Setelah matahari lewat di tengah kepala, Li Yong sudah keluar dari restoran tadi. Ia membiarkan orang tua itu sendirian di sana.
Lagi pula, pemuda serba merah itu tidak mengenal kakek tua tersebut, jadi, untuk apa ia menghiurakannya?
Ia sudah menggeprak tali kekang kuda. Ang Ma berlari cukup kencang menyusuri jalanan kota yang lebar dan selalu ramai itu.
Di Kotaraja, semua jalan pasti lebar. Orang-orang bukan hanya berjalan kaki, malah ada pula yang mengendarai kuda, atau bahkan menyewa kereta kuda.
Oleh karena itulah, sudah bukan suatu hal aneh lagi apalagi banyak kereta kuda atau bahkan kuda yang berlalu-lalang tanpa berhenti.
Ang Ma terus berlari. Sekarang tujuan pemuda itu adalah pergi ke rumah bordil Istana Bunga Langit.
Ia mempercepat lari kudanya. Li Yong tidak mau memperlambat waktu. Maka dari itu, ia terus melarikan Ang Ma tanpa pernah berhenti.