Chereads / SALAH JALAN / Chapter 7 - seorang wanita

Chapter 7 - seorang wanita

pov Sri Ratmi (ibu Denna)

"Namaku adalah Sri Ratmi, tetangga memanggilku Sri, ibu sri..

suamiku bernama Yanto Sudarmo, kami memiliki 3 orang anak perempuan. Anak pertama Siska Ariani, dia sudah menikah dan kini hidup jauh bersama suaminya, kutitipkan dia kepada suaminya, sebab

aku dan suami benar-benar tak memiliki uang untuk mengadakan acara. Semua kuserahkan kepada pihak suaminya, tapi saya sangat bersyukur Ridho dan keluarganya menerima dan mau membantu kami. saya tidak tahu bagaimana kabarnya sekarang, dia jarang sekali menghubungi kami. Terakhir kali saya diberi kabar bahwa ia hamil anak kedua tapi sampai sekarang tak lagi ada kabarnya.

Anak kedua saya adalah Denna Amelia, dia masih duduk dibangku SMA,dia adalah anak yang baik dan penurut, dia sangat mengerti keadaan kami, dia selalu berusaha membantu sebisanya diwaktu pulang sekolah maupun sebelum berangkat sekolah. Sebentar lagi dia akan menghadapi ujian,aku yang tak memiliki uang belum bisa memberinya untuk membayar uang ujiannya.

apa lagi dengan hutang yang aku pinjam 3 bulan lalu tanpa sepengetahuannya dan suami baru mengetahui 2 bulan kemudian setelah aku meminjamnya, semua itu untuk anak-anakku, tapi untungnya suamiku mengerti.

hanya saja ia tak menyangka kalau aku meminjamnya dari bu Ita, pengalaman orang yang pernah meminjam darinya, bu Ita memberi bunga yang terlalu tinggi, aku baru tahu itu dari suamiku, tapi harus bagaimana lagi semuanya sudah terlanjur, dan tak ada yang mau membantuku selain ibu Ita.

waktu ini sungguh sangat berat terutama saat ayam-ayamku dibawa sebagai ganti cicilan hutangku yang belum juga aku bayar, aku tidak tahu jika akan begini jadinya, ternyata beban bunga yang diberikan begitu besar. Untuk menyicil bunganya saja aku tak mampu, tapi aku benar-benar membutuhkan uang saat itu, karena situasi yang tak terduga dan membuatku panik sehingga aku mencari orang yang mau meminjamkan aku uang segera.

Namun tak ada yang berani meminjamkanku uang karena mereka tahu pasti aku tak dapat membayarnya. Aku harus bagaimana lagi, tak ada pilihan bagiku selain berhutang, tabungan yang kumiliki tak cukup untuk membayarnya.

Lalu terlintas dipikiranku untuk meminjam uang ke bu Ita, tanpa aku dengarkan baik-baik bunga yang diberikannya kepadaku. Lantas akupun hanya terus meng-iyakan setiap dia berbicara. Tanpa pikir panjang lagi aku menyetujuinya. Uang yang aku harapkan, aku terima pada saat itu juga, akupun berlalu pergi setelah mendapatkan apa yang aku perlukan.

anak yang ketiga saya adalah Lusi, dia masih SD kelas 3, disekolah dia sangat pemalu,

banyak teman yang memperlakukan dia dengan tidak baik, karena anak-anak sekelasnya tahu aku hanya penjual gorengan keliling.

tak pernah aku sadari ternyata Lusi seringkali pingsan disekolah, padahal dirumah ia selalu baik-baik saja.

aku baru tahu dari bu Dwi, guru kelas Lusi, ternyata bu Dwi baru mengatakannya setelah 3 kali Lusi mengalami pingsan.

bu Dwi tidak menyangka jika aku baru mengetahuinya. Dan yang terakhir aku tahu saat aku lihat anakku sedang bersama teman-temannya, aku sedang menjajakan gorengan di Kantin sekolahnya. kulihat badannya tiba-tiba lemas lalu tubuhnyapun seketika terjatuh dari ia berdiri. teman-temannya yang tak menyadari jika ia akan terjatuh tak sempat menopang tubuhnya.

Aku yang melihatnya seketika berlari dan meninggalkan daganganku, apakah terjatuh atau tidak seakan aku tak perduli.

Seolah tubuh ini menyadari apa yang harus kulakukan, kaki yang berlari mendekati kerumunan. Semua siswa dan orang sekitar yang melihat mencoba membantunya.

