Chereads / SALAH JALAN / Chapter 2 - Ajakan Riki

Chapter 2 - Ajakan Riki

Bel istirahat berbunyi.

"Na.. kamu ke kantin tidak?" Tanya amanda dengan posisi berdiri.

"Aku tidak ke kantin nda, aku sudah bawa bekal dari rumah tadi, lagian aku juga tidak bawa uang."

" bisa temani aku ke kantin tidak Na?nanti aku beri kamu uang jika kamu ingin beli sesuatu, apa kamu sudah membawa minum?" Aku belum terbiasa dan baru ingin mengenal suasana disini, lagian yang aku kenal dekat disini kan kamu, kamu kan teman sebangku aku ,sekedar beli es juga tidak apa-apa Na"

"Tidak perlu kamu kasih aku uang, jika kamu ingin aku menemani, ayo aku temani." Sembari tersenyum

"Maaf ya, seharusnya aku ajak kamu jalan-jalan keliling untuk mengenalkan sekolah ini ke kamu."

"Terima kasih ya, iya tidak apa jika kamu tidak bisa."

"Bukam begitu maksudku, aku bisa, cuma mungkin bukan sekarang, besok saja ya." Bicara Denna sedikit lesu.

"Iya.. iya..bisanya kamu aja,tenang saja aku tidak memaksamu jika memang tidak bisa, apa kamu sakit?"

"Aku tidak sakit kok nda."

"Ya udah, ayo jadi tidak ke kantinnya."

"Iya Nda."

Ketika mereka melangkah menuruni tangga, Riki tiba-tiba muncul dihadapannya,, "ehh.. Amanda, mau kemana."Sambil memegang tangan Amanda.

"Riki.. ini mau ke kantin." Tersenyum menatap Riki sambil mencoba melepas tangannya.

Denna hanya menatap mereka berdua, dia hanya diam, karena dia tak bisa untuk berkata.

Denna hanya mengamati sikap Riki kepada amanda.

"Aku ke kantin dulu ya Rik?"

"Manda, aku tunggu dikelas ya?" "Ada sesuatu yang ingin kusampaikan."Sahut Riki

Amanda hanya membalas dengan senyuman.

"Ayo Na." Amanda menggapai tangan Denna dan menariknya menuruni tangga.

Denna menoleh kearah Riki..

Melihat Riki yang masih melihat Amanda terlihat pipinya sedikit merah.

Lalu Denna menatap Amanda, tak ada wajah yang tampak bercerita.

Langakah kaki, raut wajah dan gaya bicara yang tak menujukkan bahwa adanya sebuah getaran. Mungkinkah amanda menganggap peristiwa tadi hanyalah sesuatu yang biasa atau ia memang tak tertarik kepada Riki.

Di bangku pojok depan, Sindi dan teman-temanya sudah berkumpul menikmati makanan ringan yang telah mereka beli dari kantin.

Sambil menikmati mereka saling berbincang, mereka sangat akrab dan kompak.

Mereka juga pernah berselisih paham, tapi masalah mereka tak berlarut lama, mereka sudah kembali membaik.

Anggota kelompok mereka ada 4 yaitu Risa, Nuri , Sindi dan Laura.

Mereka yang selalu meramaikan kelas 12A, jika tak ada mereka kelas menjadi sepi.

"Nyo..." dari arah luar kelas Riki mendekati Sindi dan teman-temannya, dengan menarik satu bangku terdekat lalu duduk disitu kemusian memandang kearah Sindi.

"Kenapa Rik."

" aku punya rencana ingin mengajak kalian semua menikmati tempat ramai dekat rumahku, malam minggu besok, yang punya pacar silahkan ajak pacarnya."

"Memang ada tempat wisata didekat rumahmu?"

"Bisa dibilang begitu si.. tapi sebenarnya hanya ada sungai yang lumayan lebar dan lampu disekitarnya, tidak hanya anak muda seperti kita, banyak juga orang dewasa yang sengaja datang, tahu tidak yang datang juga banyak dari kalangan atas, pakaiannya rapi dengan jas dan sepatu kulit dan mobil." Jelas Riki.

Yang lain memperhatikan dengan beberapa sedikit membayangkan."

"Masa si.. ?" Laura seperti tidak percaya.

"Saya sering keluar tapi kok tidak pernah tahu tempat seperti yang kamu sebutkan ya" lanjut Laura sambil terus berpikir.

