Chereads / SALAH JALAN / Chapter 4 - Denna dan Riki

Chapter 4 - Denna dan Riki

Waktu semakin larut Roy dan teman-temannya memutuskan untuk pulang. begitu juga dengan Sindi, Nuri dan lainnya.

Tinggal Amanda, Riki dan Denna.

Tiba-tiba Amanda mendapat panggilan dari seseorang.

Dengan sedikit menjauh dari Riki dan Denna.

" iya.. iya.. ini baru akan pulang." Jawab Amanda. " ya sudah aku tutup dulu " lanjutnya.

"Siapa Nda?" Tanya Denna.

"Ini dari ayahku, aku harus segera pulang". Kata Amanda dengan wajah tampak seperti terburu-buru.

"Kamu gimana Na?""mau pulang atau masih ingin disini?" Tambah Amanda menatap kearah Denna.

"Ya pulang Nda, ngapain disini kalau semua pada pulang?" Sahut Denna dengan alis bertaut.

"Ya Udah ayo aku anter"tanggap Amanda.

"Ehh' Nda, biar aku saja yang anter Denna pulang" sahut Riki menatap Amanda.

"Haa..? Tidak usah Rik, biar aku sama Amanda saja" tolak Denna menatap Riki sambil mengangkat tangan kanannya dan menggerakkan kekanan dan kiri tanda tidak menyetujui permintaan Riki.

"Sudah, tidak apa-apa, biar aku saja yang mengantar kamu, lagian aku belum pernah lihat rumah kamu."

Lanjut Riki santai.

"Tapi Rik... aku tidak mau orangtuaku tahu kalau aku pulang dengan laki-laki. Aku takut mereka berpikiran yang aneh-aneh tentang kita."

"Tidak apa-apa, aku tidak akan masuk, bilang saja aku Amanda nanti kalau orangtuamu tanya kok tidak masuk kamu bilang saja kalau Amanda sedang terburu-buru."

"Aduh Rik, jangan gitu.." jawab Denna dengan Raut wajah khawatir.

"Sudahlah tenang saja.." sahut Riki

"Sudah kamu tinggal saja Nda, nanti biar aku yang antar Denna." Riki tetap bersikukuh ingin mengantar Denna.

"Ohh.. ya sudah Riki ,Denna, aku duluan ya?"Amanda segera meninggalkan mereka berdua.

"Ayo Na, aku harus mengambil mobil dulu. Kita lewat belakang rumahku saja. Sambil lihat pemandangan disekitar dan kamu pasti belum tahu tempat lain disekitar sini" Sambil memegang tangan Denna.

Riki mengajak Denna ke rumahnya melalui pintu belakang, sebelum sampai di rumah Riki, mereka harus berjalan hingga sampai bertemu dengan gang kecil. Lampu kelap kelip masih menghiasi tempat itu. Sungai yang lumayan lebar dengan bebatuan besar di tengah-tengah dan tepi sungai tampak terlihat karena pancaran sinar lampu disekitarnya.

Beberapa orang masih menikmatinya, terkadang sampai larut malam masih saja ada yang datang bahkan sampai pagi jika malam minggu tiba. Tempat ini selalu penuh, namun tak banyak orang tahu tempat ini, mungkin hanya orang sekitar dan orang-orang tertentu saja bahkan Sindi dan yang lainnya baru mengetahui.

Riki masih menggandeng tangan Denna. Ini adalah kali pertama mereka berbicara banyak.

Namun Riki sudah menunjukkan tanda-tanda adanya ketertarikan kepada Denna. Begitu mudahnya ia merasa nyaman dengan Denna.

Denna yang masih tidak menyangka jika Riki menggenggam tangannya. Dia hanya terdiam tak dapat berkata apapun. Namun Dia terlihat kaku dengan situasi itu, terlihat dadanya tegak dengan menghembuskan nafas pendeknya berulang kali.

Riki yang tampak santai dan luwes menikmati suasana, mereka berjalan begitu pelan.

"Na, mau makan jajanan apa?"" Mumpung disini" tanya Riki menatap wajah Denna sambil tersenyum manis.

"Tidak perlu Rik, aku sudah kenyang."

Jawab Denna sedikit malu.

"Jangan malu, biar aku yang bayarin."

Sahut Riki yang yampaknya menyadari sikap Denna.