Tepat didekatnya kulihat tubuh lemasnya dengan mata tertutup tak sadarkan diri dan hidung yang tampak akan mengeluarkan darah. Aku terkejut tak percaya kok bisa sampai seperti ini,, tubuhku yang turut mengikuti laju bapak wali murid yang telah menggendong anakku ke UKS.

Lalu anakku dibawa ke Rumah Sakit terdekat untuk pemeriksaan. Itulah sebabnya aku meminjam uang ke bu Ita.

Aku melihat ada perubahan dari Denna semenjak ayam-ayam itu diambil bu Ita, tapi aku harus bagaimana lagi, aku tak bisa berbuat apapun, aku hanya dapat menyaksikan bagaimana ayam-ayam yang keluargaku rawat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dibawa oleh orang-orang suruhan bu Ita. Aku menyadari ini semua kesalahanku.

Entah apa yang ia pikirkan, sehingga ia memutuskan untuk keluar rumah, tentu hal yang tak biasa, karena ia lebih suka berada di rumah untuk sebuah pekerjaan yang aku berikan dan menyelesaikan tugas sekolah dibandingkan harus keluar bersama teman-temannya.

Ia tidak pernah membawa temannya datang kerumah sebelumnya, entah karena ia memang tak memiliki teman dekat atau temannya memang tak ingin datang.

tapi belum lama ini seorang anak perempuan datang dengan membawa mobil, ia adalah teman barunya Denna namanya Amanda. Anaknya sangat baik, ramah dan sopan, ia sempat membawakan sembako untuk kami, bersyukur ada persediaan stok sehari-hari.

Katanya ada acara undangan makan dari teman sekelasnya. ya.. tentu aku perbolehkan karena ia bersama teman wanita. Tentu sebagai orangtua ada sedikit kekhawatiran karena Denna adalah anak perempuan, takut jika salah pergaulan.

Aku hanya bisa membatasi apa yang ada didalam, memberikan hal-hal baik agar ia bisa memahami sehingga tidak masuk kedunia yang mengerikan. Tentu saja hal itu adalah yang orangtua takutkan.

Sebaik apapun, Denna adalah anak yang lugu, aku takut ia terpengaruh hal yang buruk yang pastinya tidak bisa membatasi. apa yang ada diluar sana.

kami sebagai orangtua hanya bisa berdoa agar Denna selalu dilindungi dan dijauhi dari segala yang tidak baik.

Sebab aku sendiri dulu pernah masuk dalam lembah gelap. Semua anakku tak tahu sampai pada saat ini kusembunyikan, bahkan orangtuaku juga tak tahu kalau aku pernah menjadi simpanan om-om. Tentu sangat sulit berada disana, seringkali terjadi pertentangan dan pertikaian karena merebutkan target. Walau pelanggan memilih sendiri siapa yang akan menemani tapi seringkali ada kecemburuan dan iri.

karena tak semuanya akan mendapatkan bayaran yang sesuai, semua tergantung siapa yang akan kita temani. Aku harus tampil seksi dan cantik untuk menarik pelanggan.

Tak semua yang ada disana buruk, tentu ada yang namanya rasa senang, disana aku bertemu dengan dua orang teman yang sangat baik dan kita sangat dekat, saling membantu satu sama lain. Mereka sangat pandai menggoda, tanpa harus melakukan hal yang lebih, mereka sudah dapatkan apa yang mereka mau. Ditempat itulah aku bertemu dengan suamiku, entahlah kenapa dia bisa sampai ditempat itu, dia hanya datang mampir dengan temannya yang sudah biasa kesana. aku yang berusaha mencari pelanggan baru, aku kira dia bisa menjadi sasaranku. namun ternyata obrolan kita masuk kedalam kehidupan berumah tangga. akupun ikut dengannya dan aku menonggalkan kedua sahabatku untuk pergi dan tak lagi bekerja ditempat itu. Suamiku sangat baik, ia menerima aku apa adanya.

namun ketika orangtuanya mengetahui latar belakangku, orangtuanya tak lagi mau berhubungan dengan suamiku. Suamiku tak lagi dianggap anak kedua orangtuanya, semua karena membela aku, dan dipastikan ia tak mendapatkan apapun dari orangtuanya. Sekarang kami tinggal ditempat orangtuaku, hingga akhirnya kedua orangtuaku meninggal.

kami hanya dikaruniai satu anak dan dua anak lainnya adalah anak yang kami angkat dan kami anggap sebagai anak sendiri.

