Nusantara adalah nama ibu kota baru negara indonesia terletak di kalimantan timur. Ibu kota ini masih dalam proses pembangunan dan sampai akhirnya gelombang dungeon menyerang diberbagai negara dan akibat gelombang serangan dahsyat dalam 1 jam. Salah satu dampak terbesar menghancurkan ibu kota sebelumnya yaitu Jakarta.
Kerusakannya sangat parah sampai sangat sulit untuk dibangun kembali. Syukurlah pada saat itu gedung kepresidenan sudah selesai dibangun dan presiden sedang berada di ibu kota baru nusantara.
Dengan mandat presiden semua sumber daya yang diperoleh dari monster dan dungeon digunakan untuk melanjutkan dan memperbaiki kerusakan pada nusantara, itu adalah pembangunan yang amat sangat cepat karena awaken tipe supporter dan produksi ditarik ke nusantara untuk membangun pertahanan juga.
Akibatnya kini tidak ada lagi Jakarta. itu hanyalah kota hancur yang penuh dengan kenangan.
Aku pikir juga sangat disayangkan tidak ada awakeners kuat yang bangkit di jakarta. Para artis pun yang pada saat gelombang serangan berada disana tampaknya tidak ada yang selamat.
Rachel dan aku lahir di Nusantara, pada saat gelombang serangan kami sedang belanja di sebuah distrik perbelanjaan dekat dengan gedung istana kepresidenan.
Ingatanku sangat jelas. Makhluk fantasi yang hanya ada dalam mitos dan cerita dongeng menyatu dengan realita.
Untuk sesaat itu sulit dipercaya sampai terdengar ledakan keras dan teriakkan orang-orang yang diserang monster-monster.
Pada saat itu, aku membawa Rachel yang hanya terdiam berlari menuju mobil kami yang diparkir.
Itu adalah 1 jam yang sangat panjang. Aku mengemudi menuju istana presiden karna aku tau mereka punya pertahanan militer disana.
Tentara terlihat dari kejauhan saat kami keluar dari mobil dan berlari ingin meminta bantuan perlindungan. Bahkan sebelum aku berbicara seorang tentara berlari ke arah kami dan membawa kami berdua masuk. Sudah ku duga petugas militer sangat hebat mereka telah dilatih untuk situasi darurat orang itu terlihat sangat keren. Aku masih mengingat raut wajahnya, tinggi badan, dengan senapan serbu yang membuatnya tampak gagah.
Tepat setelah 1 jam berlalu, terlihat cahaya dari Rachel yang terhubung ke langit.
Semua orang pada istana termasuk presiden kaget. Rachel mengatakan kepadaku untuk berlindung bersama pengungsi yang lainnya.
Sebelum aku sempat berbicara, kemudian dia berlari ke gerbang didepan istana presiden seperti tau apa yang akan dilakukannya.
Monster-monster tersisa seperti goblin masih mampu bertahan bahkan setelah ditembak dengan senapan serbu.
Lalu, hanya dengan satu serangan dari Rachel.
WHOOOSHHH!
Semua area disekitar istana membeku membuat monster-monster mengkristal dalam es. Itu adalah sihir es yang indah dan menakjubkan.
Saat kami keluar lapangan istana untuk melihat keadaan. Tampak sinar cahaya yang sama muncul di tempat-tempat lain juga. Dengan kejadian itu Rachel yang tadinya diselamatkan menjadi terkenal karena menyelamatkan presiden.
Setelah pembangunan kembali dia mendapat penghargaan dan sibuk karena menjadi pahlawan. Itulah momen-moment kami berpisah. Tidak lama kemudian tepatnya 1 bulan aku mendengar berita di televisi, kalau Rachel menciptakan sebuah Guild bernama "Eternal Blessing".
Dia sempat menghubungi ku sebelum putus kontak setelahnya.
Rachel memberikan aku uang tiap bulan lewat sekretarisnya. Dia mungkin bepikir aku akan senang hanya menerima uang. Tapi yang sebenarnya aku butuhkan adalah adik ku bukan uang. Aku pun mencari tempat tinggal dengan tujuan agar anggota Guild Eternal Blessing tidak menemukanku tapi sepertinya itu sia-sia.
