Chereads / SALAH JALAN / Chapter 6 - Selingkuh

Chapter 6 - Selingkuh

POV Denna

Aku terus mengikuti mereka, karena rasa penasaranku. Aku tak ingin begitu saja menuduhnya dan aku hanya ingin melihat kebenarannya.

"apakah wanita itu kakaknya? atau adiknya? atau mungkin dia benar pacarnya yang lain?"

tapi mereka semakin lama terlihat semakin mesra.

Hatiku yang sedari tadi terus bertanya-tanya. Kakiku mulai terasa gemetar, dan jantung ini berdetak kencang seakan tak menerima apa yang sedang kulihat, namun tak dapat berbuat apa-apa selain hanya diam dan mencari sebuah jawaban.

Tak lama mereka masuk melalui salah satu pintu yang berjajar dengan jarak kurang lebih 3 meter dari pintu lainnya. Di salah satu ruangan yang aku tidak tahu didalamnya lebar atau tidak, yang jelas tampak gelap, mungkin karena lampu yang belum dihidupkan.

"Ruangan apa itu?" kenapa mereka hanya berdua saja masuk kedalamnya?"

hati ini tak hentinya bertanya.

lalu Riki menutup pintunya dari dalam.

aku semakin tak kuasa menerima ini, aku masih belum menemukan jawaban atas pertanyaanku sendiri.

sambil menunggu mereka keluar, aku melihat ponselku dan kubaca pesan dari Riki.

"malam sayang.." "kamu lagi apa sekarang?", "aku kangen nihh.." " yang.. kok tidak dibalas sih..." " yang... kamu dimana?"

aku tak sempat membalas pesannya, tapi kemudian aku bertanya balik ke Riki.

"ky... kamu ada dimana sekarang?"

"apakah pertanyaan itu terlalu mencurigakan?"

lalu kulihat kembali pesan yang baru saja kukirim".

"ahh sudahlah, aku hanya ingin tahu, lagian dia tak akan tahu jika aku sedang mengikutinya." karena yang dia tahu, aku selalu sibuk di rumah dan selalu menolak jika ia ajak pergi.

apakah karena aku terlalu sibuk sehingga ia mencari yang lain, atau itu hanya saudaranya saja yang harus ia temani.

Tentu aku tak bisa langsung men-cap Riki seperti itu, karena yang kutahu selama inidia baik dan sangat perhatian, walaupun kita tak bisa sering bertemu.

sudah satu jam lebih aku menunggunya namun mereka belum juga keluar dari ruangan itu. Kulihat kembali pesan yang kukirim, juga belum ia balas.

Tak kusadari saat mata ini mengamati tempat sekitar, seorang wanita sedang menatapku tajam dengan sedikit tersenyum.

Akupun mencoba mengalihkan pandanganku ketempat lainnya, karena wanita itu terus saja memandangku tak lama kutoleh lagi, tapi dia masih saja menatapku.

Entah mengapa dia menatapku seperti itu? pakaiannya tak jauh berbeda dengan wanita yang bersama Riki.

hanya saja wanita ini lebih berwarna dengan atasan berwarna kuning tua dan bawahan kuning keemasan bersinar gemerlapan terkena cahaya lampu.

dilengkapi stocking jaring kecil berwarna hitam.

dengan tinggi tubuh yang kurang lebih 169 cm, badannya kecil dan seksi, kulihat dari sorot matanya dia dia terlihat sangat berani dan tak terlalu banyak bicara.

Ia duduk disamping salah satu pintu yang sedang tertutup dengan kaki bertumpu menyilang. Tak lama ia mulai berdiri dan mendekatiku.

Tepat disebelahku dengan pant*tnya sedikit menyondong kebelakang dan kedua tangan bertumpu pada pagar dinding yang tidak terlalu tinggi

Sedang dibagian depanku ada tanaman yang tingginya sama dengan tinggi tubuhku yaitu 160 cm. Daunnya tidak begitu banyak sehingga aku masih bisa melihat kearah depanku yang jaraknya agak jauh dari sela-sela rantingnya.

