Lampu merah sudah berganti warna menjadi hijau, terlihat semua pengendara langsung menjalankan kendaraan nya termasuk Ana dan Keysa.
Matahari sudah tidak lagi berada di atas kepala, karena hari sudah hampir sore. Angin yang berhembus kencang, membuat ranting dan daun-daun yang ada di atas pohon bergoyang mengikuti hembusan angin. Langit yang terik, kini juga sudah berubah menjadi abu-abu tanda hujan akan segera turun. Suara gemuruh pun mulai memekakan telinga semua orang yang mendengar nya.
Keysa dan Ana pun masih berjalan beriringan, mencari tempat makan untuk sekedar memberi makan cacing-cacing yang mulai kelaparan yang ada di dalam perut mereka.
Ana menginjak rem motor nya dan berhenti secara tiba-tiba. Tentu saja Shinta pun ikut reflek menginjak rem motor nya juga. Ternyata Ana melihat ada restoran di pinggir jalan yang terlihat ramai pengunjung di tandai dengan banyaknya motor dan mobil yang terparkir di depan restoran tersebut.
"Kenapa berhenti di sini An? " Tanya Shinta
"Itu (sambil menunjuk restoran) ada tempat makan rame. Ke sana aja mau engga? "
"Boleh" Jawab Shinta
"Yang lain gimana? Resti, Radini? Mau makan di situ engga? " Ana pun bertanya pada yang lain
"Aku ikut aja kak" Jawab Resti
"Yaudah boleh. Yuk kita parkir motor dulu di sana " Jawab Radini sambil menunjuk tempat parkir motor.
Menginjak gas motor nya masing-masing, Ana dan Shinta memasuki halaman parkir restoran itu. Setelah memarkir motor dengan baik, Resti dan Radini turun lebih dulu dari atas motor yang di kendarai Ana dan Keysa. Di lanjutkan dengan Ana dan Shinta juga turun dari motor dan mereka menitipkan helm masing-masing ke tempat penitipan helm.
"Yuk masuk ke dalam " Ajak Radini
"Yuk. Cacing di perut gue udah nendang nih " Jawab Keysa
Berjalan memasuki pintu restoran. Terlihat suasana resto yang nyaman, kursi rotan, meja terbuat dari kayu jati yang memiliki banyak ukiran indah di atasnya. Resto ini memiliki 2 versi tempat makan, yaitu tempat makan indoor dan ada juga yang outdoor. Outdoor di peruntukan untuk mereka yang ingin merokok dan yang indoor biasanya di gunakan untuk keluarga yang membawa anak-anak kecil. Restoran dengan tema yang sangat klasik memberi kesan sederhana bagi siapa saja yang masuk ke dalamnya.
"Wow, keren banget dalem restonya" Ucap Radini dengan pandangan matanya yang terus menelisik ke semua sudut restoran
"Iya ya kak. Bagus banget restonya " Timpal Resti yang ternyata juga terkesan dengan desain dan ornamen yang ada di resto ini
"Yaudah yuk kita cari tempat duduk dulu" Ajak Ana
"Di sana aja. Bagian outdoor. Biar hirup udara segar " Jawab Keysa.
"Yaudah yuk kita ke sana"
Mereka ber 4 harus berjalan menyusuri bagian ruangan indoor untuk sampai ke ruang outdoor. Ruangan indoor dengan desain yang sangat epik dan klasik namun ruangan outdoor pun tidak kalah epik nya. Bagian bawah di lapisi dengan rerumputan palsu agar terkesan lebih natural dan juga bantal duduk yg berukuran besar dengan berbagai warna.
"Duduk di sana yuk. Di sana kosong tuh" Tunjuk Shinta melihat ada satu tempat yang kosong
" Yuk ke sana " Jawab Ana
Mereka ber 4 sudah duduk di bantal duduk nya masing-masing. Bersandar dengan nyaman dan menikmati live musik yang memang di sediakan oleh pihak restoran.
"Permisi kak, mau pesan apa? " Pelayan datang menghampiri dan mengagetkan mereka ber 4 yang sedang asik santai.
