Setan Dua Warna terdorong mundur satu langkah ke belakang. Keduanya tidak menduga kalau tenaga sakti yang dimiliki oleh pemuda itu ternyata sangat sempurna. Padahal barusan mereka sudah mengerahkan delapan bagian tenaga dalamnya untuk menghalau serangan tenaga sakti itu.
Siapa sangka, hasilnya ternyata tidak sesuai harapan.
Dalam pada itu, mereka semakin meningkatkan kewaspadaannya. Bagaimanapun juga, keduanya tidak mengetahui siapakah pemuda itu. Terlebih lagi, mereka belum mengetahui alasan kenapa dia sangat ingin bertemu dengan Hartawan To.
Sementara di sisi lain, melihat lawannya kewalahan, Li Yong langsung tersenyum dingin.
Mendadak dirinya menyerang kembali. Empat pukulan dan dua tendangan dilayangkan hampir secara bersamaan. Meskipun serangan itu sangat cepat, namun dia tidak mengerahkan seluruh tenaganya.
Emosi Li Yong memang sudah terpancing. Tapi pada dasarnya, dia masih ingat bahwa tujuan utamanya kemari bukanlah untuk membunuh. Tujuannya hanya untuk bertemu dengan Hartawan To.
Masalah bagaimana nantinya, dia sendiri masih belum memikirkannya.
Angin dingin menderu kembali. Dua Setan Kembar berusaha menangkis dan menghindar dari serangan yang dilayangkan oleh Li Yong. Keduanya bergerak cepat. Tubuhnya meliuk-liuk seperti seorang gadis penari.
Setelah berusaha semaksimal mungkin, akhirnya pukulan dan tendangan itu berhasil juga dia hindarkan.
Sayangnya, mereka tidak berhasil menyelamatkan diri dari totokan yang mengarah ke beberapa jalan darah di tubuh Setan Dua Warna itu.
Brukk!!!
Keduanya langsung jatuh telungkup. Mereka tidak dapat melakukan apa-apa lagi, kecuali hanya menahan rasa kesal yang ada dalam hatinya.
Sedangkan Li Yong sendiri, setelah dia berhasil menotok Setan Dua Warna, dirinya segera melanjutkan perjalanannya. Kebetulan tempat dia berdiri sekarang sudah cukup dekat dengan pintu utama.
Dia yakin, di sana Hartawan To sudah menunggu kedatangannya.
Tapi, lagi-lagi sesuatu telah terjadi kepada dirinya ketika dia hampir tiba di pintu utama. Secara mendadak puluhan batang tombak datang dari seluruh penjuru mata angin.
Kalau orang lain yang berada di posisinya, niscaya dia tidak akan mampu menyelamatkan diri.
Untunglah yang ada di sana adalah Li Yong. Seorang pendekar yang mempunyai latar belakang misterius. Bukan hanya misterius orangnya, bahkan jurus-jurus silatnya sendiri juga sama misteriusnya.
Wutt!!!
Pemuda itu memutarkan tubuhnya dengan cepat sambil mengibaskan kedua tangannya. Segulung angin yang cukup kencang tiba-tiba tercipta dan langsung menerjang ke depan menghempaskan hujan tombak yang mengarah ke arahnya.
Trakk!!! Trakk!!! Trangg!!! Trangg!!!
Puluhan tombak itu berbenturan satu sama lain. Bahkan beberapa di antaranya ada yang sampai patag menjadi dua hingga tiga bagian.
Tidak berselang lama setelah itu, puluhan orang mendadak muncul dan langsung mengepung dirinya. Mereka sudah menggenggam senjatanya masing-masing. Kalau dihitung, orang-orang itu berjumlah sekitar dua puluh lima orang banyaknya. Semuanya mengenakan pakaian seragam hitam.
Sepertinya kedatangan Li Yong sudah diketahui oleh semua anak buah Hartawan To. Oleh sebab itulah sekarang mereka berkumpul di satu titik.
Tujuannya hanya satu, yaitu menangkap pemuda dingin itu.
Baik dalam keadaan hidup, maupun dalam keadaan tanpa nyawa.
Suasana di sana masih hening. Tidak ada satu orang pun yang berani bicara. Yang terdengar hanyalah hembusan angin dan dengusan nafas orang-orang tersebut.
Namun walaupun begitu, hawa pembunuhan di halaman tersebut terasa sangat tebal. Seolah-olah seluruh tempat itu sudah dipenuhi oleh nafsu membunuh. Kematian seakan-akan mengintai di setiap penjuru.