"Sudah jangan kebanyakan mikir, jika penasaran ya datangi saja" kata Riki mencoba mempengaruhi supaya mereka mau datang.

"Iya si.. tidak ada salahnya datang sekedar lihat-lihat saja siapa tahu kita dapat kesenangan." Timpal Risa.

"Bukannya gimana si tapi..."belum selesai Laura berkata Riki langsung memotongnya.

"Sudah...sekarang aku minta nomor kalian semua, besok sabtu aku kabari lagi, aku share lokasinya ke kalian."

"Berangkat sama-sama saja, biar lebih enak."

"Aku juga akan ajak Amanda dan mungkin sekalian Denna."

"Rik, kamu tidak kasihan kalau ajak Denna, dia anaknya tidak pernah terbuka, jika perlu sesuatu mungkin dia malu, sepertinya dia itu sedikit pemalu, nanti dia berpikir yang tidak-tidak tentang kita gimana?"

"Tidak mungkinlah, aku yakin dia itu anak baik, cuma dia itu kurang percaya diri aja, justru kasihan kan lalau kita cuma ajak Amanda didepan Denna."

"Iya juga si." "Ya udah terserah kamu aja Rik."

"Semoga saja tempatnya bagus seperti kata kamu, jadi malam minggu kita, tidak mengecewakan."

Tak lama, Denna dan Amanda muncul.

"Amanda sini dulu, kamu juga Na" sambil melambaikan tangannya.

"Ada apa Rik," kata Amanda sedikit penasaran, Amanda dan Denna mulai mendekat, mengambil kursi didekatnya dan duduk disamping Riki.

"Ini, aku ingin ajak kalian berdua dan teman-teman, menikmati suasana baru di dekat rumahku, tempatnya ramai, tempatnya lumayan nyaman, pokoknya asik untuk kumpul-kumpul." Lagian kamu kan baru disini, dan Denna selama ini belum pernah tahu rumahku kan?"

"Denna Diam saja si jadi aku tidak enak mau ajak-ajak kamu."

Kalau kelompokku semua sudah tahu Rumahku, ntah sekarang lagi pada kemana, mungkin masih di kantin."

"Tinggal kalian para cewek."

"Yah'.. yah'.. ? Mau kan."

"Aku tidak tahu ya.. bisa atau tidak." Jawab Denna sedikit khawatir.

" masa tidak boleh si ijin cuma sehari saja di jam malam, untuk malam minggu besok."

"Aku juga tidak memiliki WhatsApp sharelockednya gimana?"" Lagian aku juga belum tahu rumah amanda."

Yang lain hanya terdiam mendengar Denna berbicara, dan merasa kasihan"

Risa dan sindi menatap Denna dengan serius. Denna yang tertunduk menunggu tanggapan dari teman-teman.

"Kalau masalah itu tenang... kita masih punya beberapa hari sampai dengan sabtu untuk memikirkannya lagi, jika ada rencana berkumpul, kita harus benar-benar teliti memikirkan segala sesuatunya, agar tidak terjadi masalah nantinya." Amanda menanggapi Denna Dengan nada tenang.

"Aku punya ponsel yang sudah tidak aku pakai Na, bisa kalau hanya Untuk WhatsAppan dan beberapa aplikasi, besok aku bawakan ya, kamu pakai saja."

"Nanti aku akan ajarkan kamu sampai kamu bisa menggunakannya." Sambil tersenyum Amanda menatap Denna.

"Tapi Amanda.. kamu gimana?" Jawab Dena

" Aku punya beberapa ponsel di Rumah, lagian itu tidak terpakai, aku tidak masalah dan aku justru senang bisa ngasih kamu sesuatu yang berguna dan kamu butuhkan"

"Iya... Na, rejeki kamu itu, jangan ditolak" sahut Risa

"Ya ampun, terima kasih banyak ya amanda" menatap Amanda dengan mata berkaca-kaca.

" sama-sama." Jawab Amanda.

Melihat sikap Amanda Riki semakin mengaguminya.

bel masuk berbunyi saatnya materi selanjutnya.

Saat guru kelas menerangkan didepan, dengan membuat beberapa coretan dipapan tulis, dengan suara lantang pak Heri menerangkan meteri hari ini, sambil sesekali mengamati siswanya.