"Oh iya mas. Sampe lupa belum pesen makanan " Jawab Ana
"Boleh lihat menunya mas? " Tanya Radini
"Silahkan kak" Saut pelayan
"Kalian mau makan apa dan minum apa gays? " Tanya Radini ke teman teman nya
"Gue milkshake strawberry sama nasi rames ya" Jawab Ana
"Gue es teler sama bakso" Jawab Shinta
"Aku nasi goreng sama es jeruk ya kak" Jawab Resti
"Okey, ada tambahan lagi engga? Biar gue catet sebelum mas nya kabur ke dapur nih" Tanya Radini
"Engga usah dulu din, nanti aja kalau emang kurang, baru kita pesen lagi" Jawab Ana
"Oke deh. Ini mas menunya, makasih ya" Senyum yang ramah terpancar dari wajah Radini
"Baik kak. Mohon di tunggu ya kak. Permisi" Berlalu meninggalkan meja Keysa dan pindah ke meja yang lain
Keysa membuka tas lalu mengambil rokok juga korek gas dari dalam tas nya.
"Eh kak? Elo ngerokok?" Tanya Resti yang kaget melihat kakak nya merokok di depannya
" Iya" Jawab Shinta santainya
"Kak, kalau ayah tau, nanti ayah marah loh kak"
"Ayah engga bakal tau gue ngerokok kalau mulut lo engga ember ke ayah" Jawab Keysa dengan santai
"Ya engga bakal gue aduin sih. Cuma ngapain sih elo ngerokok? Lo kan masih sekolah kak" Resti yang berusaha menegur kakak nya
"Engga masalah kali walaupun gue masih sekolah. Asal guru-guru engga pada tau dan ayah juga engga tau. Semua bakal aman terkendali. hahahah " Jawab nya
"Kak Ana sama kak Radini udah tau kalo kak Shinta ngerokok? " Tanya Resti ke Ana dan Radini
"Kita tau kok Res. Udah pernah kita tegur juga, cuma emang kaka kamu yang kepala nya keras kaya batu" Jawab Ana
"Astaga kakak. Kasian badan lo tau kalo lo ngerokok kaya gini. Nanti paru-paru lo bisa rusak" Tegur Resti berusaha menjelaskan
"Ish bocah. Udah diem aja deh lo. Lo mau ngerokok juga? Nih ambil aja " Menyodorkan rokok dan korek gas miliknya
"Idihhh. Engga mau gue ngerokok kaya lo. Udah Engga sehat , bikin bibir item, muka jadi kusam, pucet, nafas bau, gigi item, kuku item, parahnya lagi paru-paru bakal rusak terus bisa kena penyakit TBC juga. Ihhh engga deh engga. Makasih tawaran nya. Tapi gue sama sekali engga berminat" Jawab Resti
"Yeeeee, yaudah kalau engga mau. Ngerokok itu enak banget tau. Kalau lo pusing, lo ngerokok deh. Pikiran lo pasti jadi tenang"
"Dih tenang dari mana? Itu asep lo hirup terus lo telen. Paru-paru lo bisa berkabut karena kena asep itu tau kak. Dan lo bisa mati karena rokok ini" Resti berusaha menahan dengan kata-kata yang menakuti kakak nya denganĀ tujuan kakak nya tidak lagi merokok
"Mati? Lahh.. Semua orang juga bakal mati Resti. Caranya aja yang beda-beda. Kalau gue mati karena kebanyakan ngerokok. Ya itu udah jalan hidup gue kan" Jawab dengan penuh pembelaan
"Jalan hidup kan elo yang milih kak. Life is choice . Hidup lo pilihan lo. Masa lo milih mati karena kebanyakan ngerokok? Aneh banget"
"Engga ada orang yang mau mati dengan keadaan yang buruk Res, tapi kalau emang gue nantinya bakal mati karena rokok ini. Yaudah, terima aja. Itu takdir namanya. Hahahah" Jawab Shinta dengan tawanya
" Hisssh, terserah elo deh kak. Emang bener kata kak Ana sama kak Radini, pala lo batu" Resti hanya menggelengkan kepala nya melihat kelakuan dan mendengar semua jawaban kakak nya tentang rokok ini.