Tentu mereka semua tak tahu jika mereka lahir dari orangtua yang berbeda, ini adalah rahasia antara aku dan suamiku.

Suamiku tak merasa keberatan dengan keberadaan kedua anak angkatku. karena ia tahu sendiri ceritanya, apa lagi aku juga sudah tak lagi bisa memiliki anak setelah melahirkan anak pertamaku.

Kami sangat senang karena masih ada yang menemani kami. Justru anak kandungku tak pernah mengabari kami lagi. Jika tak ada. Denna dan Lusi, kami akan sangat kesepian.

Air mata ini selalu menetes jika. Aku mengingat kembali masa kelamku, masa sulit kedua sahabatku, dan juga kehidupanku saat ini. Aku berharap anak-anakku tak menjadi seperti diriku walau apapun yang terjadi pada kehidupan mereka, dimasa yang sesulit apapun. (sambil mengusap air mata dipipi)

Siang ini terasa sepi, Denna yang duduk dikursi dekat jendela, menatap kosong sesuatu yang ada dibalik kaca.

Cahaya yang semakin lama tak lagi menyilaukan mata, namun itu tak disadarinya karena terlalu lama ia menatap dengan tangan saling bertumpu.

ibu dan adiknya yang tampak tertidur pulas mulai memberi tanda bahwa mereka akan segera terbangun dengan gerakan tangan dan kaki seakan merasakan peregangan otot yang membuatnya merasa lebih baik.

Denna yang menyadarinya, ia hanya menoleh kearah kamar dan kembali menatap semu.

suasana menjadi lebih gelap, titik-titik hujan mulai menghiasi jendela rumahnya dan mengibas debu-debu dihalaman.

Hujan mulai menggila, angin bertiup kencang, seakan ingin menghepas langit-langit rumahnya. Bunyi gemuruh atap yang hampir terkoyakkan, paku-paku seakan tak mampu menahan tiupan yang begitu kencang.

lamunannya seketika terhenti, ia mulai menyadari kerupuk yang dijemur oleh ibunya sudah tergenang air. Seketika Denna berlari menuju arah tempat dimana kerupuk itu dijemur.

beberapa telah ikut hanyut terbawa aliran air.

Ia hanya dapat menyelamatkan sisanya.

Ibunya yang juga tiba-tiba teringat langsung menuju kearah luar berusaha menyelamatkannya, menyadari Denna disana yang sudah membawanya ,ibu menatap sambil menghela nafas lega. Raut wajahnya seketika berubah nampak kecewa, tentu saja karena kerupuk yang seharusnya bisa dimakan hari ini harus ditunda karena basah lagi terkena air hujan.

"ibu lupa kalau ibu tadi jemur kerupuk" dengan terduduk mencoba membuka lebar matanya yang masih nampak sipit dan badan yang belum sepenuhnya sadar.

Lita yang baru saja bangkit kemudian berjalan keluar dari kamarnya sambil mengusap matanya mencoba membersihkan sesuatu yang menghalangi pandangannya.

lalu ia terduduk dedikat jendela tepat dimana Denna tadi duduk. Ia hanya diam termangu sambil memandangi titik hujan yang membasahi kaca.

Denna yang baru saja meletakkan kerupuk dimeja dekat kompor kemudian ikut menyusul ibunya, duduk disamping Lusi.

"bapak kamu gimana ya Na? pasti kehujanan Na... " "kira-kira makanannya sudah dimakan belum ya?"

Ibu Sri yang terus khawatir memikirkan suaminya yang masih berada di sawah.

Cuacanya memang sedikit berbeda dari biasanya, hujan deras yang disertai angin kencang tentu saja membuat Denna dan keluarganya khawatir apa lagi memikirkan bapak Yanto yang berada disawah belum juga pulang.

"sudah jam segini masa bekalnya masih belum dimakan bu?" tanya Denna heran.

"Bapakmu itu susah kalau suruh istirahat terus makan, disuruh saja susah apa lagi kalau tidak ada yang menyuruhnya makan, ibu saja pernah lihat, bekalnya masih banyak saat dibawa pulang." dengan wajah yang tampak begitu khawatir kemudian ibu beranjak dari kursinya menuju kebelakang, tak lama kembali lagi kekursinya.

"udah bu.. jangan mondar-mandir terus, jangan terlalu khawatir, sebentar lagi juga bapak pasti pulang." kata Denna yang berusaha menenangkan walau sebenarnya ia juga merasa khawatir.

