"Malam."
"Udah pada tau kan semuanya kenapa kita berkumpul di sini pada malam ini. Sebelumnya selamat kepada Pak Hans dan Ibu Aleysa yang sudah menikah beberapa hari yang lalu. Mereka berdua sengaja menikah tanpa di buatkan pesta sebelumnya karena itu semua keinginan dari pihak orangtua pengantin perempuan yang sekarang ini sudah meninggal dunia. Yaitu Ayah dari Ibu Aleysa."
Hans terkejut dengan perkataan pembawa acara barusan. Hans takut jika masalah kecelakaan antara Hans dan Ayahnya Aleysa itu di bahas juga di sana.
"Sial. Kenapa masalah meninggalnya Ayah Aleysa di bahas di sini? Atau jangan-jangan ini semua jebakan? Ini semua ulahnya Aleysa yang sengaja mau mempermalukan aku di depan umum? Kurang hajar Aleysa," pikir Hans di dalam hatinya.
Hans mulai merasa panik. Tangannya terasa sangat dingin. Wajahnya juga terlihat sangat tegang. Padahal pembawa acara itu belum melanjutkan perkataannya.
"Maka dari itu Pak Hans dan Ibu Aleysa menyetujui pernikahan itu. Dan baru sekarang lah mereka berdua sempat merayakan hari bahagia mereka. Dimana pernikahan ini semoga adalah pernikahan yang pertama dan terakhir bagi mereka berdua."
Setelah mendengar kelanjutan dari pembawa acara itu Hans kini sudah merasa lebih tenang dari sebelumnya. Hingga akhirnya setelah itu Hans dan Aleysa berjalan di atas panggung sambil bergandengan tangan. Semua mata para tamu hadirin tertuju kepada mereka berdua. Betapa terlihat sangat cocoknya mereka berdua. Hans yang tampan dan Aleysa yang cantik terlihat sangat serasi.
Nenek dari Hans pun merasa sangat senang melihat pemandangan itu. Dimana cucu kesayangannya bisa merayakan hari bahagianya dengan wanita yang Neneknya sukai. Walaupun sampai saat ini Hans masih belum bisa mencintai Aleysa sedikit pun. Tetapi Neneknya yakin suatu saat nanti Hans bisa mencintai Aleysa seperti dirinya yang mencintai Emily saat ini.
"Cantik banget ya Aleysa. Hans juga tampan banget," ucap Neneknya.
"Iya lah Mom. Mereka berdua itu emang pasangan yang serasi. Nanti kalau mereka punya anak, pasti anaknya juga tampan dan cantik," jawab Mamahnya Hans.
"Oh iya. Nenek jadi kepingin punya cucu. Danisa itu kan belum bisa kasih cucu ke Nenek. Kalo gitu Nenek mau minta cucu sama Hans dan Aleysa aja."
"Hehe, iya, Nek."
Mamahnya Hans hanya bisa tertawa kecil mendengar permintaan Neneknya Hans barusan. Karena Mamahnya Hans tahu betapa Hans tidak mencintai Aleysa sedikit pun. Sehingga untuk mempunyai cucu dari Hans dan Aleysa seladtji sangat tidak mungkin.
"Mommy ini ada-ada aja. Mau punya cucu dari Hans dan Aleysa. Hans aja ga cinta sama Aleysa. Mana bisa punya cucu dari mereka berdua. Salah ngomong emang aku tadi," ucap Mamahnya Hans di dalam hatinya.
Sedangkan acara terus berlanjut. Acara demi acara Hans dan Aleysa lalui. Semua tamu undangan juga memberikan ucapan selamat kepada Hans dan Aleysa. Seharusnya malam ini menjadi malam yang terindah bagi pasangan pengantin. Tetapi tidak bagi Hans. Hans merasa sangat tertekan mengikuti acara pada malam ini. Yang ada di otak Hans justru hanya lah Emily. Lagi-lagi Emily, Emily, dan Emily.