Suara pak Heri yang tak lagi terdengar, ternyata diam-diam pak Heri menghampiri seorang anak,

Anak-anak terdiam sambil melihat pak Heri yang sedang meletakkan jari telunjuknya kedepan bibirnya yang sedikit monyong.

Dengan sedikit tertawa beberapa anak yang telah mengerti maksud pak Heri.

Tepat di samping sedikit agak kebelakang agar tak disadari oleh Riki.

"Ternyata diam-diam pak Heri mengamati tingkah laku Riki yang sedari tadi menatap Amanda."

Amanda yang juga tidak menyadari bahwa dirinya diperhatikan oleh Riki masih tetap menulis dengan sambil mengobrol dengan Denna."

Amanda baru menyadari saat anak-anak mulai bersorak dan menertawai Riki dengan Pak Heri yang berbicara dengan Riki sambil menjewer telinga Riki.

"Ehh.. ehh..ehh.. sakit pak."

" ohh.. sakit ya ?" Tanya pak Heri sambil sedikit tersenyum.

Masih dengan menjewer Riki

"Rik, tadi materinya apa?" Tanya pak Heri.

"Eh.. anu pak, maaf saya tidak mendengar bapak berbicara"

"Tadi sedang ngapain kamu disini?"

"Tidak sedang ngapa ngapain pak."

"Kalau tidak sedang apa-apa, pak Heri tidak mungkin menghampirimu Rik"

" ehh... iya ini tadi sedang lihat ke Amanda pak."

Karena pak Heri semakin keras menjewer Riki, akhirnya Riki mengakui kesalahannya.

"Memangnya Amanda sedang apa, kok kamu terus melihat ke Amanda."

"Amanda sedang menulis saja kok pak.""saya cuma suka saja melihat Amanda."

"Cieee..." sorak yang lain.

"Huuu..." sorak sebagian lagi.

"Bapak Lihat Semua teman kamu memperhatikan betul penjelasan bapak"

"Berarti bapak tidak begitu menarik ya bagimu, Amanda pasti lebih menarik" lanjut pak Heri.

"Memandang teman sekelas itu boleh, tapi harus tahu waktu ya, jangan terlalu lama,  waktunya pelajaran dan guru menjelaskan kamu juga  harus perhatikan supaya tidak tertinggal materinya." Lanjut pak Heri sambil tersenyum.

Pak Heri selalu tahu jika ada siswa yang kurang memperhatikan dirinya.

Terutama kelompok Riki dan Sindi.

Tak terasa Bel yang menandakan berakhirnya kegiatan belajar mengajar berbunyi.

Riki dengan santai memasukkan buku sambil sesekali melihat Amanda.

"Nda, dari tadi kamu dilihatin terus sama Riki, mungkin ada sesuatu yang ingin disampaikan."

"Gimana ya Na, aku sebenarnya risih dilihatin terus sama dia, lagian kita juga baru kenal dan sebenarnya aku tidak mau ikut ajakannya, tapi aku juga tidak enak jika harus menolaknya."

"Untung ada kamu, jadi kamu harus ikut ya?"

"Nanti biar aku ke rumah kamu dulu aja, setelah itu kita sama-sama ke tempat Riki."

"Je..jangan" sambil mengangkat dan menggoyangkan tangannya.

"Kenapa Na?"

"Aku merasa tidak enak, jika harus menerimamu di rumahku, rumahku kecil, dan kamu pasti akan kecewa jika datang ke rumahku, aku saja disini naik sepeda ontel"

"Haduh kamu ini, memangnya kamu lihat aku seperti apa, aku tidak melihatmu dari apa yang kamu punya, tapi dari sikapmu"

"Iya Amanda maafkan aku, bukan maksudku untuk,.. " Denna tak melanjutkannya.

" tapi jangan kaget lihat kondisi rumahku ya?"

"Iya..Denna, kamu ini kenapa, jangan berpikiran negatif, jangan berpikir bahwa temanmu akan meninggalkanmu jika tahu kondisimu." sambil tersenyum Amanda menanggapi kata-kata Denna.

Riki yang dari jauh terihat sedang mencoba mencari waktu untuk mendekati Amanda,.

"Sin, kamu tidak pulang?" Tanya Risa yang sudah berdiri disamping  tempat duduknya melihat Sindi yang belum memasukkan buku-bukunya kedalam tas.

" iya, aku mungkin ingin disini dulu"

"Kami duluan ya" sapa Nuri dan Laura karena mereka sudah dijemput.