" Tapi Na.. ibu khawatir..karena cuacanya seperti ini" terangnya.

"iya bu... tapi kita hanya bisa menunggu, kita doakan saja bu, supaya bapak baik-baik dan bisa segera pulang. Mungkin bapak masih berteduh disana." Denna terus mencoba membuat ibunya lebih tenang.

"Lus.. kamu jangan melamun, sedang mikirin apa si?" tanya Denna yang kemudian menoleh kearah Lusi.

"aku tidak melamun ka" jawab Lusi.

"tidak bagaimana? orang kakak melihat sendiri kok, masih saja ngelak, hahaha.. atau jangan-jangan kamu lagi?" kata Denna dengan tak meneruskannya, sambil tertawa mengajungkan jari kearah Lusi.

"jangan-jangan apa si kak.. udahlah aku mau makan." Lusi yang beranjak dari tempat duduknya dan mengibaskan jari Denna lalu pergi menuju arah belakang.

"Bapak!" Suaranya samar-samar terdengar oleh ibu dan Denna.

"ahhh.. syukurlah.." sambil menghela nafas dan mengelus dada ibu Denna menoleh kearah dapur lalu melangkah mendekati dapur.

Bapak Denna yang masuk melalui pintu belakang dengan tubuh yang basah kuyup karena tak dapat tempat untuk berteduh.

"bu... masih ada makanan?" tanya bapak Denna yang sedang membasuh kedua kaki dan tangannya.

"masih pak" kata ibu sambil membuka sayur yang ada dipengorengan lalu bapak segera membersihkan diri dan kemudian makan.

Bapak Dena segera duduk dibangku yang ada didapur dengan piring yang sudah ada didepannya, nasi dan sayur yang sudah ada dipiring.

Sebelum kemudian melahap makanan, Bapak berkata kepada ibu Sri" Tadi bapak belum sempat makan, karena bapak kira tidak hujan, tapi ternyata hujan lebat bercampur angin yang sangat kencang, makanan bapak taruh dibawah pohon yang lumayan jauh dari tempat bapak bekerja, ternyata sudah terisi dengan air akhirnya bapak buang bu."

"Jika saja ayam-ayam masih ada mungkin. bapak bawa pulang untuk ayam kita."

"besok kita beli ayam lagi saja pak, supaya kandang kita tidak kosong, beli satu pasang saja."

"Memang ibu sudah dapat uang?" tanya bapak sambil kemudian melahap makanan.

"Sudah pak kemarin dapat uang dari bersihin ayam." jawab ibu Sri dengan senyum tipis.

" Denna hanya menyimak percakapan antara Bapak dan ibunya begitu juga dengan lusi yang sesekali tersenyum.

"pak, bu... nanti malam jika hujan sudah reda dan genangan air sudah surut, Denna mau ijin keluar dulu ya?" dengan nada uang sedikit kurang yakin.

Situasi rumah Denna penuh dengan genangan air. Rumah Denna berada didekat sungai yang posisinya agak kebawah sehingga air dari atas membanjiri rumahnya setiap hujan. Rumah yang hanya terbuat dari anyaman bambu sudah mulai miring karena sering diterpa angin.

"kamu mau kemana Denna?" kata ibu Sri sembari menoleh saat Denna mulai berkata.

"iya Denna, apa ada acara lagi? Bapak Yanto ikut menanggapi.

"Denna cuma ingin jalan-jalan bu, sambil cari-cari, siapa tahu Denna dapat pekerjaan." jawab Denna dengan tenang.

Denna sengaja berbohong kepada kedua orangtuanya, karena jika orangtuanya tahu maksud Denna ijin keluar tentu orangtuanya akan merasa khawatir.

Akhirnya ia diberikan ijin oleh orangtuanya, ia berharap kedatangannya tidak sia-sia. Entah kenapa Denna mulai penasaran dengan wanita yang kemarin ia temui itu.

Denna melihat ponselnya ada pesan dari wanita itu.

"Bagaimana, apa jadi datang kesini?"

"jika ia, temui alu ditempat kemarin ya."

"aku akan ajak kamu melihat tempat tinggalku."

"iya, aku akan kesana." jawabnya singkat.

Ia mulai bersiap-siap dengan dandanan yang biasa ia gunakan, lalu ia mengenakan pakaian pemberian Amanda.

Denna sangat menyukai pakaian yang diberi oleh amanda, modelnya yang bagus dan sangat pas dipakainya.