"Ya ampun. Ternyata banyak rekan kerja yang datang ke sini juga. Apa Emily juga tau acara ini? Kalo sampai dia tau, pasti Emily sangat sedih. Aku minta maaf ya sayang. Tapi aku janji, aku akan cepat-cepat terlepas dari pernikahan terpaksa ini dan akan segera menikah sama kamu," pikir Hans di dalam hatinya.
*******
Di luar sana sudah ada Ershad yang akan menghampiri Hans di rumahnya. Karena Ershad ingin memberikan pelajaran kepada Hans supaya Hans tidak mendekati Emily lagi. Bahkan Ershad berencana untuk memberitahukan semuanya kepad Hans jika sebenarnya Emily itu sudah pernah menikah dan bahkan dia sudah mempunyai seorang anak.
"Hans harus gua kasih pelajaran emang. Gua juga akan bongkar semua kebusukan Emily di belakang Hans."
Namun sayangnya ketika Ershad ingin masuk ke dalam rumah Hans, dia di cegah oleh beberapa satpam yang sengaja berjaga di depan rumah Hans.
"Maaf, Bapak siapa ya?"
"Saya mau bertemu sama Hans. Kalian semua jangan pernah halangi saya."
"Apa Bapak ada undangannya? Kalo tidak ada, Bapak tidak boleh masuk ke acara ini."
"Undangan? Undangan apa? Emangnya di dalam ada acara apa?"
"Undangan pernikahan Pak Hans dan Bu Aleysa. Kalo Bapak tidak punya undangannya, silahkan Bapak pergi dari sini."
Ershad sangat terkejut ketika mendengar kabar jika Hans sedang merayakan pernikahannya dengan wanita lain. Karena selam sini Ershad tidak tahu kalau Hans sudah menikah dengan wanita lain. Yang jelas bukan Emily.
"Apa? Jadi Hans sudah menikah dengan wanita lain? Tapi kenapa dia masih tetap menjalin hubungan sama Emily? Atau Emily ga tau tentang semua ini? Emily harus tau. Dia harus tau kalo laki-laki yang selama ini dia cintai itu telah mengkhianatinya," pikir Ershad di dalam hatinya.
Kesalah pahaman mulai terjadi. Ershad mengira jika Hans lah yang sudah mengkhianati Emily di belakangnya. Padahal Hans telah mengkhianati istrinya sendiri di belakangnya bersama dengan Emily. Ershad langsung mengambil foto rumah Hans yang sedang ramai karena acara dan di kirimkan kepada Emily.
*******
Malam ini Emily sedang me time di Apartemennya. Dia sedang memakai masker di wajahnya dan juga irisan timun di kedua kelopak matanya. Emily bisa sesantai itu karena dia memang tidak mengetahui acara pesta pernikahan antara Hans dan Aleysa pada malam ini. Tiba-tiba saja handphonenya berdering. Tanda pesan masuk di terima. Tetapi Emily malas melihatnya karena dia sedang tidak mau di ganggu kali ini.
"Siapa si? Ah palingan juga ga penting. Kalo penting pasti dia akan telepon aku," pikir Emily.
Tidak lama kemudian orang yang mengirimkan pesan kepadanya itu pun meneleponnya. Baru setelah itu Emily akhirnya mengangkat teleponnya. Karena Emily takut jika telepon kali ini penting atau datang dari Hans.
"Siapa si malam-malam kaya gini telepon. Atau jangan-jangan yang telepon Hans?" pikir Emily di dalam hatinya.
Setelah Emily mengecek handphonenya, yang meneleponnya kali ini adalah Ershad.
"Ershad? Ngapain coba dia telepon malam-malam kaya gini? Aku malas ah angkatnya. Palingan juga ga penting."
Emily mengabaikan telepon itu begitu saja setelah tahu jika yang meneleponnya adalah Ershad. Kemudian Emily melanjutkan me timenya dengan masker wajah dan irisan timun. Tetapi handphone Emily terus berdering tidak berhenti. Hingga akhirnya Emily emosi dan melepaskan masker wajahnya hanya untuk mengangkat telepon dari Ershad.
"Hallo. Kamu kenapa si telepon malam-malam kaya gini? Ga tau apa kalo aku lagi me time. Rusak kan jadinya masker wajah aku. Ganggu aku aja tau ga."
-TBC-