"Iya, hati-hati"

"Ya sudah kalau gitu aku duluan ya Sin"

"Iya Ris, hati-hati dijalan."

"Iya sin, kamu juga."

Sindi yang masih duduk ditempat duduknya, memasukkan bukunya satu persatu dengan pelan, sambil sesekali manatap kearah Riki yang mulai mendekati Amanda.

Lalu ia mencoba mendekati mereka bertiga.

"Nda, Riki kesini." Bisik Denna kepada Amanda.

Amanda segera menoleh kearah Riki.

"Ada apa Rik?" Tanya Amanda

"Aku pengen bicara berdua sama kamu, kamu ada waktu tidak hari ini."

"Maaf Rik, sepertinya aku harus buru-buru pulang hari ini."

" kalau besok bagaimana nda, bisa?"

"Memangnya ada apa si Rik, apa itu sifatnya rahasia, tidak bisakah bicara disini saja?"

"Tidak bisa ini tentang aku dan kamu saja"

" emmm.. Na' aku tinggal sebentar ya, atau kalau kamu ingin pulang duluan juga tidak apa-apa Na."

"Oh iya nda, aku pulang duluan saja ya, sampai jumpa besok ya".

Riki dan Amanda keluar kelas, mereka melewati Sindi yang berjalan kearah Denna seakan tak menyadari keberadaan Sindi.

Mereka berhenti ditangga pojok kelas yang tak akan dilewati oleh Sindi dan Denna.

Sindi yang tadinya ingin menyapa Riki dan Amanda tak jadi melakukannya karena Riki dan Amanda keluar dan seolah tak tahu jika ada dia didekat mereka.

Lalu Sindi mendekati Denna.

" Na, Riki dan Amanda tadi mau kemana?" Tanya Sindi penasaran.

"Aku tidak tahu Sin, cuma kelihatannya Riki ada keperluan penting dengan Amanda."

"Jangan-jangan Riki mau nembak Amanda."

"Ihhh... kenapa si Riki?" Sindi yang terlihat khawatir.

"Kenapa apanya Sin, bukankah mereka serasi?""atau kamu juga?"

Tanya Denna menebak-nebak.

"Enak saja , siapa juga yang suka sama dia, sok keren, ihhh.." jawab Sindi dengan raut wajah sebal.

"Ya sudah sin, aku pulang dulu ya"

"Aku juga mau pulang, yuk. Kita barengan saja?" sambil mengabil tasnya kemudian berjalan keluar bersama Denna.

" Amanda, Baru pertama kali kita bertemu, tapi seolah aku sudah lama mengenal kamu, aku tahu mungkin kamu belum siap atau menganggapku terlalu dini untuk mengatakannya. Tapi aku begitu resah, aku selalu memikirkan kamu, aku tidak tahu harus berkata apa lagi, tidak ada kata yang indah untuk mengutarakan rasa bahagiaku yang terlalu berlebihan ketika aku dekat dengan kamu. Bahkan aku tidak perduli tentang orang lain, aku tidak perduli orang lain mau bilang aku ini bagaimana. Tapi yang jelas aku tak ingin keduluan orang lain termasuk temanku, yang kulihat mereka juga memperhatikanmu, aku akan sangat bahagia lagi jika kamu memperbolehkanku menjadikanmu permaisuri dihatiku."

"Kamu tak harus menjawabnya sekarang, aku tunggu di malam minggu besok, aku tak akan memaksamu, tapi aku tak bisa memendam rasa ini menunggu hingga datangnya esok"

"Bagaimana Amanda." Tanya Riki dengan penuh harap.

"Rik.... kata-katamu indah sekali, cara penyampaianmu ini mulus tanpa beban, tapi kamu terlalu cepat untuk menilai seseorang.""kamu memang laki-laki yang baik, tapi aku tidak bisa menerimamu, kamu belum tahu banyak tentang aku, walaupun begitu tak ada sedikitpun rasaku kepadamu,, Entahlah apa yang mengganjal di hatiku sehingga tak dapat menerimamu""maafkan aku ya Rik, tak perlu menunggu besok, ku jawab sekarang, dan aku yakin takkan ada yang berubah."

"Biarlah kita berteman saja ya Rik"

"Baiklah Amanda, aku tidak akan memaksamu, yang penting aku sudah mengungkapkan perasaanku, ini membuatku sedikit lega." Jawab Riki sedikit tersenyum seperti memikirkan sesuatu.