Li Yong berdiri mematung di tempatnya berdiri. Sepasang bola matanya mengawasi keadaan di sana dengan seksama.
Sampai sekarang, dia masih terlihat santai. Seolah-olah pemuda itu tidak mengganggap puluhan orang tersebut.
Tapi di sisi lain, setiap orang yang ada di sana juga sudah paham bahwa sebenarnya pemuda itu sedang berada dalam keadaan siaga penuh. Sedikit saja ada gerakan yang mengancam nyawa, niscaya dia akan langsung bergerak.
Jumlah mereka beberapa kali lipat lebih banyak. Tapi kenapa sampai sekarang belum juga ada yang bergerak?
Jawaban dari pertanyaan itu hanya satu.
Yaitu karena mereka adalah orang-orang terlatih. Sebagai orang yang sudah terlatih, tentu mereka tidak mau sembarangan bergerak.
Walaupun jumlah 'musuhnya' saat ini hanya satu orang, tapi yang satu orang itu justru sangat berbahaya. Mungkin jauh lebih berbahaya dari apa yang mereka bayangkan.
"Mohon tanya, tamu agung dari mana yang telah berani berbuat kekacauan di tempat majikan kami?"
Sebuah suara tiba-tiba terdengar jelas di telinga Li Yong. Meskipun dia belum melihat siapa pemilik suara tersebut, tapu dirinya tahu bahwa orang itu pasti bukan manusia sembarangan.
Apalagi dia juga merasakan adanya getaran tenaga dalam yang tinggi dari perkataan barusan.
Li Yong sebenarnya ingin segera menjawab pertanyaan barusan, tetapi sebelum itu, mendadak muncul satu orang dari kerumunan yang ada di depannya.
Orang itu mengenakan jubah hijau tua. Dia pun memakai topeng yang menutupi setengah mukanya.
Tanpa sadar, kehadirannya telah membuat Li Yong sedikit terperanjat. Pemuda itu tiba-tiba saja merasakan adanya sebuah kekuatan yang sangat menekan tubuhnya. Seolah-olah dirinya telah ditindih oleh batu besar.
Pancaran hawa pembunuh yang keluar dari tubuhnya juga sangat pekat.
Li Yong memang masih baru dalam dunia persilatan. Tetapi pengetahuannya dalam persoalan lain, rasanya tidak berada di bawah orang-orang tersebut.
Menurut apa yang dia ketahui, rasanya hanya manusia yang telah membunuh orang tak terhitung banyaknya saja yang mampu mengeluarkan pancaran hawa pembunuhan sepekat dan sekuat itu.
Siapa dia? Kenapa aura pembunuhnya begitu kuat?
Li Yong tidak tahu. Yang dia tahu sekarang adalah bahwa orang bertopeng itu sedang menatap tajam kepadanya.
"Aku bukan tamu agung. Aku hanyalah orang yang ingin bertemu dengan Hartawan To," jawabnya setelah mengumpulkan keberanian.
"Bukankah para penjaga diluar sana sudah memberikan penjelasan kepadamu?"
"Sudah,"
"Lalu kenapa kau tidak menurutinya?"
"Karena aku tidak mau,"
Li Yong tetap bersikap seperti biasanya. Tetap dingin dan tetap misterius.
"Sayang, sayang sekali," ujar orang bertopeng itu.
"Apanya yang disayangkan?" tanya Li Yong penasaran.
"Kau masih muda, tapi sudah berani berbuat kekacauan di sini. Tahukah kau bahwa selama ini, orang-orang yang berbuat kekacauan di kediaman Hartawan To, tidak pernah ada yang selamat?"
"Aku tidak peduli,"
"Aku hanya mengingatkanmu sebelum terlambat,"
"Aku tetap tidak peduli. Aku tidak butuh peringatan darimu. Aku hanya butuh kehadiran Hartawan To," ujar Li Yong bersikeras.
"Hemm …"
Orang bertopeng itu mendengus dingin. Salah satu hal yang paling dia benci dalam hidupnya adalah ketika berhadapan dengan orang yang tidak mau mendengar perkataannya.
Seperti juga saat ini. Amarahnya langsung mencuat ketika mendengar ucapan Li Yong barusan.
Mendadak tangan orang bertopeng itu melakukan sebuah gerakan. Gerakan itu sangat perlahan dan sederhana. Bahkan yang terlihat bergerak hanyalah jari telunjuknya saja.
Di mata orang lain, itu hanya terlihat sebagai gerakan biasa saja. Namun di mata Li Yong sendiri, dia bisa merasakan adanya lesatan tenaga tak kasat mata yang mengarah ke tubuhnya.