"Tidak usah Rik, lebih baik segera antarkan aku pulang.""Aku takut otangtuaku mengkhawatirkanku."

Lanjut Denna yang tiba-tiba teringat harus segera pulang.

" iya.. tenang, ini juga kita sedang mengarah ke rumahku. Kalau lewat sana tadi terlalu jauh, jadi kita harus lewat sini."

Riki dan Denna mulai berbelok pada gang sempit, terlihat banyak sekali pria wanita yang masih sibuk mengobrol di gang sempit itu di kanan dan kiri. Ada yang duduk dikursi panjang, ada pula yang berdiri

Riki melepas tangan Denna karena tak mungkin ia tetap bergandengan tangan di gang sempit yang sulit dilalui karena banyaknya orang disitu.

Denna yang merasa tak nyaman, menyempitkan pundaknya berusaha tak menyentuh orang disekitarnya.

Tampak dihadapannya wanita dengan pakaian seksi serba terbuka, dan laki-laki ber-jas yang merangkul salah satu wanita disana.

Denna meboleh kesebelah kirinya laki-laki bertato macan sedang meminum air dari botol yang telah berjajar disampingnya. Tepat dibawah sinar lampu kecil berwarna putih ia terduduk dengan kedua tangan di kedua lututnya. Sungguh pemandangan yang tak biasa bagi Denna.

Wajah Denna yang tampak khawatir dengan sedikit meringis melihat orang disekitarnya.

Denna mengikuti langkah Riki dari belakang.

Diujung gang kecil itu ada pintu yang dijaga orang berbadan besar dan bertato dengan muka yang tampak beringas tanpa senyum.

Riki menuju kearah pintu itu, tepat didepan pintu, orang berbadan besar dengan tato ditangannya membukakan pintu untuk Riki.

Terlihat didalam sana lebih ramai ketimbang jalanan sempit tadi yang telah mereka lalui.

Terlihat banyak sekali botol berjajar dibagian samping kanan dan kiri dengan wanita yang berjaga disampingnya, dibagian tengah banyak orang pria dan wanita menikmati musik sambil berjoget.

"Rik.. apa kita tidak salah jalan." Sambil melongo menatap arah depan.

"Bahaimana kita akan masuk ke pintu belakang rumahmu?" Tanya Denna dengan wajah aneh dan tatapan tak percaya melihat orang-orang yang menari-nari tak karuan.

Riki hanya tersenyum.

"Na, ayo lewat sini"

Sambil menarik tangan Denna melewati gang yang dibatasi dinding di kanan kirinya.

"Kok kita ini seperti berputar-putar terus ya?""kamu kok betah si tinggal ditempat seperti ini?"

Tanya Denna sambil terus mengikuti Riki.

"Ya betah saja, aku sering kesitu juga jika aku jenuh di rumah, orangtuaku selalu sibuk bekerja. Teman-teman juga jarang bisa kesini karena terlalu jauh, mereka datang kalau aku undang saja."

Denna hanya menyimak.

Setelah melalui gang sempit satu langkah didepan Riki terlihat ruangan yang luas lalu terdapat pintu besar. Disamping pintu ada sepeda berukuran sedang  dan satu meja serta dua kursi.

" ayo masuk" Ajak Riki sambil membuka pintu yang sudah sedikit terbuka.

"Ya ampun luas sekali Rumah kamu."

Matanya membelalak melihat ke tiap sudut ruangan belakang rumah Riki."

tampak mobil Riki yang terparkir digarasi yang luas dan terbuka.

"Na, mau mampir kedalam dulu atau langsung pulang?" Tanya Riki sambil memegang pundak Denna.

"Langsung pulang saja Rik""sudah terlalu malam" jawab Denna menoleh ke Riki.

"Ohh.. ya sudah ayo masuk!" Pinta Riki membukakan pintu untuk Denna.

"Iya Rik" sambil tersenyum dan masuk.

Riki segera masuk kemobil, dia terdiam sambil menatap kearah depan.

"Na, kamu mau tidak jadi pacar aku?"

"Deg" Denna terpana menoleh kearah Riki.

"Apa Rik?" Tanya Denna mencoba memastikan bahwa yang didengarnya benar.

"Kamu mau tidak jadi pacar aku?" Tanya Riki kedua kali sambil menatap tajam Denna.

Denna terdiam seolah berpikir keras tentang jawaban apa yang tepat untuk Riki.

