Pada saat ini,
Saya sedang duduk di kedai yang berada di wilayah Ksatria Baumeister.
"Sudahkah kalian ketahui bahwa, Kurt akan menikah dua hari kemudian?"
Saya mengangkat alis kananku dan akhirnya mengkonfirmasi tentang sejarah dunia ini.
Artinya, dua hari kemudian mulai dimana protagonis dunia ini datang ke dunia ini.
Hmm... haruskah saya ikut bersenang-senang?
Mengangkat cangkir dan menyesap bir, kemudian bangkit dari tempat duduk dan pergi membayar ke konter kedai.
"Berapa, pak tua?" Saya bertanya kepada pemilik kedai.
Pemilik kedai adalah orang tua umur 50-an. Dia saat ini sedang mengelap cangkir yang sudah dicuci dan kemudian memandangiku dan menjawab, "2 silver koin."
Ah, benar juga dunia ini memiliki mata uang yang berbeda. Tetapi, saya tahu bahwa dunia ini juga mirip dengan dunia Majo no Tabitabi untuk sistem uang, yaitu koin dari logam mulia.
Menarik tangan kananku dan memasukkannya kedalam jubah, kemudian mengambil sebuah koin emas dari dunia Majo no Tabitabi.
"Apakah ini diterima?" Saya bertanya dengan senyum tenang.
Pemilik kedai mengangkat kedua alisnya dan berkata dengan senyum setelah mengecek koin emasku, "Hehe, yah itu diterima. Tetapi, saya tidak tahu dari negara mana anda berasa, tuan?"
"Negeri yang jauh di seberang lautan." Saya menjawab asalan, karena tahu bahwa kerajaan ini hanya mengetahui negara dari benua ini saja.
Dan jika sebuah dunia tidak memiliki lautan, itu keterlaluan. Soalnya, tanpa adanya lautan, saya penasaran bagaimana mereka akan merasakan makanan laut itu?
"Begitu. Saya tidak tahu pasti nilai tukar untuk koin emasmu, akan tetapi saya dapat menyetujui nilai tukar koin emas di kerajaan ini. Bagaimana, tuan?"
Saya mengangguk dan mengucapkan terima kasih setelah menerima kembalian, berupa 98 koin perak.
"Ngomong-ngomong, dimana tempat membeli peta kerajaan, pak tua?"
"Kau bisa membelinya disini, soalnya saya memiliki 3. Apakah kau ingin membelinya? Harganya 10 koin perak."
Melemparkan koin perak ke arah pemilik kedai, dimana ia juga melemparkan gulungan peta tersebut ke arahku yang saya ambil dengan mudah.
Setelah itu, saya mengucapkan terima kasih dan pergi menuju pintu keluar kedai.
.....
Beberapa jam kemudian.
Saya saat ini berada di dalam gedung Guild Adventures yang berada di ibukota kerajaan Helmut, Stadtburg.
"Selamat, tuan. Pendaftaran anda berhasil dilakukan!" Resepsionis memberikanku kartu petualang yang terdaftar setelah menunggu 30 menit.
Saya menerima dan mengucapkan terima kasih.
Setelah keluar, saya menuju ke arah tempat dimana kursi publik berada dan duduk di tempat tersebut.
Memandangi kartu guild, saya tidak merasakan keistimewaan terhadap kartu guild.
Kartu guild tersebut hanya menuliskan nama dan job, kemudian dengan tanda tangan dari Guild Master dan juga dari tanda tangan milikku.
Nama, ya Luck saja yang tertulis. Sedangkan, Job tertulis Magician. Soalnya, sebutan penyihir di dunia ini berbeda.
Dan dikatakan bahwa manusia di dunia ini yang dapat menggunakan sihir hanya satu banding ribuan. Sedangkan di duniaku, semua manusia bisa. Akan tetapi, saya tahu bahwa masih banyak yang tidak dapat melakukannya karena minat, bakat dan kontrol mereka terhadap sihir tersebut.
Lagian, dari penelitianku bahwa manusia di duniaku itu memiliki mana di tubuh mereka, sedangkan di dunia ini ada yang memilikinya dan ada yang tidak. Dan lebih mengerikannya lagi bahwa, di dunia ini sihir cukup langka dan pengetahuan tentang mereka agak sulit didapat oleh kemampuan yang dimiliki rakyat biasa.
Jadi, dipastikan bahwa manusia yang memiliki mana di dunia ini, tetapi tidak dapat mengakses mereka sangat menyedihkan.
"Sihir sebenarnya sangat membantu untuk mengembangkan kerajaan ini, akan tetapi orang-orang itu menelan sendiri pengetahuan tentang sihir. Saya cukup yakin bahwa petinggi kerajaan yang membuat hak tersebut sulit dijangkau oleh rakyat biasa. Mereka sungguh bodoh..." gumamku sambil mendesah.
"Oh? Bagaimana tepatnya anda berkata begitu, tuan?"
Tiba-tiba suara orang tua membalas kata-kataku.
Saya melihat orang tua tersebut dan terkejut didalam hatiku.
Karena orang itu adalah kardinal Hohenheim.
Kardinal Hohenheim adalah seorang pejabat gereja kerajaan Helmut, ia mengenakan setelan berwarna ungu yang saya ketahui bahwa itu adalah setelan yang biasanya ia gunakan dan sering ditampilkan dalam anime.
