"Ershad? Ngapain coba dia telepon malam-malam kaya gini? Aku malas ah angkatnya. Palingan juga ga penting."
Emily mengabaikan telepon itu begitu saja setelah tahu jika yang meneleponnya adalah Ershad. Kemudian Emily melanjutkan me timenya dengan masker wajah dan irisan timun. Tetapi handphone Emily terus berdering tidak berhenti. Hingga akhirnya Emily emosi dan melepaskan masker wajahnya hanya untuk mengangkat telepon dari Ershad.
"Hallo. Kamu kenapa si telepon malam-malam kaya gini? Ga tau apa kalo aku lagi me time. Rusak kan jadinya masker wajah aku. Ganggu aku aja tau ga."
"Hallo Emily. Kamu emangnya ga tau kalo di rumah Hans sekarang ini lagi ramai?"
"Maksud kamu?"
"Iya, jadi Hans di rumahnya sedang merayakan pesta pernikahan dia. Emangnya Hans udah punya istri ya? Kok aku baru tau? Dan kenapa hubungan kamu dan dia juga masih berjalan?"
"Apa? Kamu ga becanda kan?"
"Ya engga lah. Ngapain juga aku becanda. Kamu liat aja foto yang aku kirim ke kamu."
"Oke sebentar."
Emily pun langsung melihat foto yang sudah di kirimkan oleh Ershad sebelumnya. Di foto itu sangat terlihat jelas betapa ramai dan indahnya rumah Hans dengan berbagai macam dekorasi. Emily yang melihatnya sangat emosi. Apalagi sebelumnya Emily juga sedang kesal dengan Hans karena malam ini dia tidak jadi makan malam dengan Hans.
"Oh jadi ini alasannya kenapa Hans batalin makan malamnya sama aku. Kalo gitu aku harus datang ke sana sekarang juga."
"Jangan. Ngapain si kamu datang ke sini. Lebih baik kamu ga usah pikirin Hans lagi. Ngapain si kamu masih mikirin dia. Dia aja udah ga mikirin kamu kan. Dia udah menikah sama wanita pilihan dia."
"Kamu ga tau apa-apa. Lebih baik kamu diam. Dan lebih baik kamu juga datang ke apartement aku. Karena di sin Maria sendirian."
"Tapi Emily...."
Belum selesai Ershad bicara dengannya tetapi Emily sudah langsung memutuskan sambunga teleponnya begitu saja. Emily langsung bersiap-siap pergi ke rumah Hans malam ini juga tanpa memikirkan anak kandungnya yang baru saja pulang dari rumah sakit.
"Sayang, Mamah pergi dulu ya."
"Mamah mau kemana?"
"Mamah ada pekerjaan yang harus Mamah selesaikan malam ini juga. Kamu jangan kemana-mana ya. Kamu diam aja di dalam sini. Karena sebentar lagi Papah Ershad akan datang ke sini. Bye sayang."
Emily tetap pergi ke rumah Hans. Maira yang mendapatkan sikap Mamahnya yang tidak peduli dengannya pun merasa sedih. Maira merasa jika Mamahnya sudah tidak peduli lagi dengannya.
"Mamah kok malah pergi si bukannya temanin aku di sini? Aku kan takut di sini sendirian. Apa Mamah udah ga sayang lagi ya sama aku?" pikir Maira di dalam hatinya.
*******
Emily pergi ke rumah Hans dengan menggunakan taksi online. Karena jarak dari Apartment Emily dan rumah Hans tidak terlalu jauh, sehingga hanya membutuhkan waktu sekitar 15 menit Emily sudah tiba di rumah Hans. Setibanya Emily di rumah Hans, di sana sudah terdapat banyak penjaga yang menjaga di depan gerbang rumah Hans. Emily sudah mau main masuk begitu saja. Tetapi ketahuan oleh para penjaga di sana dan langsung di amankan.
"Mba. Mba ini siapa ya? Apa Mba ada undangan? Karena syarat untuk bisa masuk ke dalam sini harus membawa undangan," jeals satpam di sana.
