Li Yong tersenyum dingin sambil menarik muka. Ia bukan tipe manusia yang mau tunduk terhadap perintah orang begitu saja. Apalagi, perintah yang diberikan kepadanya sangat hina dan merendahkan harga dirinya. Hal lebih-lebih lagi tidak mau ia turuti.
Daripada harus menuruti perintah tersebut, Li Yong memilih untuk bertarung sampai mampus.
"Aku tidak sudi," katanya dingin.
Penunggang kuda yang di tengah melototkan matanya lebar-lebar. Ia bertambah geram karenanya.
"Bocah, kau sudah tidak sayang akan nyawamu sendiri? Lebih baik lakukan saja perintah itu. Siapa tahu Tuan Muda Kami akan memberikan ampunan kepadamu,"
"Kau tuli?" Li Yong tidak menjawab lebih jauh ataupun menggunakan kata-kata yang panjang. Jawabannya singkat, padat dan jelas.
Namun dibalik jawaban tersebut, jelas terdapat satu hinaan yang dapat mengobarkan amarah orang.
Penunggang kuda itupun demikian. Ketika ia dibilang tuli oleh seorang pemuda asing yang bahkan tidak dikenalnya, maka tentu saja ia akan marah besar.