Tepat dijam biasanya, sekitar pukul 19.10 Denna berangkat dari rumahnya menuju tempat itu.

melalui jalanan yang mulai ramai dan jalan yang masih basah membuat suasana terasa sejuk namun sedikit lebih dingin dari biasanya bila angin berhembus menyentuh kulitnya.

Terlihat sebagian jalan tergenang oleh air.

Tempat dimana Denna pernah berkumpul kini mulai dipenuhi pengunjung, sama seperti saat Denna dan teman-temannya berkumpul waktu itu. Denna kini telah berdiri ditempat yang telah disepakati, Namun wanita itu belum juga Datang. Tempat itu tidak terlalu ramai, biasanya di gang itu dipenuhi oleh orang-orang yang duduk maupun berdiri dipinggiran serta yang berjalan kesana kemari. mungkin karena hujan kulihat hanya beberapa orang disana. Pintu-pintu kamar itu tampak tertutup semua. "Mungkinkah masih ada aktivitas didalam?"

Denna melihat ponsel, belum ada jawaban dari wanita itu.

Tak lama suara pintu yang terbuka mengalihkan pandangannya. Terlihat seorang pria berjalan keluar, Denna mengamati terus wajah yang nampak tak asing baginya.

"siapa laki-laki itu, aku seperti mengenalnya"

kata Denna, uang kemidian diikuti dengan wanita dibelakangnya yang juga dari dalam ruangan itu.

Tak lama seorang wanita yang ditunggu datang dari dalam ruangan melalui gang yang pernah dia lalui bersama Riki, namun Denna tak berani masuk kesana lagi sebab takut yang diacari ternyata tak ada dan karena Denna merasa dia adalah orang asing disitu.

"Hei... sudah lama menunggu ya?" sapa wanita itu kepada Dena dan mulai melangkah mendekatinya.

Dengan pakaian yang lebih berani dari yang dia lihat kemarin dan rambut yang masih terurai panjang.

"lumayan."

"Ayo ikut denganku, ehh iya kamu mau tahu apa dulu, aku tahu kamu pasti belum mengenal betul tempat ini kan?"

tanya wanita itu kepadanya, Denna hanya mengangguk dengan sedikit tersenyum. Denna melihat perbedaan dari cara bicaranya.

Wajah Denna seakan meragukan wanita yang saat ini bersanya.

"Kita sudah beberapa kali berkomunikasi melalui pesan singkat namun aku belum memperkenalkan diri ya? hahahaha!"

"iya... " sambil tersenyum menatap wanita itu.

"kenalkan namaku Liana." Liana menyodorkan telapak tangannya mengajak Denna untuk berjabat tangan.

"Namaku Denna."

Mereka kini saling berjabat tangan. "kamu ingin tahu bagaimana keadaan didalam ruangan itu kan?, sini aku tunjukkan."

Denna yang kemudian mengikutinya dari belakang menuju arah ruangan yang dimaksud.

Denna mengamati setiap ruangan itu,

Liana yang segera menutup pintu ruangan dari dalam.

Didalam ruangan hanya ada 1 kamar mandi yang tampak bersih semuanya menggunakan ubin berwarna terang dan satu tempat tidur yang lumayan besar dilengkapi dengan meja rias yang cantik dengan lampu indah diatas tepat diatas tempat tidur.

"Ruangan ini dari luar terlihat kecil, namun didalam nampak lebih luas ya" kata Denna dengan penuh heran.

"Tentu ruangan ini didesain untuk semua kalangan, agar mereka yang menempati ruangan ini merasa lebih nyaman."

Lalu Denna duduk di tempat tidur,lalu mencoba merebahkan tubuhnya.

"wahh.. nyamannya, baru kali ini aku merasakan tempat yang begitu nyaman seperti ini,, jika kamarku seperti ini tentu aku tak ingin pergi jauh-jauh dari kamarku."

kata Denna sambil merasakan sentuhan selimut yang halus dan harum.

"hahaha.. kamu lucu ya.." tawa wanita itu yang melihat tingkah Denna.

"tapi apa yang kamu lakukan sekarang pernah aku lakukan dulu saat pertama kali kesini"

lanjut wanita itu sambil tertawa kecil.

Denna yang mendengarnya ikut tertawa.

Kini Denna dan Liana mulai dekat mereka begotu nyaman bercerita, suasana kamar yang sunyi sangat mendukung obrolan mereka sehingga tak ada yang mengganggu canda tawa mereka.