"Rik..... kamu kan baru kali ini ngobrol lama sama aku, kamu belum tahu aku dan keluargaku seperti apa?"

"Kan kita baru mau tahap mengenal, apa salahnya jika aku ingin jasi pacar kamu, aku ingin kenal kamu lebih jauh" jawab Riki.

Denna yang masih tampak berpikir

"Aku tidak perduli apa latar belakang keluargamu."" Aku suka sama kamu Na, kamu mau kan jadi pacar aku."

Denna mengangguk pelan sambil tersenyum tipis.

Riki seketika merangkul Denna.

Denna yang tampak kaget terlihat dari raut wajahnya metasa tak menyangka semua yang terjadi hari ini.

Denna hanya membiarkan Riki dan mencoba memahami situasi yang berbeda dari ketika ia datang.

Denna hanya diam tak tahu harus berbuat apa, apakah ini baik ataukah buruk dia tak mengerti.

"Terima kasih ya Na, sudah menerima aku menjadi pacarmu"

Senyum Riki sambil melepas peluknya kepada Denna.

Dena hanya tersenyum kaku.

"Ayo Rik, antarkan aku pulang."minta Denna kepada Riki, tampak sangat khawatir.

"Iya.. iya.." dengan santainya Riki berkata kepada Denna yang terlihat cemas.

"Na... ?" Riki yang kemudian menatap ke Denna.

"Iya.... ap'?" Dengan cepat dan tak didisangka oleh Denna, Riki menciumnya.

"Riki.." jawab Denna lirih setelah apa yang dilakukan Riki kepadanya.

Denna bingung harus bersikap bagaimana kepada Riki.

Denna hanya terdiam menatap Riki setelah ia menyebut nama Riki seperti sedang memikirkan sesuatu.

Mungkin terlalu dini bagi Denna jika Riki harus mengungkapkan dsn bersikap seperti itu.

Walau Denna memiliki harapan kepada Riki sejak dulu.

Tapi setelah melihat sikap Riki yang begitu, dia merasa sedikit berbeda.

"Na..kok kamu diam" tanya Riki kepada Denna yang terus terdiam.

"Ayo Rik, aku harus pulang, sudah semakin larut" jawab Denna.

Hanya kata itu saja yang Denna ungkapkan.

"Iya Na."Riki segera menghidupkan mobilnya dan mengatar Denna pulang.

Selama perjalanan pulang Denna hanya diam. Denna menatap tajam kedepan tanpa menoleh kearah Riki.

Sampainya didekat rumah Denna langsung keluar dari mobil dan masuk kedalam rumahnya.

Ditempat duduk bapak dan ibu sudah menunggu kehadiran Denna.

"Denna.. ! kenapa sampai malam begini?." Tanya ibunya yang tampak cemas.

"Iya bu, saya minta maaf, acaranya panjang, jadi saya hanya bisa menunggu untuk diantar pulang."

"Na, jangan sampai tetangga menilaimu yang tidak-tidak."" Kita ini sudah sering jadi pembicaraan tetangga, masalah ayam saja sudah kemana-mana." Lanjut ibunya.

Sedangkan bapak Denna hanya menyimak pembicaraan sambil menikmati rok*k racikannya.

"Iya bu, Denna ngerti."

"Ya sudah sana, segera tidur, besok kita masih harus keliling." Dengan menghela nafas panjang ibunya memintanya untuk segera beristirahat.

"Iya bu" Jawab Denna lirih.

Lusi yang sudah tertidur lelap tempat tidur. Namun Denna tak dapat memejamkan mata. Dia terus terbayang akan wajah Riki. Sosok laki-laki yang selalu ia kagumi.

"Kenapa dia bisa semudah itu?"katanya lirih sambil terpaku menatap sesuatu.

Lalu ia menarik selimut dengan mata yang masih enggan tertutup.

Pov. Amanda

Kupandangi kamarku yang tak semenarik dulu. Hari-hariku yang telah berubah. Aku menyadari sekarang menjadi sedikit berbeda.

Kulakukan semua yang awalnya tak mudah bagiku untuk menutupi segala yang telah terjadi padaku.

Rasa indah yang bisa kurasa sekarang hanya terlihat samar-samar saja.

Ini karena luka yang belum juga bisa terobati.