Aku ingat baru saja bekerja sebagai Porter di sebuah dungeon Rank-F dan sedang dalam perjalanan pulang. Sepertinya karena Regresi aku yang tadinya berhasil pulang sampai kerumah. Jatuh tersandung sampai akhirnya tidak sadarkan diri dan ditemukan oleh Rachel.
***
Pagi sekitar jam 10 aku pergi menuju gedung Guild Eternal Blessing untuk menemui sekretaris Rachel dan mengambil perlengkapan ku.
Saat memasuki aula lantai 1 dan berjalan ke meja resepsionis. Aku bisa mendengar cemoohan orang-orang tentangku.
-Bukan kah itu kakaknya ketua guild.
-Hei, jangan menatapnya. Aku dengar dia orang yang tidak berguna.
-Seorang pecundang yang hanya menyusahkan adiknya.
-Kenapa dia ada disini?
-Aku dapat info dari departemen item. Katanya dia meminta perlengkapan dungeon kepada ketua.
-Dasar menjijikan.
-Bukankah dia hanya orang biasa.
Aku berdiri di depan meja resepsionis. Untuk menanyakan dimana ruangan sekretaris Rachel. Wanita di resepsionis mengatakan untuk menunggu di lobby aula saja, karena sekretaris sendiri yang akan turun untuk menemuiku. Resepsionis itu mengatakannya sambil tertawa menyindir.
Yang benar saja apakah aku hanya akan berdiri diam saja disini menerima cemoohan dari anggota guild ini.
Apa yang biasanya dilakukan pemeran utama dari novel, manga, anime dan film dalam keadaan seperti ini. Aku pikir mereka hanya berdiam dan pergi setelahnya. Tapi itu berbeda dengan ku. Tidak ada yang namanya low profile di kehidupan ku yang sekarang.
Aku kemudian mengalirkan mana dan mengaktifkan skill "Vampire [SSS]" milikku.
"Transformasi Vampir"
Mataku bersinar merah terang tidak sampai mengubahku jadi vampir seutuhnya dan aura merah kehitaman keluar mulai dari kaki ku dan mengelilingi tubuhku dan memberikan tekanan niat membunuh yang sangat luar biasa kuat kesekitar ku.
Semua orang pun terdiam sunyi dan melirik kearahku dengan waspada. Aku bisa melihat resepsionis dan pegawai biasa jatuh pingsan.
Aku tertawa sambil membalikan badanku.
"Hei, orang-orang lemah. Kalian pikir aku tidak dengar apa yang kalian bicarakan?."
Sepertinya pada saat yang sama sekretaris Rachel baru saja keluar dari lift lalu tediam melihatku. Aku pun juga bisa melihat Rachel yang baru saja masuk ke aula dengan Wakil dan Anggota Guild Eternal Blessing lainnya dengan wajah cerah sesaat yang lalu berubah menjadi tegang dan membeku oleh tekanan aura niat membunuhku.
Tentu saja tidak ada orang dimasa ini yang bisa menahan aura Raja Vampir bahkan Rachel dimasa depan masih bergetar ketakutan. Aku bisa tau betapa mengerikannya aura niat membunuh ini. Cara mereka melihatku aku memahaminya karena aku juga pernah mengalami momen menakutkan itu.
"Kalau kalian tidak senang maju saja sekarang lawan aku. Aku dengan senang hati menerima darah kalian." sambil tersenyum aku melihat sekeliling.
"Aku bisa saja membunuh semua orang di sini jika aku mau. Tapi, aku masih menahan diri."
Semuanya mengeluarkan ekspresi tegang dengan keringat di kening mereka. Tidak ada satupun yang bergerak dan berkata apapun. Bahkan tidak ada yang berani mengeluarkan senjata mereka.
Kemudian akupun menghilangkan aura niat membunuh dan menyapa adikku.
Sebelum menyapa aku membuat ekspresi layaknya villain yang tersenyum senang seakan tidak terjadi sesuatu setelah melakukan kejahatan dalam cerita novel.
"Halo Rachel, aku mampir ingin mengambil perlengkapanku. Ahh, halo juga mba' sekertaris sepertinya aku sedikit menakuti mu yaa... hahaha."