Ketua Bu Kim Tiong berjalan dengan langkah tenang. Walaupun ia tahu perguruannya sedang mendapatkan sebuah musibah, namun ia tetap berlaku santai.
Seolah-olah di dunia ini tiada sesuatu apapun yang membuatnya risau.
Para murid sudah menyingkir ke pinggir. Jalan di tengah sudah lenggang. Tiada satu pun sesuatu yang menghalangi jalannya.
Ketua tiba di sisi jasad Wakil Ketua Cao, Ketua Bu Kim Tiong menghela nafas panjang sambil menggelengkan kepala.
"Usiaku lebih tua, tapi malah kau yang pergi lebih dulu," ujarnya penuh kesedihan.
Ketua Bu Kim Tiong melirik ke arah para murid. Cukup lama ia terdiam, kemudian baru terdengar bicara lagi.
"Urus jasad Wakil Ketua secara layak. Tapi jangan umumkan tentang kematiannya ini,"
Ucapannya sangat perlahan dan penuh penekanan. Namun dalam setiap patah kata yang dia ucapkan itu, seolah-olah mengandung daya kekuatan yang sulit untuk dijelaskan oleh siapa pun.