Malam semakin larut. Sebentar lagi, kentongan keempat akan dibunyikan oleh para petugas ronda. Siau Yam baru tiba di gubuk sederhana yang selama ini ia tinggali.
Wanita itu berjalan masuk ke dalam kamar, kemudian secara tiba-tiba, ia menangis tersedu-sedu.
Tangisan itu cukup kencang, sampai-sampai Li Yong yang saat itu tidur pulas pun, mendadak tergantung.
Begitu melihat Siau Yam menangis, pemuda serba merah tersebut kaget setengah mati.
"Kenapa kau menangis, Adik Siau?" tanyanya penuh kasih sayang.
Siau Yam tidak langsung menjawab pertanyaan tersebut. Ia malah menangis lebih keras. Kemudian dirinya memeluk tubuh Li Yong dengan sangat erat.
"Oh, Kakak Li ..." ia menangis lagi. Air matanya mulai membasahi pakaian Li Yong. "Aku ... aku tidak menyangka kalau dia ... dia berhenti kejam,"
Wanita itu berkata terbata-bata. Sepertinya ia kesulitan dalam bicaranya.
Untunglah Li Yong bisa mengerti setiap patah kata yang ia ucapkan. Maka dari itu, dirinya segera bertanya lagi.