Aku masih terus berusaha memaafkan peristiwa yang telah terjadi, tapi tak semudah yang kubayangkan.

Aku hanya takut bila suatu saat mereka tahu apa yang terjadi padaku.

Aku tak bisa bayangkan apa yang terjadi pada semua temanku jika mereka tahu kebenaran tentang diriku.

Namu zeeya Amanda melty anak kedua dari dua bersaudara.

Ayahku bernama Prastyo seorang pengusaha terkenal di daerah tempat tinggalku. Sedangkan kakakku bernama Denish Septa yang kini sedang kuliah di luar negeri.

Ibuku bernama Nirmala namun dia sudah meninggal 3 tahun yang lalu.

Kakak dan ibuku tak tahu apa yang terjadi padaku.

seadainya ada mereka disini, mungkin mereka bisa menasehatiku dan sedikit mengobati rasa sakit ini.

Jika kakak tahu apa yang terjadi padaku dan Diky tentu dia akan marah besar.

"Aggghhhhh.." (menggenggam kuat bantal putih dengan kedua tangan didada).

"Diky.. kenapa kamu lakukan ini kepadaku" hiks..hiks.

"Berharap tak lagi bertemu kamu, tapi tadi malam kamu muncul lagi didepanku. Mengingatkan kembali kejadian yang masih sangat jelas kulihat terjadi."

"Tapi.. dimana Dishi?"" Apakah kamu mencampakkannya seperti kamu mencampakkanku.""tampaknya kamu memiliki yang baru lagi. Apakah kamu menganggapku seperti seorang pelac*r, yang bisa menemanimu dikala kamu butuh saja?"

"Aaaaaagghhhhkkk.."( melempar bantal kearah jendela yang tertutup).

Tangisku pecah kembali kali ini seperti pertama kali aku tersakiti olehnya dan haru menerima kenyataan pahit ini"

"Hiks..hiks.."

Diky Romero, dia adalah mantan kekasihku yang dulu.

Awalnya kita bertemu saat aku mulai memasuki sekolah di SMA pilihan.

Disana aku menemukan sahabat namanya adalah Dishi.

Aku adalah murid berprestasi di sekolah. Dulu aku gadis yang ceria dan penuh percaya diri. Kepercayaan diri semakin memberikan aura yang lebih pada diriku. Banyak siswa memujaku termasuk dari kalangan pria baik teman sekelas maupun kakak kelasku.

Hanya saja aku tak menghiraukan mereka. Disitulah Diky mulai mendekatiku dan kamipun berpacaran. Karena sibuk dengan pacarku aku jadi melupakan sahabatku.

Lalu kemudian aku menyadari dan mengajak sahabatku selalu ikut dengan acara kami berdua.

Semakin lama gaya pacaranku dengan Diky semakin berlebihan.

Akhirnya aku hamil dan ini bukan kemauan kita, karena saat itu Diky terlalu mabuk dan tak sadarkan diri. Aku kira dia sadar dengan apa yang dilakukannya ternyata tidak.

Ketika aku mengatakan bahwa aku hamil, Diky mulai menjauhiku dan jarang sekali membalas pesanku. Semakin lama ia seolah menjauh menghilang.

"Aku tak tahu apa yang ia lakukan. Kenapa ia menjauhiku dan mencoba pergi disaat aku sudah begini.

Apakah dia belum siap dengan kenyataan ini?"

"Lalu kenapa dia melakukan ini kepadaku"

Begitu bodohnya aku terlalu mempercayainya.

Begitu juga dengan Dishi, dia mulai menjauh saat aku membutuhkannya. Sebenarnya dia tak tahu kalau aku hamil. Belum sempat aku bercerita sikapnya sudah berubah kepadaku.

Setelah apa yang terjadi padaku, aku menjadi pribadi yang tertutup. Aku takut jika ayahku tahu. Bagaimana reaksinya kepadaku.

Aku selalu mengurung diriku. Aku terus memukul-mukul perutku. Aku yang merasa belum siap menerima kenyataan ini dan lagi Diky meninggalkanku. Aku benar-benar terpuruk.

Hingga suatu pagi rasa basah ditubuh membangunkanku. Ternyata darah yang begitu banyak. Mungkinkah aku haid, tapi jelas tidak mungkin karena aku sedang hamil.