" Tempat ini adalah obat bagi orang yang merasa bosan hidup normal dengan aktivitas yang sering mereka lakukan dan orang-orang yang butuh hiburan serta kenikmatan lainnya.

Selain itu juga, tempat ini merupakan tempat berkumpulnya orang-orang yang membutuhkan uang."

tiba-tiba saja wanita yang ada disampingku berkata, yang aku tak tahu jelas apa maksud dari ucapannya tadi.

" apa maksudnya dengan tempat berkumpulnya orang yang membutuhkan uang?" tanyaku kepada wanita itu, karena aku juga membutuhkan uang saat ini.

"kamu lihat sendiri aku dan wanita yang tadi bersama seorang laki-laki masuk kedalam ruangan itu"

"kami kesini, ada ditempat ini dan berpakaian seperti sekarang yang kamu lihat ini, bukan tanpa alasan semua yang kulakukan."

"Sebab ini semua adalah karena uang, kalau bukan karena itu, jelas aku tidak mau ada disini." lanjut wanita itu.

" lalu apa yang kalian lakukan ditempat ini."

"ya tentu saja aku bekerja disini."

" pekerjaan yang bagaimana?"

" aku tidak tidak percaya ya.. bagaimana kamu bisa tak mengetahui pekerjaan kami dari pakaian dan tempat yang kamu lihat sekarang ini?"

" aku benar-benar tidak tahu." kataku kepadanya.

" jika kamu ingin tahu lebih, besok datanglah kemari, dan akan kutunjukkan serta akan kuceritakan semua."

"hubungi aku, ini nomorku." sambil menyodorkan kartu namanya kepadaku.

Tak lama setelah wanita itu memberikan kartu namanya kepadaku, kulihat Riki keluar dari ruangan itu, aku mencoba mengamatinya,

kulihat wajahnya sedkit memerah, dan rambutnya sedikit basah dibagian depannya, itu terlihat ketika ia berulang kali mengusap-usap rambut dan keningnya serta bajunya yang sedikit berantakan, ia keluar lalu terduduk. Tubuhnya tampak lemas, dan beberapa kali ia menghembuskan nafasnya, "knapa ia seperti orang baru lari 100 meter?" batinku.

tampak sekali terlihat dari sini dan pintu ruangan itu masih terbuka.

"dimana wanita itu."batinku lagi.

namun tak lama wanita itu juga keluar dengan tubuh yang juga nampak lemas lalu merangkul Riki yang terduduk.

" apa kamu mengenal wanita itu?"

tanya wanita yang ada disampingku, ternyata ia memperhatikanku.

"Tidak, aku tidak mengenal wanita itu", tapi aku mengwnal laki-laki yang ada disampingnya, dia adalah pacarku."

kataku kepadanya.

"sebenarnya apa yang mereka lakukan diruangan itu? kenapa setelah mereka keluar dari sana mereka terlihat seperti orang yang baru saja lari maraton?" tanyaku lagi mencoba mengetahui jawaban, siapa tahu ia bisa memberikan jawaban yang bisa membuatku mengerti.

" ternyata kamu itu terlalu bodoh ya...?"

"apa maksudmu?"

"apa kamu masih belum mengerti juga?"

"sudahlah.. lebih bsik kamu buang saja lelaki seperti dia..."

"kok beraninya kamu bilang seperti itu kepadaku?""apa maksud ucapanmu ini?"

" sudah jelas dia bukan lelaki baik, dia seorang penikmat tubuh, namun dia masih dengan wanita itu, belum dengan yang lainnya.

aku sering melihat mereka berdua, keluar masuk dari ruangan itu"

"kamu tahu?""ruangan itu adalah kamar, yang hanya ada satu tempat tidur dan satu kamar mandi saja. Meskipun lampu dihidupkan, lampu takkan bersinar terang, karena lampunya kecil sebagai pemanis ruangan saja."