"Ayo Rik, kita pulang, takutnya gerbang keburu ditutup"

" iya nda" sambil berjalan pelan menuruni tangga.

Denna telah sampai tepat didepan rumah,lalu ia segera memarkirkan sepedanya disamping rumah dan bergegas menuju kamar,.

""Apa yang sefang mereka lakukan sekarang ya?"

Apakah benar kata Sindi kalau Riki akan menembak Amanda."

"Kira-kira Amanda menerimanya tidak ya jika benar Riki mengungkapkan perasaannya?"

" kenapa denganku?"" Kenapa aku khawatir jika mereka berdua berpacaran?"

"Apakah aku sedang cemburu?"

"Kenapa hatiku berasa tak tenang seperti ini?."

"Kenapa aku tidak bisa berhenti memikirnya?"

"Kenapa aku tidak bisa berbicara didepannya?"

"Aku tidak bisa seperti Amanda yang sanyai dalam berbicara kepada siapa saja, padahal dia bsru saja masuk satu hari, aku yang sudah lama berada satu kelas dengan mereka, tak bisa santai dan tak bisa bergaul bersama teman-temanku."

Selalu ada rasa khawatir, takut, gugup, hilang kata."

"Tak ada kata yang bisa kuungkapkan, tak ada kalimat yang tersimpan, tak ada keberanian untuk berkata-kata, dan tak ada kepercayaan diri bahwa aku bisa seperti mereka."

"Kenapa aku selalu begini."

"Mungkin Amanda adalah kriteria wanita idaman Riki"

"Tentu saja tak ada yang lebih dari diriku.""Aku kalah segala hal dari Amanda."

"Amanda memang pantas, dia anak yang baik, tidak sombong dan tidak banyak bicara."

"Tetapi dia selalu bicara jika dia ingin, dia mengungkapkan sesuatu yang perlu tanpa ada rasa malu, takut dan gugup, ia mengatakan sesuatunya dengan santai."

"Aku ingin sekali seperti dia, tapi tetap saja aku tak bisa."Gumam Denna.

"Srekk." Bunyi gorden yang ditarik.

"Kak Denna sudah pulang?" tanya Lusi yang tiba-tiba muncul dari arah pintu.

"Iya, kakak ingin istirahat dulu di rumah sebelum keliling."

"Ohh'.. Ayo kak, makan dulu!"

"Iya Lus, kamu duluan saja."

"Ya sudah kalau begitu aku kedapur dulu." Sambil berlari menuju dapur.

Denna melangkah menuju arah dapur, ditengoknya setiap tempat.

"Lus Ibu mana?"

"Itu ka, tadi teman ibu kecelakaan dijalan, bu Murni ajak ibu ke rumah sakit untuk jenguk "

"Ya ampun, semoga tidak parah dan bisa segera sembuh, sewaktu kakak berangkat sekolah juga tadi lihat seorang wanita mengendarai sepeda motor, sepertinya sedang terburu-buru dari arah pasar, dan mobil menabraknya, mengenai bagian belakang sepeda dan tubuh wanita itu terpental, tapi mobil tidak terlalu kencang. kakak hanya bisa melihat dari kejauhan, orang-orang yang dekat dari situ segera menolongnya."

"Mungkin itu teman ibu ka,"

" soalnya tadi sempat dengar kalau kejadiannya itu dekat pasar."

"Ya sudah, cepat lanjutin makannya."

Tak lama ayah Denna datang dengan membawa satu gepok pisang, yang sudah masak."

"Wahh.. Bapak sudah dapat pisang,"

"Ini Na pisangnya, langsung dimasak saja, nanti bapak bantu keliling."

"Yang satu sisir paling bawah goreng untuk kita saja."

"Baik pak."

Denna segera menggoreng pisang,

Menyiapkan dua tampah besar yang sudah dialasi plastik bening diatasnya.

Gorengan sudah siap Denna dan ayahnya berangkat dan menjajakannya kesekliling daerah dekat rumah sampai keujung-ujung jalan hingga gorengan habis terjual."

Suasana Sekolah tampak sunyi dan masih sepi, Denna duduk dibangku dipojoknya.

Memandangi dari luar jendela, tatapan yang penuh dengan cerita, sedih menghiasi wajahnya.

