Seorang penjaga kemudian pergi mengambilkan kudanya. Tidak perlu waktu yang lama, kuda itu sudah datang dengan penuh semangat.
"Silahkan, Tuan Muda. Sungguh, kuda yang bagus," katanya sambil tersenyum.
Li Yong tidak menjawab. Dia lalu naik ke atas punggung Ang Ma. Setelah itu, dirinya langsung pergi begitu saja.
Wushh!!!
Ang Ma berlari dengan kencang. Sehingga hanya sesaat saja, dia telah lenyap dari pandangan mata.
Li Yong terus melarikan Ang Ma. Sepanjang perjalanannya, dia tidak pernah berhenti, kecuali hanya untuk melakukan hal-hal pokok saja. Lewat beberapa hari kemudian, tanpa terasa, pemuda itu sudah tiba di Kota Lu Ya kembali.
Begitu sampai di sana, dia tidak melakukan hal-hal lain lagi. Li Yong langsung menuju ke kediaman Hartawan To.
Pemuda tersebut tiba di sana tepat ketika hari sudah masuk tengah malam. Suasana di sekitaran kota mulai sepi. Langit gelap. Bahkan sepertinya sebentar lagi akan turun hujan.
Dua penjaga menyambut kedatangan Li Yong. Mereka membungkuk badan memberikan hormat. Seolah-olah penjaga itu sedang menyambut majikannya.
Tanpa menghiraukan keduanya, Li Yong terus saja masuk ke dalam sambil tetap naik di punggung Ang Ma.
Ketika tiba di pintu utama, pemuda itu segera turun dari kuda, lalu langsung masuk ke dalamnya.
Begitu pintu dibuka, ternyata keadaan di dalam sana sudah ramai. Puluhan orang sedang berpesta. Pesta arak dan pesta wanita.
Puluhan bahkan mungkin ratusan wanita cantik sedang melayani masing-masing seorang pria. Sebagian dari mereka ada yang telanjang bulat. Sebagian lagi ada yang setengah telanjang.
Suara tawa yang merdu dan suara desahan yang menggugah selera di tempat itu membuat telinga Li Yong terasa panas seperti dibakar.
Pemuda itu masih berdiri di ambang pintu. Kepalanya ditundukkan. Dia tidak sudi melihat pemandangan semacam ini. Baginya, pemandangan yang dia saksikan sekarang, adalah pemandangan paling buruk dan paling menjijikan dalam hidupnya.
Tiba-tiba seorang wanita cantik berusia sekitar dua puluh tiga tahun berjalan ke arahnya. Di tangan wanita itu ada secawan arak. Setelah jaraknya berdekatan, dia langsung memberikan arak tersebut kepadanya.
"Mari kita minum, Tuan Muda," ujarnya sambil tersenyum hangat.
Bagi orang lain, suara wanita cantik itu seolah-olah adalah suara kicau burung kenari. Begitu nyaring. Begitu merdu, sehingga siapa pun yang mendengarnya pasti akan merasakan kenyamanan.
Sayang sekali, Li Yong bukan orang lain.
Di telinganya, suara itu tidak terdengar nyaring. Tidak pula terdengar merdu.
Justru malah sebaliknya, bagi Li Yong, suara itu terdengar sangat memuakan dan menjijikan.
Belum sempat Li Yong bicara, wanita cantik tersebut tahu-tahu sudah merapatkan tubuhnya. Satu tangannya kemudian merangkul dengan penuh nafsu.
"Enyah dari hadapanku!" bentak Li Yong sambil mendorong tubuh wanita tersebut.
Dorongan itu perlahan. Tenaga yang dikeluarkan juga terbilang tidak seberapa. Tetapi karena wanita cantik tadi bukan orang-orang persilatan, ditambah lagi bahwa dirinya adalah seorang perempuan, maka hasilnya tetap saja luar biasa.
Wanita itu terjengkang sampai lima langkah ke belakang. Bahkan dia pun jatuh dalam keadaan tersungkur.
Semua orang yang ada di dalam ruangan seketika memandang ke arahnya. Mereka terbengong dengan apa yang baru saja terjadi di tempat tersebut.
Si wanita bangkit berdiri. Bukannya takut atau menangis, dia justru malah tertawa dan kembali menghampiri dirinya lagi.
Bahkan dia pun kembali melakukan hal yang sama seperti sebelumnya.
Plakk!!!
Begitu tangannya merangkul pundak Li Yong, sebuah tamparan telapak tangan tahu-tahu sudah mendarat di pipi kanannya. Ujung bibir wanita tadi seketika berdarah.