" Apa kamu masih belum paham?"" mungkin kamu tidak mengerti dengan bahasa yang terlalu kasar ya? kujelaskan lagi ke kamu kalau mereka itu sedang melakukan hubungan suami istri disana.

" apa?"" tidak mungkin mereka...?"

" tapi kamu lihat sendiri kan?" ini adalah pekerjaan kami" tentu tak mudah bagi kami, yapi karena kami butuh uang, kami tidak perduli dengan lain-lain termasuk keluarga dari tamu kami.

"hik..hik..hik.." aku tak menyangka dengan apa yang aku lihat dan penjelasan dari wanita yang ada disampingku ini, dia begitu terbuka. Aku telah mengetahui jawaban yang aku ingin ketahui. Tapi jawaban yang kudapat ini sungguh teramat menyakitkan bagiku.

Badanku terasa lemas sekarang, laki-laki yang aku percayai, orang yang telah membuatku kagum dengan sikap baiknya selama ini serta yang telah membuatku nyaman berada disampingnya kini membuatku terluka bahkan jauh dari itu.

Secara pelan aku menjatuhkan diriku ketanah, wanita disampingku reflek memegangi tubuhku. Mungkin ia takut aku pingsan disitu.

"Sudahlah sekarang kamu pulang saja, besok temui aku jika kamu ingin tahu tentang kehidupanku." katanya pelan, sambil menatapku.

aku hanya menatap kosong sesuatu.

" apakah memang tak ada laki-laki yang benar-benar baik?" batinku.

akupun memutuskan pulang dengan pelan dan terus berjalan.

Aku mulai berjalan pulang, tak lagi kudengarkan wanita itu berkata. Aku hanya fokus pada jalan yang tak asing lagi bagiku. Walaupun mata tak benar-benar melihatnya, seakan kaki ini tahu kemana akan melangkah.

Dimana benda dapat menghalanginya, kaki ini tahu harus berbuat apa.

Saat pulangpun, masih banyak orang yang terus berdatangan dan beberapa juga menuju arah pulang.

"Ternyata dibalik tempat ini ada sebuah tempat yang tak disangka-sangka walau jaraknya tak terlalu jauh, namun tersembunyi dan dijaga, jelas saja karena hanya orang tertentu yang diperbolehkan masuk."

karena si penjaga sepertinya sudah mengenaliku, sehingga ia memperbolehkanku. untuk masuk kedalamnya.

aku bisa masuk kedalam sana karena Riki.

Sepertinya Riki sudah terbiasa kesana, tentu saja karena jika ingin ke rumahnya melalui pintu belakang, dia harus melewati jalan itu.

Entah sejak kapan ia sangat mengenal tempat itu dan masuk keruangan seperti itu.

Riki belum cerita banyak tentang latar belakangnya. Aku belum sepenuhnya mengenal Riki.

"Apakah Riki menyimpan sebuah rahasia besar lebih dari yang kulihat?"

"Sekarang aku harus apa? Apakah aku harus putus dengannya."orang yang tiap harinya aku kagumi dan puji kebaikannya."Kini yang kulihat hanyalah keburukannya."

Rasanya aku tak dapat fokus untuk beberapa hari. Padahal sebentar lagi ujian sekolah, aku belum tahu dapat uang dari mana untuk membayar ujian tulis dan praktekku.

Aku tak mungkin meminjam ketemanku, aku tak ingin menyusahkan mereka dan aku juga pasti tak bisa membayarnya.

" ohh.. Tuhan berikanlah aku jalan keluar dari semua masalah ini."

sambil aku terus berjalan, samar-samar ada yang memanggilku, semakin lama semakin jelas.

"Na.. Denna... tunggu." lalu kutoleh kearah datangnya suara itu. kulihat seorang wanita dengan tubuh yang kadang terlihat dan kadang tertutup oleh orang yang berjalan kesana kemari.

" Amanda?" kataku lirih.

"Na,.. kamu dari mana?" tepat didepatku sambil ia mulai menghentikan laju kakinya.