"Dari sudut pandangku bahwa pengetahuan adalah hal yang lumrah dan harus diakses oleh banyak orang tanpa memandang kelas orang tersebut. Dan keberadaan sihir itu sangat membantu baik itu untuk rakyat ataupun kerajaan. Tetapi, dari apa yang saya lihat sampai saat ini sebagai seorang penyihir yang mengembara. Saya cukup yakin bahwa petinggi kerajaan ini menetapkan aturan aneh yang menyulitkan rakyat biasa untuk mendapatkan pengetahuan tentang sihir, dan itu juga hanya dapat diakses oleh rakyat kelas menengah ke atas." Saya menjawab dari sudut pandangku dengan jujur.
Kardinal Hohenheim yang mendengarku memandangiku dengan wajah terkejut dan kemudian bertanya, "Tepatnya, keuntungan apa yang dapat diraih oleh kerajaan bila pengetahuan sihir disebarluaskan kepada rakyat?"
Saya memandangi langit dan kemudian menjawab, "Bila ditemukan penyihir yang mahir dalam sihir elemen tertentu di antara rakyat menengah kebawah, apa yang terjadi? Itulah jawabannya, pak tua. Ngomong-ngomong, siapa anda?" Saya bertanya balik, walaupun mengenal tentang orang tua tersebut.
"Hehe, saya hanya pak tua biasa yang sering duduk disini menikmati pemandangan. Ngomong-ngomong juga, jawabanmu itu membuatku melihat masa depan."
"Yah, saya sudah melihat soal itu. Soalnya, di negeri tempatku berada. Manusia yang memiliki kemampuan untuk melakukan sihir itu dapat dilihat dimana-mana dan mereka bahkan telah sangat membantu negeriku, apakah itu dari segi pertanian, pembangunan, peternakan dan sebagainya. Jadi, sihir hanyalah hal yang lumrah bagi negeriku. Dan kami mendepankan bahwa pengetahuan harus dimiliki setiap orang. Tentu saja, ada pengetahuan yang harus ditekankan secara diam-diam karena kemungkinan hasil kedepannya yang mungkin mengakibatkan masalah."
"Oh? Negerimu itu sungguh menakjubkan. Memangnya dimana negerimu itu?" Ia bertanya ketika mendengar ceritaku.
"Jauh di seberang lautan arah tenggara."
"Hmm... begitu, pantasan saya tidak pernah mendengar tentang negara dimana penyihir yang dapat dilihat dimana-mana."
"Dunia ini sangat besar, tidak diketahui itu memang cukup menakutkan. Tetapi, gen manusia kami adalah menaklukkan dan meneliti apa yang tidak diketahui untuk menafsirkannya." Saya membalas dengan mengambil filosofi dari bumi lol.
Kardinal Hohenheim terkejut dan kemudian tertawa dan mengangguk, "Memang, seperti yang anda katakan itu, anak muda. Kami manusia memang akan ketakutan tentang hal yang tidak diketahui, tetapi jika kami berhasil menafsirkan tenang 'mereka', kemungkinan ketakutan menjadi keterkejutan dan kebahagiaan. Tentu saja ada yang juga melambangkan kengerian dan semacamnya. Apakah kau percaya tuhan, anak muda?" Ia bertanya kepadaku yang membuatku terkejut.
Saya terdiam beberapa detik dan kemudian menjawab sambil memandangi langit lagi, "Saya percaya, tetapi saya tidak dapat menjawab apakah saya harus menyembah. Karena ketidaktahuanku terhadap keberadaan mereka dari melihat dan mendengar tentang mereka. Di negeriku berada, ada banyak agama dan tuhan yang mereka sembah juga berbeda-beda. Jadinya, karena keberadaan agama tersebutlah yang mengakibatkanku tidak tahu apakah harus percaya salah satunya atau tidak. Tetapi, saya percaya dengan keberadaan mereka dan hanya tidak menerima untuk menyembah mereka."
"Oh begitu... Negerimu itu agak menarik, karena banyaknya agama tersebut." Kardinal Hohenheim berkata dengan berhenti dan kemudian melanjutkan kata-katanya karena tahu bahwa saya tidak ingin membicarakan soal itu.
Lagian, saya juga tidak yakin apakah 'Tuhan' bermain-main dengan ras manusia. Dan keberadaan tentang mereka saja membingungkan untukku, memangnya jika mereka yang menciptakan segalanya, kenapa tidak harus memberitahu kami tentang diri mereka sendiri. Dan lebih anehnya lagi bahwa adanya agama yang berbeda-beda itu, cukup aneh bagiku.
Apakah tuhan para agama tersebut sedang melakukan perang kepercayaan? Jika mereka dapat menciptakan segalanya, kenapa tidak menciptakan mahluk hidup lain yang mana mahluk tersebut wajib menyembah mereka itu. Dan disini mereka memainkan perasaan ras manusia yang bahkan dengan bodohnya memilih percaya.
Tentu saja, saya juga percaya tentang keberadaan mereka. Tetapi, saya hanya percaya pada satu tentang keberadaan diatas segalanya, yang mana menciptakan segalanya dan tidak memiliki keinginan ciptaannya untuk menyembahnya.
Saya bertanya-tanya jika keberadaan itu juga yang menciptakan tuhan itu, sungguh aneh dan agak membuatku gemetar?