Melihat darah yang keluar dari sudut bibirnya, barulah dia menangis histeris. Bukan cuma itu saja, bahkan wanita itu pun sampai marah-marah dan mengeluarkan kata-kata kotor.
Li Yong tidak peduli dengan cacian tersebut. Dia pun tidak menghiraukan tatapan mata orang-orang yang memandangnya dengan penuh kqnehan. Pemuda itu malah terus berjalan ke depan sana. Tujuannya adalah ke ruangan di mana Hartawan To menerima tamu.
Begitu tiba di sana, sebenarnya Li Yong ingin langsung membuka pintu. Namun dia tiba-tiba membatalkan niat tersebut ketika mendengar pembicaraan di dalamnya.
"Hahaha … jadi, sekarang Lin Dong si keparat itu sudah mampus?" dari dalam ruangan mendadak terdengar seseorang mengajukan sebuah pertanyaan.
"Benar. Dia telah mampus," seseorang menjawab pertanyaan itu.
Seseorang yang dimaksud tersebut bukan lain adalah Hartawan To sendiri.
"Hemm, kenapa kau seyakin itu?" tanya orang yang lainnya.
"Karena aku sudah memerintahkan orang untuk pergi membunuhnya,"
"Siapa yang kau perintahkan itu?"
"Seorang pemuda yang tangguh tetapi bodoh,"
Dada Li Yong terasa panas, bagaikan dipanggang di atas bara api. Ingin sekali dia menampar mulut tersebut saat itu juga. Namun sayangnya, dia tidak bisa melakukan hal itu.
Apapun yang terjadi, dia tidak boleh melakukannya!
Sementara itu, suara tawa terdengar membahana di dalam ruangan penerima tamu tersebut. Setelah suara tawa usai, kembali terdengar ada orang yang mengajukan pertanyaan.
"Pemuda tangguh tapi bodoh?"
"Ya," jawab Hartawan To dengan singkat. Setelah berhenti sebentar, kembali dirinya berkata, "Dia tangguh karena kemampuan ilmu silatnya yang sangat tinggi. Namun, dia juga bodoh karena telah percaya dengan semua ucapanku," ujarnya lalu tertawa.
"Hahaa, lucu sekali. Benarkah di dunia ini ada orang sepertinya?"
"Tentu saja ada. Dan aku telah membuktikannya," kata Hartawan To.
"Hartawan To memang lain daripada orang lain," seseorang memujinya sambil diiringi suara tawa yang lain. Setelah itu, dia kembali melanjutkan ucapannya, "Memangnya, apa yang telah kau katakan kepada pemuda itu?"
"Aku berkata bahwa kuburan penyelamat hidup pemuda itu ada di tanganku. Padahal sebenarnya tidak ada sama sekali. Kuburan itu justru telah dihancurkan oleh anak buahku,"
Suara Hartawan To terdengar nyaring. Tawanya juga makin nyaring.
Apabila dia berhasil mengelabui seseorang, dirinya memang pasti akan bersikap seperti saat ini. Dia selalu merasa bangga kepada dirinya sendiri. Terlebih lagi, Hartawan To selalu bangga karena setiap usahanya mengelabui orang pasti selalu berhasil.
"Hahaha … benar-benar pemuda yang sangat bodoh. Malah terlampau bodoh. Aih, aku jadi ingin melakukan hal yang sama kepadanya," ujar seseorang dengan nada gembira.
Sementara itu di sisi lain, darah dalam tubuh Li Yong terasa semakin bergejolak. Kemarahannya sudah meluap sampai ke ubun-ubun kepala. Dia benar-benar tidak menyangka kalau dirinya telah dibohongi oleh orang lain.
Sekarang dia baru menyadari, ternyata rasa percaya Hartawan To kepadanya hanyalah kebohongan belaka.
Kedua tangannya tiba-tiba mengepal kencang. Saking kencangnya, sampai-sampai urat di punggung tangan itu merongkol keluar.
Bola matanya yang kelabu, semakin kelabu lagi. Hawa pembunuhan tiba-tiba mencuat keluar dari seluruh tubuhnya.
Suara tawa di dalam tempat itu semakin kencang dan ramai. Begitu pula dengan suara tawa di dalam ruangan penerimaan tamu.
Pada saat itulah, Li Yong memutuskan untuk langsung bergerak.
Brakk!!!
Pintu ditendang olehnya sampai hancur. Hancur berkeping-keping.