Kedipan mata menghela nafasnya. Sayu demi satu langkah kaki mulai terdengar, mulai samar-samar hingga jelas terdengar, suaranya mulai mengisi sunyinya pagi ini.

Mulai kudengar langkah kaki yang kukenal, namun aku hanya diam menatap langit biru dan kepulan awan yang menghiasinya.

Biarlah mereka menempati posisi mereka masing-masing.

Mata yang tak tertarik untuk melihat buku yang telah berada didepanku.

Seakan tak ingin berhenti menatap keluar dan membiarkan ruangan ini terisi penuh.

Tiba-tiba, pandanganku teralihkan oleh wangi segar yang terasa tajam-dan semakin tajam kuhirup.

"Denna.." sapa Amanda dengan suara lembutnya.

"Ehh.. Amanda" aku menoleh kearah Amanda.

"Kamu sedang nglamunin apa si?"

"Tidak ada kok nda, aku cuma pengen cari kerjaan yang bisa kukerjakan sepulang sekolah. Agar ada tambahan untuk kebutuhan rumah dan makan sehari-hari."

"Ohh..kalau soal itu aku belum bisa bantu Na, kalau nanti aku menemukan lowongan kerja seperti yang kamu maksud akan aku kabari kekamu deh.."

"Terima kasih ya nda"

"Iya,. ini Na yang kemarin aku janjikan ke kamu." Sambil menyodorkan kotak kearahku.

"Nda... ini kan masih bagus, masih mulus, kardusnya saja masih utuh seperti baru, kamu tidak salah kasih ini ke aku?"

"Tidak Na, itu sudah tidak pernah lagi aku pakai kok."

"Ya ampun, terima kasih banyak ya Nda"

"Iya..sini aku ajarin"

Setelah Amanda selesai mengajari Denna.

"Nda kemarin gimana kamu sama Riki?" Tanya Denna penasaran.

"Ndak pa-pa si Na, cuma ngobrol biasa."

"Ohhh... " sambil tertunduk menatap buku.

"Kamu kenapa Na?"

"Kok sedih gitu."

"Tidak apa-apa kok Nda"

"Kemarin Riki sempat mengunkapkan "perasaannya ke aku."

"Terus kamu bilang apa Nda."

"Terus aku tolak"

"Kok kamu tolak Nda."

"karena aku tidak memiliki rasa apapun sama Riki, aku menganggap dia hanya sebagai temana saja Na."

"Tenang Na, aku tahu kamu menyimpan perasaan ke Riki kan?"

"Ehh, siapa?"

"Sudahlah, dari matamu saja aku sudah tahu, dari tingkah lakumu itu sudah dapat menggambarkan bahwa kamu menyimpan Rasa hanya saja

Kamu tak berani mengungkapkan,"

"Apa salahnya jika wanita lebih dulu mengungkapkan, dari pada harus dipendam, bukankan akan lebih sakit?"

"Kamu bisa tahu gitu si Nda, tapi aku minta tolong ya jangan beritahu siapapun."

"Aku tak akan memberitahukan ke siapapun tapi jika orang lain menyadari sikapmu bagaimana?"

"Jangan salahkan aku, karena kamu sendiri tak mampu menutupinya."

"Jika orang lain tahu, mungkin sudah waktunya aku harus merasa malu." Sambil tertunduk memikirkan sesuatu.

"Apa yang bisa aku bantu ,Na"

"Mungkin saja kamu butuh sesuatu dariku" tanya Amanda sambil menegang pundak Denna.

""Aku hanya ingin sepertimu Nda, bebas tanpa rasa malu dan percaya diri.""hanya itu yang kubutuhkan sekarang."

"Sesuatu itu akan muncul dengan sendirinya jika kamu mampu terus memaksa dirimu untuk melakukan sesuatu yang membuatnu kurang percaya diri."

"Jika kamu ingin merubahnya, aku akan bantu sebisaku, untuk menjadi dirimu seperti yang kamu inginkan."

"Tapi ingat Na, keberanian itu bukan hanya tentang kebaikan tapi juga keburukan,""jika kamu sudah menemukan dirimu,jadilah kamu manusia yang baik, jangan seperti aku."

" kok kamu bilang begitu Nda, aku justrus mengagumimu, aku adalah motivasiku, aku ingin merubah diriku karena aku melihat orang baik sepertimu" jawab Denna dengan sedikit berkaca-kaca.

Amanda hanya tersenyum menatap Denna.