Aku berteriak dan ayahku memdengarku lalu melihatku yang penuh darah. Ayahku segera membawaku ke Rumah Sakit.

Akhirnya ayah tahu apa yang terjadi padaku.

"Sebenarnya ayah sudah curiga kenapa kamu mengurung diri terus di kamar. Ayah sempat mendengarmu menangis, tapi ayah mencoba berpikir positif. Ayah pikir hanya putus cinta saja, karena untuk usiamu hal itu biasa.

Maafkan ayah yang hanya terfokus pada pekerjaan ayah. Ayah tak meluangkan sedikitnya waktu untuk kamu"

Sambil tertunduk ayah seolah menyesalinya.

Aku yang masih terus menangis.

"Amanda, besok kamu ayah pindahkan ke sekolah dekat tempat kerja ayah."

"Tapi bagaimana dengan kehamilanku yah"

"Anakmu tidak dapat dipertahankan Nda""rahimmu terlalu lemah" ayah tertunduk kembali lalu kemandangku.

"Apa maksud ayah?" Aku hanya memastikan apa yang kupikirkan. Benarkah aku mengalami keguguran.

"Mungkinkah karena yang yerus memukuli perutku."

"Hiks..hiks.." tangisku semakin pecah tak percaya. Aku merasa menyesal, entah kenapa aku seperti tak rela. Kupukul perutku saat itu karena aku merasa marah dan sangat marah karena Diky tak memiliki rasa tanggung jawab dan kemudian menjauh seperti tak mau berurusan denganku.

Ayahku yang begitu sabar.

Hanya menemui Diky dan orangtuanya meminta pertanggung jawaban. Tapi orangtua Diky tak mau dan ayah mencoba melaporkan jika tak ada itikad baik sebagai wujud pertanggung jawaban. Akhirnya orangtua Diky hanya memberikan untuk biaya operasi anakku.

Meskipun orangtuanya setuju menikahkan tentu aku sudah tak mau lagi menerima Diky. Setelah mengetahui sikapnya yang lari dari tanggung jawab.

"Hemz... "sedikit tertawa geli mengingat saat itu.

Bahkan dia tak berani menghadap ayahku. Sungguh memalukan, kenapa aku bisa sampai menyukainya dulu.

Aku menyetujui keinginan ayah memindahkanku ke sekolah yang baru.

Aku harus memulai hidupku dari nol lagi. Aku harus lebih menata sikapku dan tentu tidak mudah terbujuk rayuan gombal dan terlihat baik hanya dari luarnya.

Lebih baik saat ini lebih terfokus pada sekolah. Yentu. Bila sudah waktu nya nanti, mudah sekali aku melihat laki-laki yang tepat.

Semua belajar dari pengalaman diri dan juga orang lain. Jangan sampai aku jatuh ke lubang yang sama.

Ternyata di sekolahku yang baru teman-teman menyambutku dengan ramah.

Aku berharap tak ada yang tahu tentang keadaanku sebenarnya.

Aku memilih duduk dengan Denna tentu karena dia perempuan. Aku akan merasa lebih nyaman bila duduk bersama anak perempuan.

Aku lihat Denna anaknya sedikit pemalu, tapi dia baik dan bahkan dia mengagumi diriku dan ingin menjadi seperti.

Aku tidak tahu apa yang ia pikirkan tentang teman-teman yang ada disekitar.

Ia begitu pemalu dengan sikapnya yang terlihat kurang percaya diri. Padahal dia cantik tapi dia tak gunakan itu untuk menumbuhkan kepercayaan dirinya.

Aku memang tak pernah berada diposisinya. Tentu akan terasa berbeda jika kita mengalaminya sendiri dan orang lain hanya mudah untuk berkata seperti halnya diriku.

Aku melihat dia memperhatikan Riki. seperti ada Rasa yang terpendam. Tapi Riki seolah hanya memperhatikanku. Mungkin itu sebabnya Denna ingin menjadi sepertiku. Denna ingin sekali merubah dirinya, namun tak tahu caranya.

"Dia tampak sedih, Begitu susahnyakah untuk merubah diri?" Batinku.

Kusadari sebenarnya Denna lebih cantik daripada aku. Hanya saja sikap Denna yang kurang percaya diri membuatnya tak tampak menarik terutama didepan Riki.

Begitu mudahnya Riki mengungkapkan perasaannya padaku di hari pertama bertemu. Maka akan mudah bagi Denna menarik perhatian Riki.