"Aku hanya jalan-jalan saja disekitar sini" kataku kepadanya.

"kamu sendiri ngapain disini Nda?"

"aku juga ingin menikmati tempat ini saja, rasanya kemarin aku belum puas, jadi aku kesini lagi bersama ayahku. sekarng dia masoh ada di gazebo itu"

yuk sekalian ikut makan bareng bersamaku dan ayahku." lanjut Amanada.

"Maaf Nda, tapi aku baru saja mau pulang takut kemalaman, soalnya aku sudah sejak tadi disini dan menonggalkan beberapa pekerjaan dirumah yang harus segera kuselesaikan sebelum tengah malam supaya besok aku tidak kesiangan.

"ohh begitu.. sebenarnya aku tadi ingin kirim pesan kekamu untuk acara ini, tapi aku ingat kamu selalu sibuk dan susah aku ajak keluar juga jadi aku tak jadi." lalu ini tadi aku baru sadar ternyata kamu yang sedari tadi jalan sendirian dan menundukkan kepala."

"kenapa kamu itu, kalau jatuh bagaiamana?"

"kalau kamu ada masalah cobalah cerita ke aku, siapa tahu aku bisa bantu". tanya Manda kepadaku dengan menatapku berharap aku bercerita.

"hheemmm.. aku cuma lagi banyak masalah saja Nda, maaf aku belum bisa cerita sekarang ya."" Sekarang aku ingin segara pulang saja, takut orangtuaku khawatir."

"ohhh... iya Na" atau saya antar saja kah?"

"Tidak usah Nda, aku hanya ingin jalan sambil menikmati suasana jalanan saja, tidak apa-apa jangan terlalu khawatir."

kulihat tatapan amanda yang tampak khawatir melihatku, aku tak menyangka memiliki teman yang begitu baik seperti dia, semoga dia tidak seperti Riki.

"Ya sudah hati-hati dijalan ya Na" Amanda memegang pundakku.

aku hanya menganggukkan kepala dan pergi melanjutkan jalanku yang sempat terhenti.

aku merasa Amanda masih memperhatikanku yang terus berjalan.

Pada akhirnya aku sampai didepan rumah, kulihat ibu tertidur dikursi bambu ruang tamu sedang bapak masih menikmati kopi yang tersisa dicangkirnya.

kakiku yang mulai melangkah kedalam rumah, bapak menoleh kearahku.

"Darimana saja Na?"" ibumu sedari tadi khawatir kamu yang tak juga pulang."

"aku hanya ingin pergi jalan-jalan diluar pak." kataku sambil terduduk dikursi lainnya.

Tak ada yang kuceritakan selama aku berada diluar.

lalu bapak merebahkan tubuhnya di atas karpet lantai.

kulihat dikamar lusi masih tidur, tepat ditengah tempat tidur dengan posisi yang tak karuan.

"hemmm.. lusi.. lusi.." sambil menggelengkan kepala.

kugeser badan Lusi agak kepinggir, ia tetap tak sadarkan diri walau bagian tubuhnya kutarik kesana kemari memposisikan tubuhnya agar terlihat lebih nyaman.

Aku mulai merebahkan tubuhku yang terasa ngilu dikaki dan bagian punggung hingga kepinggangku ditambah lagi kepala yang pusing memikirkan masalah. Aku yang masih belum menemukan cara lain untuk memperoleh uang sebagai tambahan kebutuhsn sehari-hari.

Sejenak aku teringat kata-kata wanita itu, tapi jika kulihat itu adalah pekerjaan yang kurang baik bagiku.

Keluargaku sudah seperti ini, apa bila orang lain tahu terutama tetanggaku tentu saja mereka semua akan memangsaku dan keluarga secara brutal, masalah bau kotoran saja bisa sampai menghadirkan orang satu RT. apalagi jika aku menekuni pekerjaan seperti yang dilakukan wanita itu, yang selalu pulang malam bersama laki-laki.

