah membandingkan dirimu sendiri dengan orang lain. Orang lain mungkin lebih baik dalam sesuatu hal. Tetapi kamu juga lebih baik dalam hal lainnya. Kalimat itulah yang selalu diingat Brian. Kalimat yang diucapkan oleh penyanyi favoritnya.

"Kamu sendiri kenapa di sini? Seharusnya lagi belajar juga 'kan?" tanya Brian kepada Mikha.

Cewek itu sedikit tersenyum, "Habis dari toilet, karena lihat kamu ada di sini, ya aku samperin kamu aja. Boleh ya aku temenin kamu?"

"Terserah kamu aja sih," ucap Brian dengan santai sambil memainkan bola basketnya.

Setelah diizinkan, Mikha duduk di pinggir lapangan sambil memperhatikan Brian. Pandangannya tak dapat lepas sedikitpun dari Brian. Jika bisa, ia sanggup memperhatikan Brian sampai seharian penuh. Dengan kebiasaannya ini Mikha dapat menangkap setiap detail dari Brian. Sekarang Mikha sadar, rasa sukanya terhadap cowok ini benar-benar sudah melampaui batas. Tetapi untuk saat ini dia harus menahannya. Demi Brian.