Sekilas saat Riki mengajakku aku menatap wajah Denna yang terlihat cemburu, namun tak begitu mencolok dibanding Sindi.

"Hahaha.., Sindi..sindi.." padahal dia lebih percaya diri dibanding Denna, tapi dia tak berani mengungkapkan perasaannya.

Tentu tak akan ada hasilnya bila harus terus menunggu, apa lagi melihat Riki yang tak begitu tertarik padanya. Sampai kapanpun juga ya hanya akan terus terpendam.

Terkadang merasa aneh dengan sikap sindi yang befitu berani fengan yemannya yang lain tapi ketika Riki mulai berbicara diaseakan tak mampu berkutik.

Riki mengundang kami keacaranya.

Ini adalah. Kesempatanku membantu Denna mewujudkan keinginannya. Aku hanya mencoba merubah penampilan Denna agar terlihat menarik didepan Riki.

Aku membawakan beberapa baju milikku yang sudah tak kupakai lagi.

Baju yang membuat Diky tertarik padaku dan aku tak ingin menggunakannya lagi.

Semua pemberian Diky kuberikan kepada Denna.

Aku yang tidak sabar menyaksikan reaksi Riki dan Denna.

Namun semua itu tidak dapat aku saksikan karena aku bertemu Diky disana,.

Diky terus bertanya dan bertanya kepadaku, kuluapkan segala amarahku dan kekecewaanku kepadanya supaya ia tahu betapa sakitnya.

Tak lama seorang wanita datang dan menuduhku bahwa aku datang untuk menemui Diky lalu memintanya untuk kembali. Tentu aku tak terima, kuungkapkan semuanya tapi ia tak percaya.

Aku berharap Denna tak mendengar pembicaraan ini.

Lalu aku mencoba menjauh dari mereka namun Diky menyusulku begitu juga perempuan itu yang tak terima dengan semua penjelasanku.

Mungkin Diky telah membohonginya.

Aku sudah tidak perduli dengannya dan aku sudah tak ingin ada urusan lagi dengan mereka.

Tapi yang kupikirkan dimana Dishi?

Secepat itu mereka putus?

Terakhir kali aku melihat mereka berdua di kos-kosan Dishi, entah apa yang mereka lakukan disana.

Dishi tak pernah bercerita tentang Diky sama sekali, jadi kukira dia tak tertarik padanya.

Aku yang sudah menganggapnya seperti saudaraku sendiri, tapi dia sama saja menikamku dari belakang.

Mungkin itu sebabnya Riki kemudian menjauh dariku dan tak mau bertanggung jawab karena dia sudah ada Dishi.

"Mereka telah berselingkuh dibelakangku. Entah sudah berapa lama itu terjadi?"

"Ahh.. sudahlah tak perlu lagi dipikirkan."

Air mata ini terus menetes setiap kali mengingatnya.

Aku telah melewatkan makan malam bersama temanku gara-gara laki-laki yang tidak bertanggung jawab.

Temanku tampak terdiam melihat wajahku mungkin karena mataku yang tampak membengkak karena aku tadi menangis sejadi-jadinya.

Ditambah wanita itu yang semakin membuatku amarah tak terbendung serta tangisan yang semakin pecah.

Aku minta maaf kepad meteka semua termasuk Denna yang sudah kutinggalkan sendiri di kamar mandi, dia pasti datang sendiri mencari teman-teman yang lain.

"Aku lihat dia duduk di dekat Riki.

Riki sudah bersikap biasa terhadapku mungkin karena ada Denna didekatnya.. atau Riki sudah mulai tertarik padanya?"

"Aku berharap Riki benar-benar lelaki yang baik. Semoga keinginan Denna dapat segera terwujud.

Ini adalah awal dia merubah dirinya.

Waktu sudah mulai malam.

Dan ayah telah meneleponku, dia sekarang lebih perhatian dan pasti khawatir takut peristiwa yang lalu terulang lagi.

Awalnya Denna ingin ikut denganku pulang tapi Riki memintanya.

Aku menunggu sampai ada keputusan, karena aku tak dapat meninggalkan Denna jika ternyata Denna tidak ingin diantar.

Tapi Riki tetap bersikeras ingin mengantar Denna, akupun memutuskan untuk pamit ketika Denna kemudian hanya Diam.