"Kenapa kamu bisa sampai kesini?" tanya Denna yang penasaran dengan Liana.

Liana terdiam sejenak seakan memikirkan sesuatu, lalu ia mulai berbicara; " Waktu itu aku ingin mencari kakakku, ia hilang tak tahu kemana. Terakhir ia pergi ijin ingin mengerjakan tugas di rumah temannya, namun sampai tengah malam kakakku tak juga pulang, seluruh keluarga, saudara dsn tetangga mencarinya, sampai dengan satu bulan tak ada kabar, tapi perasaaku mengatakan bahwa kakakku masih hidup. saat itu umurnya baru 16 tahun dan aku masih 13 tahun,aku memutuskan untuk pergi dari rumah dan mencarinya. Orangtuaku tak ada yang tahu kepergianku. Aku sebenarnya tak tahu kamana aku harus mencarinya, tapi tetap nekat berharap bisa bertemu dia.Dijalanan yang nampak sepi sebuah mobil menghampiriku.

" dik, mau kemana?" tanya salah satu orang yang berada di mobil itu.

"aku mau mencari kakakku" jawab Liana

"memangnya kakak kamu ada dimana?"

lanjut orang itu.

"Aku tidak tahu."

"Kamu sama siapa disini?"

"Aku cuma sendiri" Jawab liana dengan wajah yang nampak sedih.

" Mau aku nantu mencari?"

Liana menggukkan kepala dan pergi bersama orang itu dengan mobilnya.

"lalu aku dibawa ketempat yang tidak aku ketahui, dan pada akhirnya aku berada ditempat ini, sampai sekarangpun aku belum menemukan kakakku." Jelas Liana kepada Denna.

Denna yang sidikit merenung diatas tempat tidur.

"lalu bagaimana dengan kamu?""lalu bagaimana waktu itu kamu bisa dampai disini?" Tanya Liana dengan alis yang saling bertemu.

" aku mengenal tempat ini karena pernah diajak seseorang, orang itu niatnya ingin mengantar aku pulang kerumah karena waktu itu sedang ada acara didekat sungai itu"(sambil menunjuk letak arah tempat itu).

"Liana yang hanya mengangguk dan terus mengamati cerita Denna.

Namun saat akan pylang Dia menembakku, akupun menerimanya karena sedari duku aku sudah mengaguminya bahkan teman dekatkupun tahu. tapi kisah kami tak berjalan lama karena kudapati dia selingkuh dan tidur dengan seorang wanita dikamar waktu itu.

"ohhh.. laki-laki yang kemarin ya?"

"iya.." "apa kamu mengenalnya?"

"tentu saja diakan pemilik ini semua"

"apa..!"Denna yang tampak kaget mendengar jawanan dari Liana.

sambil menghela nafasnya mencoba tenang lalu melanjutkan ceritanya.

"Aku tinggal bersama orangtuku ditempat yang tak jauh dari sini. Runahku sangat sederhana, ayah bekerja sebagai penggarap sawah dan ibu bekerja nencuci dan memotong ayam. itupun tak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari kami, aku yang tadinya hanya mengantar telur dan pedagang keliling namun aku juga masih sekolah. ibu yang memiliki hutang membuat ayam-ayam semua disita karena tidak mampu membayar cicilan. Kini aku mencoba mencari pekerjaan tapi aku belum menemukannya.

"Jika kamu mau bekerja disini juga tidak apa-apa, gajinya lumayan, jika. kamu tak ingin berurusan dengan om-om masih ada kok pekerjaan lainnya, seperti: tukang bersih-bersih, pengantar minuman dan masih ada lainnya tapi tentu saja gajinya tak sebesar jika kamu menemani om-om berbicara, bercerita, atau memberikan kesenangan untuknya dan dia akan memberikan apa yang kamu mau"

"ihh.. mendengarnya saja rasanya aku geli apalagi melakukan tugas itu" jawab Denna sedikit begidik.

"Hahaha.. tawa Liana."

"Jika kamu mau aku akan sampaikan ke ibu bos"Lanjut Liana.

"Siapa ibu bos?"

"dia yang selalu memberikan uang untukku." kata Liana.

"Aku masih belum bisa memutuskan. Aku masih ingin mencari pekerjaan lain yang mungkin lebih baik." Jawab Denna yang masih belum paham dengan semuanya, tapi karena budaya yang dilihatnya membuatnya kurang begitu menarik untuk bekerja disitu.