Bukannya tidur, mereka malah harus bertempur menentukan hidup dan matinya di tengah kegelapan malam.
Cuaca dingin yang menusuk tulang semakin terasa dengan sangat jelas. Di depan Li Yong, si Naga Keempat masih menatapnya dengan pandangan mata yang begitu tajam.
Seolah-olah pandangan mata itu adalah sebilah pisau belati yang tajam dan siap menembus ulu hatinya kapan saja.
"Kau si Naga Keempat?" tanya Li Yong setelah ia terdiam cukup lama.
Suaranya dingin. Seperti dinginnya cuaca saat ini.
"Ya," jawab orang itu singkat seraya menganggukkan kepalanya satu kali.
"Kau ingin membalaskan dendam si Naga Kelima?"
"Sebagai sahabat sejati, tentu saja aku harus membalaskan kematiannya. Jika aku tidak bisa mencabut nyawamu, sungguh, aku merasa bersalah kepadanya,"
Si Naga Keempat diam sebentar. Ia mengambil nafas dalam-dalam, lalu segera melanjutkannya kembali, "Daripada tidak bisa membalaskan dendam kematiannya, maka aku lebih memilih untuk pergi menyusulnya,"