"Undangan apa si? Saya aja ga di kasih tau kalo akan ada acara seperti ini. Saya mau minta penjelasan sama pacar saya. Saya itu pacarnya Pak Hans."
"Mba jangan asal bicara. Di dalam itu adalah acara pernikahan Pak Hans dan Bu Aleysa. Mana mungkin kalo Mba itu adalah pacarnya Pak Hans."
"Ya maka dari itu. Saya mau minta penjelasan ke dia. Saya mau masuk sekarang juga."
"Maaf, Mba. Tapi Mba ga bisa masuk. Daripada Mba membuat keributan di sini, lebih baik Mba pagi dari sini."
"Engga. Saya ga mau pergi dari sini. Saya mau masuk ke dalam."
Awalnya semua penjaga di sana mengusir Emily dengan cara baik-baik. Tetapi karena Emily yang terus memaksa untuk bisa masuk ke dalam rumah Hans, akhirnya Emily di paksa pergi dari sana dengan cara di tarik oleh penjaga yang ada di sana.
"Lepasin. Lepasin saya. Saya mau masuk ke dalam."
"Maaf Mba. Ini sudah menjadi aturan. Saya hanya menjalankan tuga saya."
Emily pun tidak bisa melawan mereka semua. Tetapi bukan berarti Emily diam begitu saja. Dia terus memikirkan bagaimana caranya supaya dia bisa masuk ke dalam rumah Hans tanpa ketahuan oleh penjaga rumah Hans.
"Aku harus bisa masuk ke dalam acara itu. Aku ga boleh biarin Aleysa bahagia sedikit pun sama Hans. Apalagi kalo nanti Hans bisa berpaling ke Aleysa. Engga. Ini semua ga boleh terjadi. Tapi apa yang bisa aku lakuin sekarang ini ga supaya bisa masuk ke dalam?" pikir Emily di dalam hatinya.
Emily melihat ke sekitar rumah Hans. Dia memperhatikan semuanya. Hingga akhirnya Emily mendapatkan ide untuk bisa masuk ke dalam rumah Hans. Caranya adalah dengan Emily berpura-pura menjadi pelayan di sana supaya bisa masuk ke dalam rumah Hans. Sudah pasti sebelumnya Emily sudah membayar orang dalam dari pelayan itu. Sehingga Emily bisa memakai seragam seperti para pelayan yang ada di sana.
Emily juga sedikit merubah penampilannya supaya tidak di kenalin oleh penjaga di sana dan Emily tidak akan di usir lagi. Emily mengikat rambutnya ke belakang dan menggunakan kacamata. Penampilan Emily saat ini sangat berbeda. Penjaga tadi sudah pasti tidak akan mengenalinya lagi.
"Permisi Pak," ucap Emily kepada para penjaga sambil membawa beberapa minuman di atas nampan.
"Iya, silahkan."
Berhasil. Akhirnya Emily bisa masuk ke dalam rumah Hans dengan cara menyamar sebagai pelayan di sana. Dan untungnya para penjaga itu tidak mengenali perubahan Emily pada dirinya.
"Kok kaya kenal ya? Kaya pernah liat," tanya salah satu penjaga kepada teman yang lainnya.
"Iya sama. Kaya pernah liat. Tapi dimana ya?"
"Ah mungkin perasaan kalian aja kali. Udah yuk kerja lagi. Jangan sampai kita kecolongan ada orang yang main masuk seperti Mba yang tadi."
"Iya, ayo."
Setelah tebak-tebakan dengan sesama penjaga di sana, akhirnya mereka semua tidak memikirkan semua itu lagi. Para penjaga di sana mulai fokus untuk menjaga acara di rumah Hans malam ini. Karena itu adalah tugas mereka semua. Dan jika mereka semua tidak bisa melakukannya dengan baik, sudah pasti mereka akan di marahi oleh Neneknya Hans yang sudah meng-hair mereka untuk menjaga dan mengamankan acara malam ini.
-TBC-