"ini nomor yang ia berikan, mungkin aku harus menyimpannya dulu"

"Apa yang ingin ia sampaikan ya? Mungkin aku perlu tahu banyak tentang dia dan tempat itu.

Aku lihat dia orang yang baik, dari caranya berbicara kepadaku sangat dewasa. Tapi kenapa dia mau bekerja disitu?" mungkin ini yang perlu aku ketahui.

Kulihat pesan Riki, ia membalas pesanku.

Ternyata benar ia berbohong, tak mungkin ia ada dirumah semalaman di dalam kamarnya.

Sudah jelas-jelas aku melihat sendiri dia bersama wanita lain.

Mungkin benar kata wanita itu tadi malam, Aku gadis yang bodoh, jika aku masih mempertahankan laki-laki seperti dia.

Pagi yang sejuk namun rasa sakit masih begitu terasa. Semakin lama terpikir semakin besar rasa kesal dan marah menyelubungi jiwaku.

Aku bukanlah Denna yang dulu. kini aku berani untuk mengambil hak bahagiaku dari laki-laki yang membohongiku dan selingkuh dibelakangku.

Tanaman yang baru saja kutanam dan nampak subur kini harus kucabut lagi, karena kehidupannya akan terancam oleh virus langka. Ini adalah jalan terakhir, Aku harus mencari tanah yang lebih subur lagi walau tak semudah yang kubayangkan.

Cinta yang telah mengakar, kini harus layu karena dicabut paksa melihat semua akan terasa semakin menyakitkan bila terus dibiarkan tumbuh.

Kulihat hari ini Riki telat datang, tentu saja mungkin tadi malam ia sudah sangat kelelahan. Aku sudah tak perduli, ini adalah keputusanku. kusadari berulangkali Riki menatapku, namun aku tak memperdulikannya, tak dapat lagi aku tersenyum atas apa yang telah aku lihat.

Kulihat Amanda fokus dengan pelajaran hari ini, ya! Ini adalah pelajaran kesukaannya.

Waktu istirahat tiba, bila Riki menghampiriku aku siap dengan apa yang ingin aku ucapkan.

Benar saja Riki datang menghampiriku saat bel istirahat baru saja berbunyi, mungkin ingin mengetahui jawaban dari semua sikapku akhir-akhir ini kepadanya.

"Na.... kamu kenapa si, tidak balas pesan dari aku?" katanya kepadaku yang berdiri tepat didepanku.

"Aku sudah tahu semuanya ki" jawabku yang masih terduduk di kursi.

"Tahu apa?" tanyanya penasaran.

"Aku tahu kamu berbohong"

"Siapa yang berbohong? Aku tidak pernah berbohong ke kamu, Na.

"Aku itu lihat kamu sama wanita lain tadi malam, lalu masuk kegang yang pernah kamu kunjungi bersamaku, lalu kamu masuk keruangan bersama wanita itu dan ternyata itu adalah kamar yang sering digunakan untuk berhubungan intim."

"Apa maksud kamu, kamu ini ngomong apa siih!"

Terlihat cara berbicara Riki sedikit berbeda.

"Terus mau kamu apa?" kata Riki yang tampak emosi mengetahui aku tahu kebenaran yang adalah rahasia yang disembunyikannya selama ini.

"Aku mau kita PUTUS." jawabku seketika berdiri.

"Oke.. terserah kamu" katanya dengan mudah.

"Sudah mulai terlihat sifat aslinya sekarang, dia bahkan tidak menyangkal tuduhanku.

berarti itu memang dia.

Ternyata orang yang kuanggap baik dia lebih buruk dari yang kulihat buruk.

Sungguh rasanya sakitnya benar-benar menusuk, sebab kepercayaan yang kuberikan tak mendapat keistimewaan dihatinya.

Dia adalah lelaki terburuk yang pernah aku temui.

Riki melangkah keluar ruangan, dan aku yang terduduk tak kuasa menahan lagi rasa sakitku.

Air mataku mudah sekali mengalir, terutama saat ini, kukeluarkan untuk orang yang buruk.

"hiks...hiks..."